Coklat Murah Afrika Hasil Eksploitasi Anak?

Nur Divayanti Ananta
mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Mulawarman
Konten dari Pengguna
9 Desember 2022 23:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Divayanti Ananta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasii Anak-anak di Afrika (Gambar oleh: Pixabay/https://pixabay.com/id/users/fietzfotos-6795508/?utm_source)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasii Anak-anak di Afrika (Gambar oleh: Pixabay/https://pixabay.com/id/users/fietzfotos-6795508/?utm_source)
ADVERTISEMENT
Sebagai makanan yang diminati hampir seluruh orang di dunia, coklat merupakan makanan yang punya daya tarik karena rasa manis dan aromanya. Namun karena harga beli biji kakao yang sangat murah hal ini menciptakan kisah pahit dibaliknya.
ADVERTISEMENT
Pada hari spesial seperti hari ulang tahun ataupun hari kasih sayang, coklat jadi simbol kasih sayang untuk diberikan kepada orang yang spesial.
Coklat sendiri berasal dari tanaman kakao yang biasanya tumbuh subur di negara yang punya iklim tropis, namun berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian, Pantai Gading dan Ghana adalah dua negara di kawasan Afrika yang menjadi pemasok terbesar coklat dunia, hal ini membuat ketergantungan PDB kedua negara tersebut ada pada sektor perkebunan kakao.
Sayangnya dibalik manisnya rasa coklat, terdapat kisah pilu dari para pekerja di perkebunan coklat di pelosok Pantai Gading dan Ghana, karena banyak ditemukan anak-anak yang berstatus sebagai buruh tani di tempat itu.
ADVERTISEMENT
Menurut data sebuah LSM(Lembaga Swadaya Masyarakat) bernama INKOTA yang memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi orang yang miskin dan kelaparan, mereka mencatat pada tahun 2020 penghasilan petani kakao diperkirakan hanya sebesar US$ 0,90 per hari, nominal yang sangat jauh dari ketentuan yang seharusnya sebesar US$ 1,90 per hari. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan bagi pemilik perkebunan kakao di Pantai Gading dan Ghana untuk menggunakan anak-anak sebagai petani di kebun coklat mereka, yaitu karena tidak mampu membayar upah pekerja resmi dewasa.
Selain itu kemiskinan juga memaksa anak-anak tersebut untuk mencari pekerjaan sehingga dapat membantu keluarga.
Penyelundup maupun orang-orang yang bekerja mencari tenaga kerja di Afrika Barat menggunakan kesempatan ini untuk menjaring anak-anak yang berasal dari keluarga miskin untuk dikumpulkan dan disebar ke beberapa bagian di Afrika Barat termasuk Pantai Gading. Sebagian anak yang masuk dalam jaringan perdagangan anak, mereka biasanya dijual oleh keluarga mereka sendiri karena alasan ekonomi dan beberapa juga ada yang merupakan hasil penculikan.
ADVERTISEMENT
Bahkan dari dulu kasus pengeksploitasian pekerja anak dalam industri kakao di Ghana dan Pantai Gading telah menjadi masalah dan sampai saat ini masih menjadi salah satu kasus yang ada dalam pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan UNICEF. Para produsen coklat terbesar dunia seperti Nestle dan Mars bahkan telah berjanji untuk mengakhiri pengeksploitasiaan anak pada industri perkebunan ini.
Namun yang terjadi malah sebaliknya. Hasil penelitian di Universitas Chicago, Amerika Serikat menemukan sebanyak 1,6 juta anak yang berumur mulai dari 5 tahun di Ghana dan Pantai Gading dipekerjakan untuk pertanian kakao, karena para pemilik lahan mengaku tidak mampu membayar buruh tani dewasa dan memilih untuk menggunakan anak-anak sebagai pekerja.
Berdasarkan hasil dokumentasi channel Youtube MsKandyrose pada 2012, anak-anak yang menjadi pekerja di perkebunan kakao biasanya di iming-imingi upah tapi nyatanya mereka dipaksa bekerja, bahkan kebanyakan anak-anak yang menjadi petani adalah anak hasil penculikan dan perdagangan.
ADVERTISEMENT
Hal ini mudah untuk dilakukan karena sifat anak-anak yang pada dasarnya polos. Letak perkebunan yang ada di Ghana ataupun Pantai Gading juga cenderung jauh dari pemukiman publik dan berada di daerah kecil yang cukup terisolasi membuat penculikan hingga pengeskploitasian anak mudah untuk dilakukan tanpa ketahuan pemerintah dan penegak hukum.
Biasanya anak-anak yang akan dijual akan dikumpulkan dalam satu bus dan dibawa menuju daerah perbatasan sebelum memasuki wilayah lebih dalam lagi hingga pusat perkebunan, anak-anak itu akan dijemput oleh para penyelundup menggunakan sepedah motor untuk dibawa ke wilayah perkebunan yang terletak di pedalaman Pantai Gading dan Ghana.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat dari pandangan Hubungan Internasional, penulis menyimpulkan hal ini masuk dalam piramida eksploitasi yang digambarkan dalam teori HI Marxisme, perusahaan produsen coklat ataupun pemilik perkebunan sebagai kaum pemilik modal akan memanfaatkan keberadaan keluarga-keluarga miskin sebagai kaum borjuis untuk dieksploitasi demi mendapatkan untung yang sebesar-besarnya dalam usaha yang mereka miliki.
Referensi :
Dokumentasi Video MsKandyrose(20120) "Documentary The Dark Side Of Chocolate" from: https://www.youtube.com/watch?v=7Vfbv6hNeng&t=1211s&ab_channel=MsKandyrose