Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Inspirator Idealisme
23 Juli 2018 13:37 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Dody Harendro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai abdi negara, tidak ada kata tidak ketika surat penugasan sudah sah diterbitkan, kemanapun tertulis nama suatu kota di secarik kertas itu, maka wajib dipatuhi. Adaptasi, waktu dan emosi hanya sebagian kecil dan merupakan pengorbanan termudah yang diberikan, terkadang lebih berat lagi dan bahkan tidak jarang pengorbanan nyawa. Kakak sepupu saya, demi idealisme dan cintanya terhadap tanah Papua, meninggal dalam tugas, namun tetap hidup sebagai inspirasi keluarga besarnya.
ADVERTISEMENT
Saat itu saya baru saja kembali dari tiga bulan bertugas di Harare, Zimbabwe. Percobaan perampokan rumah, kelangkaan makanan, berbagai kondisi sosial politik negara tanpa akses ke laut ini membuat proses magang yang tidak mudah. Memang tidak traumatis, tapi sangat menguji kesungguhan cita-cita sebagai diplomat. Kemudian pada Kamis subuh, tepatnya pada 15 Januari 2009, saya terbangun karena tangisan istri yang sedang menerima telpon. Suara di seberang telepon mengabarkan bahwa sepupunya, seorang dokter yang bertugas di Papua, yang telah dua hari hilang di Sungai Asewet, Provinsi Papua, akhirnya ditemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa.
Ia adalah dr. Wendiansyah Sitompul, SpOG, spesialis kandungan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan kami memanggilnya Bang Wendy. Pada 13 Januari 2009, kami mendapat informasi bahwa para Kapal Motor Risma Jaya yang dalam perjalanan dari Timika ke Kabupaten Asmat mengalami kebocoran lambung setelah dihantam ombak besar di muara kali yang mengarah ke Laut Arafura, Distrik Agats, Kabupaten Asmat.
ADVERTISEMENT
Beberapa penumpang telah ditemukan dengan selamat, namun tidak halnya Bang Wendy. Menurut informasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat , Bang Wendy lah yang mengabarkan mengenai kerusakan kapal dan meminta bantuan. Bantuan sementara pun sempat mendapati kapal yang sudah akan tenggelam tersebut dan dapat menampung sebagian penumpangnya. Namun, kondisi ombak yang masih besar, tidak memungkinkan untuk mengevakuasi seluruh penumpang. Beberapa diantaranya akhirnya menggunakan sekoci, termasuk dua dokter lainnya yang mengutamakan keselamatan penumpang lain.
Ketika kapal-kapal bantuan kembali mencoba mengarungi ombak mencari penumpang yang tersisa, namun sekoci tersebut tidak ditemukan. Dua hari setelahnya, seorang dokter ditemukan oleh penduduk setempat terdampar di pantai kampung Teer, dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Bang Wendy meninggalkan seorang istri yang juga berprofesi sebagai dokter dan dua anaknya yang masih balita.
ADVERTISEMENT
Bang Wendy sebenarnya sudah menjalani proses PTT atau Pegawai Tidak Tetap pada 2005-2006 di Timika, Papua. PTT biasanya berlaku selama dua tahun, namun dalam kondisi-kondisi penugasan tertentu, maka prosesnya dipercepat. Karakteristik Papua yang terpencil dan belum terjangkau layanan kesehatan pada saat itu, hanya mewajibkan proses 'penugasan' satu tahun. Namun, pengalamannya selama PPT, meneguhkan hati Bang Wendy untuk tetap mengabdi di sana walaupun telah ditetapkan sebagai dokter Pegawai Negeri Sipil dan dapat memilih untuk praktik dimanapun.
Ia yakin, bahwa keahliannya sebagai dokter kandungan akan lebih banyak bermanfaat di Papua dan bahkan terlibat dalam pembangunan Rumah Sakit di Kota Agats yang mendapat bantuan pendanaan PBB. Dokter Wendy juga menjadi penyuluh dan penggerak program Kementerian Kesehatan, Save Papua, untuk memberantas dan mengurangi penyebaran HIV/AIDS di Papua. Ia aktif sekali untuk memperbaiki kondisi kesehatan di provinsi paling timur Indonesia tersebut. Tentunya potensi pendapatan materi sebagai dokter kandungan di kota besar, tidak akan sebanding dengan berbagai insentif dari pemerintah untuk mengabdi di Papua. Namun, kepuasan dan kebahagiaan menolong sesama menjadi motivasi utama almarhum.
ADVERTISEMENT
Jenazah Bang Wendy disemayamkan di almamaternya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan mendapat penghargaan Ksatria Bakti Husada Arutala dari Kemeterian Kesehatan. Seorang dokter yang idealis, mengabdikan diri untuk ilmu yang ia terima karena cita-citanya menjadi seorang dokter.
Idealisme yang di zaman saat ini mudah sekali luntur oleh tawaran materi, kenyamanan maupun sejumahlah keistimewaan lainnya. Idealisme kadang tergerus oleh pragmatisme dan simplifikasi. Bang Wendy telah mengajarkan saya tentang nilai luhur idealisme, dimana bisa berguna bagi orang lain, terutama yang sangat membutuhkan jauh lebih berarti daripada sekadar umur panjang. Bang Wendy, kaulah inspirator idealisme.