Konten dari Pengguna

Makna Filosofi Sego Langgi di Bulan Nisfu Syaban

Dhona Nofia Rohma
Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang
21 Maret 2024 12:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dhona Nofia Rohma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sego Langgi. Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sego Langgi. Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Bulan Ramadan, tinggal dua minggu lagi bakal hadir. Kedatangan bulan puasa setiap daerah memiliki cara tersendiri menyambutnya, tak terkecuali di Lamongan, Jawa Timur. Ada tradisi yang kerap dilakukan setahun sekali.
ADVERTISEMENT
Momen ini disebut Ruwahan Sendang Duwur. Di mana, para penduduk di sana, melakukan ritual Ruwahan Sendang Duwur pada hari Nifsu Sya'ban, Aiman Ricky, salah satu selebritas Tanah Air menjelaskan pada waktu itu ketika menghadiri langsung di Sendangduwur.
Bukan tanpa alasan penduduk di sana memasak bersama sego langgi jelang Ramadhan. Rupanya itu sebuah tradisi yang sejak lama ada.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Lamongan mencatat Sego Langgi adalah salah satu kuliner khas yang berkaitan erat dengan tradisi masyarakat di Desa Sendangduwur, Kecamatan Paciran. Uniknya lagi, makanan ini hanya bisa ditemukan satu tahun sekali, yakni pada malam 15 Nisfu Sya’ban.
Selain enak disantap, makanan tersebut memang punya filosofi yang menarik, lho, untuk diulas. Ini juga bakal menjawab kenapa sangat identik sama bulan Nisfu Sya’ban menjelang Ramadhan. Penasaran ulasan lengkapnya? Simak, yuk, artikel kumparan RamadhanDirumahAja kali ini~
ADVERTISEMENT

Filosofi Sego Langgi

Kabid Kebudayaan Disparbud Lamongan, Miftach Alamuddin, Pada Minggu 27 Maret 2022, Mengatakan bahwa Malam 15 Nisfu Sya’ban menjadi momentum yang selalu ditunggu oleh masyarakat Desa Sendangduwur dan Desa Sendangagung. Pada bulan inilah sebuah tradisi dilaksanakan secara serentak oleh seluruh lapisan masyarakat desa setempat pada malam Nisfu Sya’ban.
Miftach menjelaskan bahwa, Sego Langgi merupakan bagian dari tradisi penguatan sistem sosial masyarakat Sendang yang sudah ada sejak masa Sunan Sendang Duwur atau Raden Noer Rohmat, yang kini makamnya terletak tepat di sebelah masjid desa setempat atau dikenal dengan kawasan Bukit Amitunon.
Berdasarkan sejarah desa setempat, Miftach menuturkan, Sego Langgi tak hanya sekadar makanan, namun juga memuat tentang jejak perjalanan Sunan Sendang Duwur pada masa silam. Kala itu, saat Sang Sunan di tengah perjalanannya, ia merasa lapar dan akhirnya mencabut tanaman wilus yang berjumlah 9 dan dibungkus daun jati langsung masak.
ADVERTISEMENT
Wilus berjumlah 9 (artinya) "Sayuran ini sebelumnya sudah direbus kemudian diulet (Dicampur).”
"Sayuran yang disajikan berjumlah tujuh macam jenis daun sebagai lambang do'a bil isyarah "Pitulung", yaitu memohon pertolongan Allah yang Maha Kuasa.”

Makna Sego Langgi saat Bulan Nisfu Sya’ban

Nggak nyangka, ternyata di Sendangduwur memiliki makanan khas yang mempunyai makna mendalam. Sego Langgi ini menjadi salah satu menu masakan yang disukai oleh Sunan Sendang.
“Sayur-sayuran ini sebelumnya sudah direbus kemudian diulet (dicampur, jawa). Nasi dan parutan kelapanya diberi bumbu khusus. Selain itu, sayuran yang disajikan berjumlah 7 macam jenis daun sebagai lambang doa bil isyarah Pitulung, yaitu memohon pertolongan kepasa Allah yang Maha Kuasa,” papar Miftach.
Porsi sayur-sayuran yang dihidangkan dalam Sego Langgi ini lebih banyak dibandingkan dengan nasinya. Biasanya, Sego Langgi ini juga dimakan dengan menggunakan ikan asin atau ikan yang digoreng.
ADVERTISEMENT
Setelah Nasi Langgi dirasa sudah siap, Miftah menambahkan, lalu disajikan dalam satu talam besar untuk kemudian disantap secara bersama-sama oleh seluruh warga desa yang sudah berkumpul.
“Sebelum warga makan Sego Langgi bersama, diawali ritual dengan salat maghrib berjamaah. Warga juga terlebih dahulu menggelar acara doa atau wirid, serta pembacaan Surat Yasin 3 kali,” pungkasnya.
Yuk, terus tambah kebaikanmu di bulan ramadhan ini bersama kumparan! #RamadhanDirumahAja!