Kontroversial: Kepemimpinan Muda di Era Globalisasi

Doni Abdullah Alhafidz
Mahasiswa Universitas Muhamadiyah Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Prodi Ilmu Komunikasi. Writing Articles - Master Of Ceremony - Sosial Work.
Konten dari Pengguna
14 Desember 2022 15:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Doni Abdullah Alhafidz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apabila kita mendengar dan membaca makna dari sebuah kata "pemuda dan kepemimpinan" terbesit dalam pikiran kita merupakan sebuah korelasi yang sangat penting dalam nasib masa depan sebuah bangsa, karena dari berbagai artikel maupun buku yang membahas tentang pemuda pasti peran yang ditekankan adalah sebuah "perubahan", maka sangatlah mustahil dengan peran yang begitu berat apabila tidak diiringi oleh karakter kepemimpinan yang memumpuni.
ADVERTISEMENT
Kaum muda yang kini lebih kita kenal dengan generasi Z merupakan gererasi yang lahir usai era generasi milenial dengan teknologi-teknologi yang semakin berkembang. Generasi Z merupakan generasi yang lahir pada rentan tahun 1980-an hingga 1990-an. Sebagai generasi muda kita tentu dituntut untuk menguasai berbagai kemampuan yang bermanfaat untuk masa depan. Bukan hanya hardskill saja, namun juga diiringi dengan softskill.
Kaum muda adalah individu yang apabila di lihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa yang akan datang. Kaum muda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil.
ADVERTISEMENT
Kaum muda cenderung memiliki beberapa kekurangan yaitu sifat individualisme dan egosentrisme, mereka menganggap bahwa jika tidak berhubungan dengan orang lain mereka tidak akan terluka, dengan melihat segala sesuatu dari sudut pandang dirinya dan beranggapan memahami sudut pandang orang lain merupakan sebuah perubahan yang menyeramkan.
Kebanyakan para kaum muda zaman sekarang takut untuk memulai sesuatu atau selalu berada pada zona nyamannya. Kaum muda zaman sekarang sebih menyukai hal-hal yang bersifat instan dan kurang menghargai proses, cenderung memiliki emosi yang tidak stabil. Dari hal ini semua adalah yang menjadi faktor masalah dalam jiwa kepemimpinan diri kaum muda.
Terdapat dua permasalahan utama yang dihadapi kaum muda saat ini. Yang pertama adalah jangka perhatian yang pendek (short attention span). Jangka perhatian pendek yang dimaksud adalah para kaum muda lebih menyukai hasil yang instan. Apabila tidak ada hasil dalam 24 jam maka mereka mulai mengeluh, cemas, dan tidak dapat sabar. Selanjutnya yang kedua kita bisa melihat hidup orang lain secara online, lalu kita bandingkan dengan teman-teman yang sudah lebih jauh dalam karier atau profesi.
ADVERTISEMENT
Jadi kita kehilangan identitas, dan kehilangan kesadaran diri. Para kaum muda terancam kehilangan jati dirinya karena terkontaminasi bermacam hal di dunia maya. Terlepas dari itu semua kaum muda juga memiliki beberapa kelebihan, diantaranya kaum muda memiliki intelektualitas yang baik, lebih terbuka terhadap segala sesuatu, memiliki akses untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak, memiliki motivasi yang tinggi terhadap sesuatu, dan kaum muda kebanyakan memiliki banyak kelebihan atau multitasking.
Semua mereka dapatkan dari beberapa faktor diantaranya kemajuan teknologi yang sangat begitu pesat di era sekarang, yang memudahkan kaum muda dapat mengakses berbagai informasi dari berbagai penjuru negara dan dapat belajar banyak hanya dari rumah saja tanpa harus pergi kemana-mana serta cukup menggunakan gadget. Hal-hal yang mudah mereka dapatkan itu yang menjadikan kaum muda menyukai hal-hal yang instan dan kurang menghargai proses.
ADVERTISEMENT
Kita lihat potret para pemuda saat ini cendrung terlihat pasif dan abai terhadap persoalan-persoalan bangsa. Maka tidak heran apabila generasi muda disebut individualistis. Terlihat bagaimana mereka tidak peduli satu sama lain. Padahal dengan segala keuntungan yang ada seperti informasi yang mudah dicari dan dipelajari. Bahkan banyak yang abai terhadap masalah di lingkungan terdekat. Kita lihat Muhammad Al-fatih ia mampu menaklukan konstatinovel di umur 21 tahun. Lalu kemerdekaan Indonesia dengan sejarahnya kaum muda berperan besar dengan menculik Soekarno ke Rengasdengklok untuk mempercepat kemerdekaan.
Belum lagi mengenai sejarah sumpah pemuda. Lantas apa yang sudah kita lakukan. Kita yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan negara ini. Hal ini tentu menjadi krisis jiwa-jiwa kepemimpinan yang tidak terlihat pada saat ini. Lalu apa itu pemimpin? Dan apa kepemimpinan? Setiap kita memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin, dalam hal ini tidak memperdulikan apa jabatannya sekarang, dari mana sukunya berasal, dan berapa penghasilan perbulannya.
ADVERTISEMENT
Kita murni telah terlahir sebagai seorang pemimpin di dunia ini, entah itu di lingkup organisasi, maupun lingkup kecil keluarga tersayang atau dalam lingkup yang lebih kecil lagi yaitu diri kita pribadi. Kita selalu dituntut untuk tampil dengan baik sebagai seorang pemimpin. Pemimpin yang bisa mengayomi, pemimpin yang bisa melindungi dan menjadi teladan bagi pengikut atau orang yang dipimpinnya.
Kepempinan dalam bahasa inggris menjadi kata "Leader" yang mempunyai tugas untuk "Lead" anggota di sekitarnya. Sedangkan makna "Lead" adalah:
1. Loyality, seorang pemimpin harus mampu membangkitkan loyalitas rekan kerjanya dan memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
2. Educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan pada rekan-rekannya.
3. Advic, memberikan saran dan nasihat dari permasalahan yang ada
ADVERTISEMENT
4. Discipline, memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakan kedisiplinan dalam setiap aktifitasnya.
Pemimpin ideal menurut Al-Ghazali adalah pemimpin yang memiliki intelektualitas yang luas, pemahaman agama yang luas, serta akhlak yang mulia, seperti yang dicantumkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Pendapat Al-Ghazali hampir sama dengan Al-Mawardi tentang kriteria pemimpin yang ideal, yakni seorang yang mampu berbuat adil diantara masyarakat, melindungi rakyat dari kerusakan dan kriminalitas, serta tidak zalim.
Selain itu pemimpin harus memiliki integritas dan penguasaan dalam bidang ilmu negara dan agama agar dalam menentukan kebijakan pemimpin dapat berpikir dengan benar. Untuk menjadi seorang pemimpin ideal, ia harus memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan anggota-anggota yang lainnya, karena kelebihan-kelebihan itulah seorang pemimpin menjadi berwibawa dan dipatuhi oleh para pengikutnya.
ADVERTISEMENT
Dari beberapa refrensi mengenai pemimpin dan kepemimpinan sekiranya kita dapat mengetahui seberapa penting kita memahami makna pemimpin dan seberapa harus kita sebagai pemuda memiliki karakter atau jiwa kepemimpinan. Indonesia kedepannya ditentukan dengan apa yang kaum muda lakukan saat ini. Jika kaum muda saat ini tidak memiliki jiwa atau karakter dalam kepemimpinan, bisa kita bayangkan apa yang nantinya akan terjadi.
Kaum muda akan menjadi poros utama dalam estafet kepemimpinan yang akan berganti. Memahami apa yang menjadi kebutuhan masyarakat serta menolongnya adalah sebuah keharusan bagi kaum muda. Sehingga peduli dengan lingkungan sekitarnya. Dan kaum muda saat ini harus menumbuhkan karakter ingin tahu lebih tinggi untuk menghasilkan inovasi-inovasi perubahan.
Dari keuntungan pada generasi Z seperti lebih mudah untuk mencari Informasi, seharusnya mereka haus dengan apa yang belum di ketahui dan menghasilkan inovasi tersebut. Negara ini membutuhkan karakter kepemimpinan kepada para pemuda saat ini. Saya teringat betul degan pepatah yang dikatakan oleh Ir. Soekarno “beri aku 100 orang tua maka akan aku guncangkan semeru sampai ke akar-akarnya, dan beri aku 10 Pemuda maka akan aku guncangkan seluruh dunia”.
ADVERTISEMENT
Kata-kata ini penuh harap dan juga semangat karena memang ketika pemuda berada di zona nyamannya maka tidak ada yang tau arah bangsa akan di bawa kemana. Lekas tumbuh dan semangat berjuang untuk para pemuda sehingga menjadi poros pergerakan hal-hal baik. Sehingga terlihat karakter atau jiwa kepemimpinan dikalangan kita sebagai kaum penerus bangsa.
Foto from: Doni Abdullah Alhafidz