Menentang Belt and Road Initiative China

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
21 September 2023 6:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu hasil penting di KTT G20 justru berasal dari sela-sela pembicaraan. Sebuah aliansi baru telah diumumkan dan proyek infrastruktur baru diluncurkan; Koridor India, Timur Tengah, dan UE (the EU Middle East India Corridor). Ini adalah sebuah rencana ambisius untuk menentang Belt and Road Initiative (BRI) China.
ADVERTISEMENT
Koridor ini akan menghubungkan Eropa, Asia Barat dan India. Caranya? Melalui jalur kereta api dan pelabuhan laut. Negara-negara yang menjadi pemangku kepentingan termasuk India, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Uni Eropa, Prancis, Italia, Jerman dan Amerika Serikat.
Negara-negara ini akan berinvestasi di bidang perkapalan dan kereta api yang akan memperluas koneksi India sampai ke Eropa yang terhubung oleh UEA, Arab Saudi, Yordania dan Israel. Ini menjembatani pelabuhan-pelabuhan di dua benua, sebagai kunci untuk membuka peluang tanpa akhir, termasuk memudahkan perdagangan dan ekspor energi bersih (clean energy).
Lalu bagaimana cara kerjanya? Proyek ini akan menghubungkan fasilitas kereta api dan pelabuhan di seluruh Asia Barat. Ia pada dasarnya akan menjadi tautan penghubung sehingga membantu mempercepat perdagangan antara India, Asia Barat dan Eropa. Beberapa pihak mengatakan percepatan perdagangan bakal mencapai 40 persen sebagai dampak koridor ini. Ini adalah pencapaian yang bersejarah. Ia akan menciptakan hubungan secara langsung saat ini antara India, negara-negara Teluk dan Eropa dengan jalur kereta api.
ADVERTISEMENT
Memang tampak rumit. Agar lebih jelas, mari kita bentangkan peta untuk memahami bagaimana, misalnya, pelayaran dari Mumbai ke Eropa. Saat ini pelayaran tersebut harus melalui Terusan Suez di Mesir. Sepuluh persen perdagangan maritim global melewati Terusan Suez. Ini berarti Terusan Suez adalah rute yang ramai dan gemuk. Terusan Suez adalah hambatan besar untuk perdagangan. Inilah yang kemudian mendorong negara-negara ini mengusulkan terciptanya sebuah rute baru.
Dengan rute baru tersebut, pengapalan yang sama dapat berlayar dari Mumbai ke Dubai lewat jalur laut. Dari Dubai perjalanan dilanjutkan menuju Haifa di Israel dengan kereta api yang melewati kota-kota, seperti Riyadh. Dari Riyadh pelayaran dilanjutkan ke Eropa lewat jalur laut kembali. Rute baru ini bakal menghemat waktu dan biaya, plus tidak ada kemacetan. Pada dasarnya proyek ini adalah win-win solution untuk semua pihak. Ini adalah proyek yang sangat penting yang menciptakan konektivitas Asia Barat, Timur Tengah dan Eropa. Tentu ini bakal menawarkan banyak peluang besar dan menghubungkan banyak negara dan masyarakat.
Sumber Foto: Shutterstock
Lalu, mengapa proyek ini begitu penting? Pertama, ia mengurangi waktu perjalanan dan biaya. Koridor Timur menghubungkan India ke Teluk Arab, Koridor Utara menghubungkan Teluk Arab ke Eropa. Ini seperti jembatan antara kedua benua. Kedua, rute ini memudahkan upaya ekspor energi bersih, juga memperluas akses ke listrik bersih. Ketiga, negara-negara peserta ingin membentangkan kabel untuk energi dan konektivitas digital. Yang terakhir proyek ini akan melindungi rantai pasokan regional dan meningkatkan aksesibilitas, sehingga menciptakan lebih banyak lapangan kerja di seluruh wilayah.
ADVERTISEMENT
Ini adalah rencananya. Bagaimana dengan implementasinya? Negara-negara anggota sudah menandatangani MoU. Mereka berencana akan bertemu dalam 60 hari ke depan guna memetakan peta jalan di masa depan. Akan ada rencana aksi dengan jadwal masing-masing. Jadi sebetulnya jalan ke depan masih jauh dan panjang. Tetapi koridor ini bukan hanya tentang perdagangan dan konektivitas tapi juga sebagai upaya menentang dan menantang China.
Koridor India, Timur Tengah dan UE adalah alternatif atas Belt and Road Initiative (BRI) China. Ini adalah proyek yang digemakan Xi Jinping. Sayangnya proyek ini mulai kehilangan pesonanya. Hutang menumpuk. Negara-negara seperti Italia berencana hengkang dari BRI. Laporan menyebutkan bahwa Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni secara pribadi mengisyaratkan hal ini kepada Perdana Menteri Tiongkok Lee Chian. Tapi Maloney belum mengatakan apa-apa di depan umum. Bahkan dalam konferensi pers dia mengatakan bahwa keputusan itu belum diambil. Masalahnya adalah bagaimana menjamin kemitraan yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT
Susah dinafikan bahwa Belt and Road Initiative (BRI) China mulai kehilangan rantainya. Mitra-mitra China mulai melompat keluar. Sekarang Belt and Road Initiative ini menghadapi saingan yang kredibel di Asia Barat. Apakah Belt and Road Initiative ini, mereka menyebut jalur rempah modern, akan mampu terwujud? Semuanya tergantung pada implementasinya.