Konten dari Pengguna

Netralitas Gender Tuhan di Inggris

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
11 September 2023 5:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto; Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto; Shutterstock
ADVERTISEMENT
Saya ingin berbicara tentang kata ganti (pronoun) dalam bahasa Inggris. Tapi ini bukan kelas bahasa Inggris. Ini menyangkut she, her, he, him, they, dan them. Ini semua adalah kata ganti gender yang umum digunakan. Kita sudah mempelajarinya sejak di bangku sekolah menengah, bahkan ada yang sejak sekolah dasar. Tapi bagaimana dengan kata ganti seperti them, they, theirs or Ze/hir. Ini semua adalah kata ganti gender netral karena gender bukan lagi biner.
ADVERTISEMENT
Ini dianggap sebagai spektrum. Di Inggris sekarang dianggap sopan untuk menanyakan kata ganti yang dikehendaki oleh seorang. Jadi jika Anda mendengar kata ganti seperti they, them, theirs, maka tak perlu bingung sebab ini semua adalah kata ganti umum yang gender netral.
Apa yang dimaksud dengan gender netral? Ini merujuk kepada keadaan saat orang tidak ingin mengidentifikasi dengan salah satu kata ganti biner he atau she. Kata ganti gender netral bisa digunakan untuk merujuk pada satu orang.
Ze/hir adalah kata ganti yang digunakan oleh komunitas trans. Beberapa orang dari komunitas trans ini memilih untuk tidak menggunakan kata ganti sama sekali. Mereka menggunakan nama mereka alih-alih kata ganti. Bagaimana penerapannya?
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, Limbo menonton Vantage karena Limbo masih seorang pelajar. Anu menguasai isu-isu hubungan internasional. Pada dua kalimat ini tidak ada kata ganti. Yang ada adalah nama subjek.
Ilustrasi gereja di Inggris. Foto: AFP/BEN STANSALL
Berbicara kembali tentang ini, kata ganti telah diperluas yang mencakup lebih banyak orang. Lalu, bagaimana dengan Tuhan (God) dan kata ganti-Nya, yakni He? Ternyata kata ganti Tuhan juga mengikuti perkembangan zaman dan akan menjadi gender netral. Gereja Inggris sedang mempertimbangkan apakah akan berhenti menyebut Tuhan sebagai 'He’ atau tidak.
Ini terjadi setelah beberapa kasus sebelumnya. Sejumlah anggota masyarakat ingin diperbolehkan menggunakan istilah gender netral ketika berbicara tentang Tuhan. Dua komisi yang ditunjuk oleh Gereja Inggris akan membahas masalah ini pada musim semi ini.
ADVERTISEMENT
Dalam Gereja Inggris, perubahan apa pun memerlukan persetujuan Sinode, badan pengambil keputusan dalam Gereja Inggris. Para penggiat keadilan gender menyambut baik langkah ini, namun ada beberapa kendala. Pertama-tama, apa yang terjadi dengan doa 'Bapa Kami' (Our Father) yang merupakan doa utama umat Kristiani di mana Yesus memerintahkan para pengikutnya untuk diucapkan bersama-sama.
Seperti sudah diduga sebelumnya, kelompok tradisionalis Kristen tidak senang dengan kemungkinan adanya perubahan. Ada yang mengatakan tindakan seperti itu akan dianggap sebagai pengabaian terhadap doktrin gereja itu sendiri.
Dr Ian Paul, seorang uskup dari Gereja Inggris, menegaskan bahwa “God is called Father can't be substituted by Mother without changing the meaning nor can it be gender neutralized to Parent without the loss of meaning” (Tuhan yang Bapa tidak dapat digantikan oleh Ibu tanpa mengubah maknanya dan juga tidak dapat dijadikan gender netral menjadi Orang Tua tanpa kehilangan maknanya, The Telegraph, 7 Feb 2023).
Ilustrasi berdoa. Foto: Shutterstock
Berbeda dengan Islam, Allah sebagai Tuhan tidak disifati sebagai laki-laki atau perempuan. Sebab dalam akidah Islam, Allah tidak menyerupai makhluk-Nya, seperti manusia yang terdiri laki-laki dan perempuan.
ADVERTISEMENT
Gereja Inggris mengatakan telah mengeksplorasi penggunaan bahasa berdasarkan gender dalam kaitannya dengan Tuhan selama bertahun-tahun. Juru bicara Gereja Inggris menegaskan, “This is nothing new. Christians have recognized since ancient times that God is neither male nor female. Yet the variety of ways of addressing and describing God found in scripture has not always been reflected in our worship." (Ini bukanlah hal baru.
Umat Kristen telah menyadari sejak zaman kuno bahwa Tuhan bukanlah laki-laki atau perempuan. Namun keragaman cara menyapa dan menggambarkan Tuhan yang ditemukan dalam kitab suci tidak selalu tercermin dalam ibadah kita).
Pelbagai denominasi di Skotlandia telah beralih dari menyebut Tuhan sebagai He, namun tidak semua orang menyukai gagasan ini. Kritikus mengatakan ini adalah contoh sempurna dari sikap terlalu woke (secara literal bermakna ‘terbangun’).
ADVERTISEMENT
Apa yang dimaksud dengan woke? Ini adalah istilah yang digunakan untuk menandakan tingginya kesadaran politik dan sosial. Masyarakat saat ini melihat bagaimana Inggris menghadapi masa depan yang tidak beragama.
Menurut data sensus 2021, sebagian besar penduduk England dan Wales yang berusia di bawah 14 tahun mengatakan bahwa mereka tidak beragama. Untuk pertama kalinya, agama Kristen tidak lagi menjadi agama mayoritas di kedua daerah tersebut.
Ada tekanan pada gereja untuk menjangkau generasi muda dan memodernisasi cara-caranya untuk mempertahankan daya tariknya. Namun akankah ini akan terjadi, mengingat penyapaan kata ‘Tuhan’ pun tidak luput dari krisis keyakinan yang terjadi di Inggris.
Ketika Inggris terancam kehilangan agamanya, Tuhan pun terancam kehilangan kata ganti-Nya. Mengharapkan umat beriman untuk berpindah dari Our Father ke Our Parent yang non-gender merupakan sebuah lompatan iman. Terus terang banyak pihak tidak mau menerimanya. Kita akan lihat bagaimana hasilnya.
ADVERTISEMENT