Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Pudarnya TV Kabel: Menuju Era Tanpa Saluran?
1 September 2023 7:38 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Televisi mengalami banyak perubahan drastis dalam beberapa dekade terakhir. Di Indonesia, kita pernah memiliki era saluran TV tunggal, yakni stasiun TVRI. Kita juga pernah dan tengah menghadapi masa dengan terlalu banyak saluran TV. Sekarang kita agaknya tengah menuju ke era tanpa saluran sama sekali.
ADVERTISEMENT
Di Amerika Serikat perusahaan TV kabel mengalami kerugian besan. Data bulan Juli memperlihatkan TV kabel dan siaran televisi mencakup 49,6 persen dari total pemirsa. Ini pertama kalinya terjadinya penurunan orang-orang menonton TV kabel di bawah 50 persen dalam sejarah AS.
Orang-orang sudah mulai migrasi dari TV kabel. Jadi apa yang mereka tonton? Masyarakat lebih suka menonton TV online atau live streaming TV. Kanal-kanal seperti Netflix dan YouTube tumbuh 38,7 persen. Ini adalah rekor tinggi. Ini menjelaskan bahwa tren ini telah terlihat sejak lama.
Menonton TV online and streaming perlahan-lahan menjadi bagian dan memengaruhi TV kabel dan pemirsa. Tengoklah situasi di India sebagai pasar terbesar TV online dan layanan streaming di dunia.
ADVERTISEMENT
India memiliki sekitar 131 juta koneksi kabel pada tahun 2020. Angkanya turun menjadi 120 juta tahun lalu dan diprediksi pada tahun 2025 angkanya turun lagi menjadi 116 juta. Apa artinya? Ini berarti bahwa semakin banyak orang India meninggalkan kebutuhan mereka kepada TV kabel. Lalu apa yang mereka tonton? Tentu saja layanan streaming.
India adalah pasar dengan pertumbuhan tercepat untuk Netflix. Tahun lalu angka langganannya naik 30 persen. Sama seperti YouTube, India memiliki 265 juta pengguna YouTube pada tahun 2019. Angka ini meningkat menjadi 574 juta pengguna di tahun 2023 ini.
Artinya, pengguna YouTube naik dua kali lipat di India. Ini tidak berarti bahwa televisi sedang sekarat. Yang terjadi adalah perubahan orang-orang menikmati televisi lebih. Masih di India, pasar TV Pintar (Smart TV) tumbuh 28 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Orang sudah jarang membeli TV konvensional. Sekitar 93 persen dari semua TV yang dijual adalah TV Pintar, yang berarti menyajikan konten Netflix, Amazone Prime, dan lain-lain. Semua itu dapat diakses di TV Pintar.
Apa yang bisa dijelaskan lewat pergeseran ini? Setidaknya ada tiga alasan utama. Pertama, karakter pemirsa atau penonton. Streaming berjalan sesuai permintaan dan keinginan kita. Kita dapat menontonnya, jeda sebentar dan menonton kembali. Karena sebagian besar dari kita menonton TV dan multitasking, kita lebih memilih streaming daripada TV kabel. Kita akan ketinggalan siaran atau film favorit bila hanya mengandalkan TV kabel.
Kedua, aksesibilitas. Orang bisa menikmati streaming di mana saja: ponsel, laptop, TV layar lebar—apa pun yang kita inginkan. Kita tidak harus berada di rumah untuk menonton sesuatu yang bisa kita lakukan saat bepergian.
Ketiga, konten yang tak ada habisnya. Orang tak akan kekurangan konten saat memilih apa yang harus ditonton. Netflix memiliki 17.000 serial dan film, Amazon Prime memiliki sekitar 28.000 konten. YouTube memiliki lebih dari 800 juta video. Saluran streaming tidak mungkin kehabisan konten. Sementara TV kabel tidak dapat menawarkan hal demikian, baik skala maupun keragaman konten.
ADVERTISEMENT
Apakah ini berarti streaming tetap akan eksis? Nah, industri streaming ini bukan tanpa masalah. Sebagian besar raksasa streaming tidak menghasilkan keuntungan besar. Netflix membukukan USD 4 miliar tahun lalu, tetapi pertumbuhan pelanggannya bermasalah.
Netflix berhasil menambahkan 18 juta pelanggan baru pada tahun 2021, tetapi pada tahun 2022 hanya 9 juta. Jika pertumbuhan pelanggan melambat, bagaimana raksasa streaming akan menghasilkan uang? Dengan menaikkan biaya langganan atau layanan.
Disney+ menaikkan biaya sebesar USD 3 dolar. Hulu melakukan hal yang sama, sementara HBO Max menaikkan biaya sebesar USD 1 dolar. Koktail layanan streaming teratas dapat dikenakan biaya hingga USD 87 dolar, padahal tahun lalu biayanya USD 73 dolar. Karenanya biaya streaming akan meningkat. Tapi apakah itu cukup untuk mendorong pelanggan kembali ke TV kabel?
ADVERTISEMENT
Tidak ada indikasi ke arah sana. Para raksasa streaming memompa miliaran dolar membuat konten-konten baru. Beberapa acara sudah diasosiakan dengan streaming, seperti Stranger Things dengan Netflix atau Game of Thrones dengan HBO. Perusahaan-perusahaan ini memanfaatkan tren tersebut. Ini juga membantu internet menjadi lebih murah. Inilah perbedaan besar antara TV kabel dan streaming.
TV kabel tidak memerlukan internet, layanan streaming memerlukannya. Tidak ada gunanya menunggu layanan streaming untuk berantakan atau jatuh. TV kabel perlu melakukan reinvention. Mengapa saya menunggu satu minggu untuk episode baru ketika semua episode sudah dirilis di Netflix?
Jadi strategi perlu diubah. Demikian juga buat pengiklan juga. Jika pemirsa atau penonton sudah meninggalkan TV kabel, lalu ke mana rating akan berlabuh? Tentu iklan akan ikut serta.
ADVERTISEMENT