Konten dari Pengguna

Masyarakat berperan penting dalam deteksi dini penyakit!

Dr CSP Wekadigunawan
Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat IAKMI, Ketua Komite Etik Penelitian Kesehatan dan Ketua Senat Universitas Esa Unggul.
1 November 2024 9:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr CSP Wekadigunawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Deteksi dini masalah penyakit di masyarakat amatlah penting untuk dilakukan. Terutama pada siapa saja yang bekerja di pusat layanan kesehatan primer, seperti di Puskesmas, baik di tingkat kecamatan maupun desa.
ADVERTISEMENT
Dalam tataran ilmu Epidemiologi penyakit, ada istilah surveilans yang artinya mengidentifikasi penyakit atau adanya masalah kesehatan di masyarakat. Surveilans idealnya memang dilakukan tenaga-tenaga kesehatan professional, hanya saja, seperti kita ketahui bersama, tenaga kesehatan jumlahnya tidak memadai untuk mengerjakannya. Itu sebabnya perlu Surveilains berbasis Masyarakat (SBM) atau Community Based Surveillance (CBS). Pada SBM ini, deteksi dini juga melibatkan masyarakat setempat untuk mencatat adanya gejala, melaporkannya melalui applikasi Satu SBM dan kemudian melakukan respon atau aksi menghadapi ada gejala-gejala di masyarakat setempat.
Dr. Çri Sajjana Prajna Wékādigunawan, MPH, Ph.D Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial, Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat membuka Lokalatih Pemahaman Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Surveilans berbasis masyarakat.
zoom-in-whitePerbesar
Dr. Çri Sajjana Prajna Wékādigunawan, MPH, Ph.D Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial, Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat membuka Lokalatih Pemahaman Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Surveilans berbasis masyarakat.
Palang Merah Indonesia Pusat, saat ini Dr. Cri Sajjana Prajna Wekadigunawan, Ph.D, (Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial termasuk di dalamnya pengelolaan higienisitas air dan sanitasi), beserta tim beliau, yakni, Eka, Dewi, Rista dan lainnya menyelenggarakan pelatihan Satu SBM kepada peserta dari 24 propinsi di Indonesia. Masing-masing propinsi diwakili satu orang.
ADVERTISEMENT
Para Peserta Lokalatih dari 24 propinsi bersama para fasilitator
Acara dilaksanakan di Aula RS PMI Bogor, di lantai 4. Sementara untuk penginapan peserta, PMI memilih Hotel Permata – Bogor yang jaraknya hanya sekitar 100 meter dari RS. PMI Bogor. Sehingga peserta cukup berjalan kaki menuju lokasi pelatihan.
Acara ini juga dihadiri perwakilan IFRC (International Federation Red Cross and Red Crescent) sdri Dwi Handayani dan Dede Mahmuda, yang melakukan monitoring penyelenggaraan training Satu SBM ini.
Dr. Weka berharap, training yang berlangsung sejak Senin 28 Oktober 2024 - 31 Oktober 2024 ini, dapat diterapkan sebagai program kerja di 24 propinsi, dimana peserta berasal untuk menjamin kesinambungan program ini.
----------------------------------