Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Palang Merah Indonesia merespon wabah Malaria di Nias Selatan
25 November 2024 15:51 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 11 Desember 2024 10:46 WIB
Tulisan dari Dr CSP Wekadigunawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Wabah Malaria melanda Kabupaten Nias Selatan – Sumatera Utara sejak bulan Januari 2024. Lebih dari 1000 kasus baru dilaporkan selama kejadian luar biasa (KLB) ini. Situasi tanggap darurat ini, diperpanjang terus hingga satu bulan ke depan oleh Pemerintah Kabupaten Nias Selatan. Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat mengirim tim respon tanggap darurat ke Kabupaten Nias Selatan, pada tanggal 21 November 2024. Sebanyak 2000 kelambu berinsektisida dibagikan ke penduduk beresiko terkena malaria dan infeksi dengue (dahulu dikenal dengan demam berdarah). Nias-Selatan adalah daerah endemis Malaria, sehingga penularan bersifat indigenous yakni berasal dari lokasi itu sendiri. Dianggap wabah karena peningkatan kasus dianggap lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Pulau Tello, adalah pulau dengan jumlah kejadian Malaria tertinggi. Pulau lainnya adalah pulau Hibala. Tim dipimpin oleh Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial Palang Merah Indonesia Pusat, Cri Sajjana Prajna Wekadigunawan, terdiri atas 3 orang dari Pusat, dari propinsi 2 orang dan 2 orang kabupaten Nias Selatan, menuju ke pulau Tello di kawasan Nias Selatan ini. Tim PMI berkoordinasi dengan Kadinkes Nias Selatan, dr. Heni Duha.
ADVERTISEMENT
Untuk ke pulau Tello, tim PMI menyewa ‘speed boat’ dari Pemda Nias Selatan sebesar Rp. 10 juta rupiah pulang-pergi. Kabupaten Nias Selatan adalah termasuk kepulauan terluar wilayah Indonesia terdiri atas pulau-pulau kecil yang penduduknya juga kurang dari 10.000 orang di pulau-pulau tersebut. Tidak mudah menuju ke Pulau Tello yang berjarak 100 km dari Pelabuhan Teluk Dalam Nias Selatan. Tim tanggap darurat harus menyesuaikan dengan keadaan alam, yakni situasi gelombang Samudera Indonesia. Tim PMI melakukan perjalanan dengan ‘speed boat’ selama 3 jam, dengan situasi gelombang yang mendadak tidak bersahabat di tengah-tengah. Menyebabkan sebagian besar tim wabah ini mengalami muntah-muntah (mabuk laut) karena ombak laut yang mengguncang ‘speed boat’ yang digunakan tim Palang Merah Indonesia.
Tim Palang Merah Indonesia melakukan kajian lingkungan dan melakukan focus group discussion (FGD) dengan 30 orang penduduk dibagi dua kelompok. Observasi dari tim PMI, adalah ketidak-sadaran masyarakat akan kebersihan di dalam rumah dan di luar rumah contoh peternakan babi dibuat kandangnya dekat sekali dengan rumah tinggal, sampah dibuang ke laut, buang air besar di pantai, rumah panggung berisi genangan air dan banyak lagi.
Tim Palang Merah Indonesia tidak hanya melakukan intervensi, tetapi juga memberikan edukasi (promosi kesehatan) kepada masyarakat di pulau Tello.
ADVERTISEMENT
Kepulangan kembali ke Pulau Nias juga terkendala. Cuaca sangat buruk, sehingga tim Tanggap Darurat terpaksa menginap di sebuah penginapan yang sangat sederhana di pulau Tello. Tapi penginapan ini yang terbaik yang ada di pulau Tello. Tantangan lainnya adalah listrik tak 'ajeg' menyala di pulau ini. Juga sinyal untuk berkomunikasi juga terbatas. Keesokan paginya, pukul 5 kami kembali ke pelabuhan Teluk Dalam di Nias Selatan dengan kondisi gelombang laut yang juga tak lebih baik daripada saat kita berangkat. Sebagian besar dari kami, mabuk laut lagi.
Pada hari Selasa tanggal 25 November 2024, PMI Pusat juga memberikan bimbingan teknis untuk melaporkan gejala awal masalah kesehatan di masyarakat atau dikenal dengan Satu SBM (Surveilans Berbasis Masyarakat) kepada pengurus dan relawan Palang Merah Indonesia Nias Selatan berlokasi di Cafe Titik Temu di kota Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan.
Bantuan ini diharapkan mampu mengatasi wabah Malaria dan infeksi Dengue di Kabupaten Nias-Selatan. Perlu diketahui bahwa jenis nyamuk penular Malaria dan Dengue berbeda, maka penting untuk mengetahui perilaku nyamuk-nyamuk yang menjadi vektor penyakit-penyakit ini, untuk melakukan intervensinya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, 10 Desember 2024, Kabupaten Nias Selatan diperpanjang situasi tanggap daruratnya, karena masih munculnya kasus baru Malaria.
--------------------------