Konten dari Pengguna

Distribusi Makanan Bergizi oleh Pemerintah untuk Anak Sekolah, Apa Ukurannya?

Dr Sudjoko Kuswadji SpOk
Dokter Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran UI (1972), TNI AU Wamil (1974-1980), Chief Medical Officer Indomedika, Trainer dan Konsultan
25 Juli 2024 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr Sudjoko Kuswadji SpOk tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi makanan anak. Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi makanan anak. Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saya dokter jadul. Sejak sekolah saya banyak belajar soal gizi. Mulai dari belajar soal kwashiorkor sampai stunting. Dalam konsep gizi terbaru, protein hewani dinilai efektif untuk mencegah anak stunting. Pangan hewani punya kandungan zat gizi yang lengkap, kaya protein hewani, dan vitamin yang sangat mendukung tumbuh kembang. Asupan protein hewani pada ibu hamil sangat penting dalam mencegah stunting pada janin di kandungnya.
ADVERTISEMENT
Dari dulu sampai sekarang, kami menggunakan indeks Quetelle, ahli astronomi yang merambah ke ilmu gizi. Rumusnya yang terkenal adalah Body Mass Indeks (BMI) alias indeks massa tubuh. Setiap kami melakukan pemeriksaan kesehatan berkala, tinggi badan (TB) dan berat badan (BB) selalu diukur. Dari dua ini kami menilai perkembangan gizi karyawan.
Hasil itungannya, normalnya adalah 25. Jika skalanya rendah, artinya jelek. Tapi skala tinggi juga jelek.
Pengamatan saya, melihat perkembangan generasi z atau bonus demografi, rupanya mereka banyak yang gemuk. Susu coklat atau susu buatan (brown fat) sangat mempengaruhi perkembangan bayi jadi gemuk. Mereka diharapkan bisa meningkatkan produktivitas, tapi malahan menurunkan.
Ilustrasi Anak Gemuk. Foto: Shutter Stock
Studi mengenai distribusi makanan bergizi untuk murid sekolah tidak pernah diumumkan ke masyarakat. Kebiasaan ini terjadi dalam semua bidang pembangunan. Takut banyak masyarakat tidak setuju, oposisi tidak berkenan. Miriplah dengan negara berpaham komunisme.
ADVERTISEMENT
Contohnya program IKN. Simulasi perencanaan, pembangunan, dan keberhasilannya belum pernah diperagakan. Banyak kesulitan untuk mengomentari program pemerintah.
Konsep empat sehat lima sempurna hanya menyampaikan soal komposisi nutrisi bahan makanan saja, tapi tidak menyampaikan proporsi nutrisinya sendiri. Lembaga Makanan Rakyat malah mengubah sumber karbohidrat jadi monopoli beras.
Makanan rakyat yang semula singkong, digeser jadi beras yang proteinnya rendah. Pemakan sagu diganti nasi, karena sagu dianggap menyerap yodium sehingga mengurangi kepandaian.
Konsep gizi seimbang mencoba untuk mengintervensi indeks. Perkembangan tubuh anak menjadi dewasa tidak menuju indeks yang ekstrim tinggi atau rendah.
Bahan nutrisi dipetakan dalam bentuk piramida. Yang paling bawah, dan paling banyak, adalah makanan banyak serat, sayuran, dan buah. Banyak serat bisa bikin pencernaan lebih lancar, buang air bisa setiap hari. Konsep ini sudah mulai mengukur unsur bahan gizi, tapi perkataan seimbangnya tidak jelas ukurannya.
ADVERTISEMENT
Gizi berlebih, atau obese, tidak boleh bekerja di offshore. Alasannya karena bisa menyulitkan evakuasi dalam keadaan emergency. Pintu di instalasi offshore umumnya sempit, tapi pekerja offshore cenderung gemuk. Bagaimana tidak gemuk, tempatnya sempit jadi olahraga pun terbatas.
Superintendent yang menyediakan calesthenic sayang tidak laku. Makanannya enak. Superintendent meransum diet. Ada makanan untuk diabetes, dan beberapa jenis kalori. Tidak berhasil juga. Makanan sukar diatur. Pekerjaan fisik berat otomatis makan cenderung banyak.
Ilustrasi bekal makan siang gratis untuk anak sekolah di luar negeri. Foto: Shutterstock
Nah makanan bergizi untuk anak sekolah pun tidak jelas tujuannya. Prinsipnya cuma meniru apa yang dilakukan di negara lain. Laporan kajiannya, saya belum pernah baca.
Ada dilakukan modelling pun, itu cuma soal distribusinya. Kajian dampaknya terhadap intelektualitas belum pernah. Apa dampaknya terap BMI? Jika sejak bayi saja sudah minum susu brown fat, sampai tua akan tetap gemuk.
ADVERTISEMENT
Visi misi pemerintah soal sumber daya manusia memang nomor satu, namun umumnya hal ini malah sering dilupakan. Guru-guru ditelantarkan, seleksi pekerja sering berdasarkan KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), kurikulum berubah-ubah.
Sementara itu peran masyarakat dalam pembangunan negara ini juga belum optimal. Peranan kementerian juga tidak jelas. Soal gizi, apakah masih dalam peranan Kementerian Kesehatan atau kementerian lain?
Jika masih dalam kewenangan Kemenkes, tujuan distribusi harus jelas untuk kesehatan masyarakat. Tidak boleh ada kekurangan atau kelebihan gizi. Nah, celakanya, indeks Quetelette tidak cocok untuk anak usia kurang dari 15 tahun. BMI kurang dari 25 belum tentu berarti kurang gizi. Yang jelas program ini rawan salah sasaran.