Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sexologi dalam Kedokteran vs Pornografi dalam Masyarakat
22 Juli 2024 9:10 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Dr Sudjoko Kuswadji SpOk tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa ahli bilang bahwa pendidikan seks itu tidak bermanfaat. Seks itu ibarat burung belajar terbang. Induk burung tidak pernah mengajari anaknya bagaimana terbang.
ADVERTISEMENT
Di tengah cluster rumah saya ada taman. Di taman itu ada sangkar burung merpati. Saya biasa kasih makan burung itu dengan nasi bekas. Ada beberapa anak burung yang bulunya sudah tumbuh lengkap mengepakkan sayapnya lalu mematuk nasi. Ada anak burung lain yang terjatuh ke tanah. Dia bisa jalan, tapi baru beberapa hari kemudian bisa terbang. Perlu ada kursus terbang untuk burung.
Percaya atau tidak, berita konyol seperti ini. Believe it or not. Peristiwa terjadi di suatu pedalaman yang sangat terpencil. Seorang dokter Puskesmas kedatangan sepasang suami isteri yang ada kesulitan punya anak Sudah dua tahun menikah belum memperoleh momongan.
Seperti biasa dokter memeriksa unsur reproduksi sang isteri dan suami. Semuanya normal. Selanjutnya faktor ketiga. Bagaimana mereka bersanggama. Ternyata mereka tidak menggunakan alat kelaminnya. Sang suami hanya mengulas puser si wanita. Ya tentu saja tidak bisa hamil.
ADVERTISEMENT
Seksologi adalah studi ilmiah tentang seksualitas manusia , termasuk minat, perilaku , dan fungsi seksual manusia. Ada beberapa fitur youtube, ceramah anatomi fisiologi atau kisah bersambung yang tidak ilmiah.
Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Itu definisi hukum. Interpretasinya sulit ditafsirkan. Bisa campur aduk dengan seksologi.
Berdasarkan cerita konyol tadi ternyata memang banyak orang yang belum paham benar makna apa seks dan tujuannya. Di fakultas kedokteran tidak semua mahasiswa mendapatkan kuliah ini.
Banyak orang mengalami kesulitan punya anak. Walaupun demikian para ahli seksologi tetap enggan menyebarkan ilmunya secara massal. Alasannya karena definisi hukum yang abu-abu itu.
ADVERTISEMENT
Seminar sexologi pertama dan terakhir diselenggarakan di Bali tahun 1980. Penyelenggaranya dihukum dikenakan pasal memasukkan video porno ke Indonesia. UU Pornografi 44 tahun 2008 baru belakangan diterbitkan.
Banyak peserta seminar itu kemudian memproklamirkan dirinya sebagai ahli secologi. Ada dokter umum biasa. Ada dokter penyakit jiwa, fisiologi dan lain-lain. Mereka umumnya autodidak, bukan lewat S2 atau S3 formal. Belum ada seumur manusia program studi sexologi.
Banyak orang mengaku sebagai ahli sexologi baik dokter maupun bukan dokter. Para pencari kebenaran dalam bidang ini masuk ke dalam belantara gelap. Tidak semua dokter memahami fisiologi sex. Paling banyak mereka belajar anatomi ketika melakukan bedah mayat. Pelanggaran susila banyak dilakukan, sesuai dengan jumlah berita di TV mengenai perkosaan, homosex, pembunuhan dan lain-lainnya.
ADVERTISEMENT
Seorang dokter kandungan mengaku sebagai ahli sex. Beberapa kali dia dipanggil bagian etika organisasi profesi. Dia disangka terlalu vulgar menyampaikan edukasinya. Sementara prinsip etika harus jujur. Kalau dia berkata samar-samsr, persepsi pengikutnya akan melenceng. Yang jelas saja sering dipersepsikan salah.
Pelanggaran susila itu mirip burung yang tak berhasil bisa terbang. Walaupun bulunya sudah penuh dia tidak mampu mengepakkan sayapnya secara sempurna. Akibatnya dia jatuh ke tanah. Untung tidak mati.
Kalau manusia larinya ke penjara atau pengucilan masyarakat. Kasus terakhir terlalu lama baru diadili. Masyarakat sudah lama mengecam.
Banyak kegagalan sex lainnya yang tidak muncul ke permukaan. Homosex, lesbian, dua penyakit yang sulit disembuhkan. Sekolah unisex perlu ditinjau ulang. Memisahkan tempat tidur anak-anak. Bagaimana dengan keluarga miskin. Mereka perlu pengetahuan yang benar dari sumber yang terpercaya.***
ADVERTISEMENT