Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Eksistensi Bahasa Sunda di Banten Semakin Hari Kian Berkurang
28 Juni 2022 18:31 WIB
Tulisan dari Dwi Maulidyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banten adalah sebuah provinsi di ujung barat pulau Jawa yang mayoritas masyarakatnya berbahasa Sunda, walaupun ada sebagian yang berbahasa Jawa karena akulturasi dari kerajaan Cirebon pada zaman dahulu. Bahasa Sunda Banten juga menjadi identitas provinsi Banten sebagai salah satu bekas wilayah tatar Sunda di Nusantara.
ADVERTISEMENT
Bahasa Sunda sendiri sedikitnya terbagi menjadi enak jenis dialek. Yaitu dialek Barat yang umumnya digunakan oleh masyarakat Sunda Banten. Dialek Tenggara di wilayah Banyumas dan Ciamis. Dialek Timur di wilayah Majalengka dan Kuningan. Dialek Selatan di wilayah Bandung, Garut, dan sekitarnya. Dialek Utara digunakan oleh masyarakat Sunda Bogor. Dan terakhir dialek Timur Laut di wilayah Brebes dan Cirebon.
Tetapi, di antara keenam dialek tersebut, bahasa Sunda Banten merupakan dialek yang paling murni serta memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut terletak pada logatnya yang cenderung keras dan kosa kata yang cenderung kasar. Karena, bahasa Sunda Banten merupakan bahasa Sunda yang langsung diturunkan dari bahasa Sunda kuno dan tidak mengalami akulturasi ketika kerajaan Mataram melakukan ekspansi ke wilayah tatar Sunda. Apalagi di wilayah suku Baduy Banten, di sana sama sekali tidak pernah mengalami akulturasi dari kebudayaan lain.
ADVERTISEMENT
Tetapi miris, kini bahasa Sunda di Banten sendiri sudah mengalami penurunan eksistensi, terutama di wilayah perkotaan seperti Cilegon dan Tangerang. Hal tersebut tercermin dari generasi muda yang sudah jarang menggunakan bahasa Sunda saat berinteraksi dengan orang dari wilayah yang sama. Kini para generasi muda justru cenderung lebih familiar dengan bahasa asing dibandingkan bahasa daerah yang menjadi identitas budayanya. Dan yang lebih miris, mayoritas para orang tua juga sudah tidak mengajarkan anaknya berbahasa Sunda sebagai bahasa ibu. Hal tersebut tidaklah salah, tetapi hanya kurang tepat saja.
Keunikan bahasa Sunda Banten ini harusnya terus dijaga dan dilestarikan sebagai identitas masyarakat Banten itu sendiri ataupun identitas Indonesia sebagai negara yang kaya akan bahasa daerah. Oleh karena itu, seharusnya bahasa daerah dijadikan bahasa ibu, yaitu bahasa pertama yang diperkenalkan kepada anak sejak kecil. Saran ini sebetulnya bukan berlaku hanya untuk masyarakat Banten saja, tetapi seluruh masyarakat di Indonesia yang memiliki bahasa daerah. Agar bahasa derah dapat terus terjaga eksistensinya sebagai kekayaan budaya Indonesia yang terkenal dengan predikat negara multikultural.
ADVERTISEMENT