Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Mengapa Praktik PBLHK Dilihat dari Konsep WSACC UNESCO Tidak Cukup?
2 Desember 2024 18:14 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Dwi Suci Larasati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seluruh dunia kini pasti telah menyadari dampak dari perubahan iklim. Tentunya, negara kita Indonesia juga tak luput untuk merasakan dampak dari perubahan tersebut. Berdasarkan data yang diberikan oleh BMKG, dalam satu dekade terakhir, telah tercatat bahwa suhu rata-rata di Indonesia telah meningkat sebesar 2°C. Meskipun hal ini memang tampak kecil, nyatanya hal tersebut memiliki dampak yang signifikan jika kita biarkan terus-menerus. Contoh nyata akibat dari tindakan pengabaian kita adalah fenomena banjir yang semakin sering melanda kota Jakarta. Bayangkan jika dalam beberapa dekade ke depan hal ini tetap diabaikan, bukan sesuatu yang mustahi untuk tempat tersebut akan tenggelam. Hal- hal seperti inilah yang harus kita antisipasi sejak dini.
ADVERTISEMENT
Adiwiyata dan WSACC: Dua Program, Satu Tujuan
Program Belajar Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PBLHK) atau yang lebih dikenal sebagai Adiwiyata. merupakan program hasil inisiatif dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejak tahun 2006. Di tingkat internasional sendiri, UNESCO memperkenalkan suatu pendekatan holistik yang dikenal sebagai Whole School Approach to Climate Change (WSACC). Kedua program ini bertujuan untuk meningkatkan aksi menjaga dan melestarikan lingkungan di kalangan pelajar. Namun, apakah Adiwiyata sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh WSACC?
Adiwiyata memang telah memberikan pengaruh positif di berbagai sekolah. Sayangnya, jika dibandingkan dengan konsep WSACC, masih terdapat beberapa kekurangan. WSACC menawarkan pendekatan yang lebih holistik dan komprehensif, yang berarti setiap metode yang dilakukan harus dapat merangkul semua aspek yang ada, mulai dari pengajaran, kebijakan, fasilitas, hingga partisipasi aktif dari komunitas sekolah. Sementara itu, kegiatan yang dilaksanakan oleh program Adiwiyata masih lebih fokus pada kegiatan internal sekolah saja. Partisipasi aktif dari seluruh komunitas sekolah, termasuk guru dan staf non- pengajar, sering kali kurang terlihat performanya dalam pelaksanaan program tersebut.
ADVERTISEMENT
Contoh Sukses dari Luar Negeri
Sebagai contoh, St. Francis of Assisi Primary School di Australia telah diakui oleh UNESCO karena berhasil menerapkan konsep WSACC. Mereka telah memasukkan pendidikan iklim ke dalam kurikulum semua mata pelajaran, menciptakan kebijakan penggunaan energi terbarukan, melibatkan seluruh komunitas sekolah dalam aksi lingkungan, dan juga menawarkan program ekstrakurikuler yang mendukung aksi pelestarian lingkungan secara berkelanjutan. Penerapan seluruh aspek tersebutlah yang membuat St. Francis of Assisi Primary School dinyatakan sebagai salah satu sekolah terbaik dalam menerapkan Whole School Approach to Climate Change (WSACC).
Di Indonesia, kurangnya integrasi dalam kurikulum nasional yang lebih luas dan partisipasi yang hanya melibatkan sebagian kecil murid menjadi alasan utama mengapa Adiwiyata belum bisa memenuhi konsep WSACC. Tanpa kebijakan lanjutan untuk menerapkan pendekatan secara holistik, upaya pendidikan tentang pentingnya menjaga lingkungan mungkin tidak akan mencapai dampak yang diinginkan. Padahal, pendidikan lingkungan yang berkelanjutan sangat penting untuk menghadapi tantangan perubahan iklim. Tanpa itu, siswa mungkin tidak akan mendapatkan pengetahuan yang merata. Padahal, pengetahuan ini jelas akan mereka butuhkan untuk keberlangsungan hidup di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Implikasi bagi Indonesia
Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal, PBLHK atau Adiwiyata harus mengintegrasikan prinsip-prinsip WSACC ke dalam program yang mereka ciptakan. Ini bisa dilakukan dengan cara mengembangkan kurikulum yang lebih komprehensif, mengadakan pelatihan untuk melatih para guru, dan menggencarkan upaya agar bisa mendapatkan partisipasi aktif dari seluruh komponen sekolah. Pemerintah dan sekolah memiliki peran yang penting dalam tercapainya implementasi WSACC yang sempurna. Dengan adanya kebijakan baru sebagai dukungan yang kuat, terciptanya generasi yang siap mengatasi tantangan perubahan iklim bukan menjadi sesuatu yang mustahil. Generasi ini akan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran yang diperlukan untuk menghadapi dan mengatasi dampak perubahan perubahan iklim secara lebih efektif.