Konten dari Pengguna

Digitalisasi Sastra dan Sastra Digital

dyanipradespratiwi
Penulis merupakan Dosen Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Andalas
6 Agustus 2024 16:26 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari dyanipradespratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar oleh Dyani Prades Pratiwi: Sastra dan Digital: Ketika Sastra Mengikuti Perkembangan Zaman
zoom-in-whitePerbesar
Gambar oleh Dyani Prades Pratiwi: Sastra dan Digital: Ketika Sastra Mengikuti Perkembangan Zaman
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi dan penggunaannya pada sektor kehidupan sangat marak pada era modern ini. Banyak sektor mulai menggunakan teknologi dalam mengembangkan diri demi mengambil manfaat teknologi dalam memajukan inovasinya. Penggunaan teknologi pada setiap lini masyarakat ini menyebabkan masyarakat pada umumnya mulai memiliki rasa ketergantungan terhadap teknologi. Hubungan masyarakat dan teknologi kini bersifat saling bergantung dan memengaruhi. Banyak masyarakat yang “terpaksa” mempelajari teknologi karena tidak dapat menghindari interaksi tersebut. Ada pula teknologi yang terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kondisi saling bergantung dan memengaruhi antara masyarakat dan teknologi ini pula yang mendorong sektor kehidupan terus berkembang. Pada sektor pendidikan, mulai dikenal dengan Digitalisasi Arsip, Digitalisasi Buku Ajar, hingga penggunaan internet dalam belajar jarak jauh. Pada sektor industri kreatif, mulai bermunculan Digitalisasi UMKM dan Industri Kreatif Digital. Sementara pada sektor bahasa dan sastra menggunakan teknologi dan menghasilkan beragam istilah, diantaranya Digitalisasi Sastra dan Sastra Digital.
Teknologi kerap dikaitkan dengan istilah digital. Menurut KBBI, digital merupakan istilah yang berkaitan dengan atau menggunakan komputer atau internet. Istilah tersebut kemudian memunculkan istilah digitalisasi yang berarti proses pemberian atau pemakaian sistem digital. Selain itu, ada pula istilah yang disebut digitasi. Banyak yang mengira bahwa digitasi dan digitalisasi merupakan suatu hal yang sama, namun pada kenyataannya istilah-istilah tersebut memiliki makna berbeda. Menuru MaryAnne M. Gobble (2018) dalam artikelnya yang berjudul Digitalization, Digitization, and Innovation, kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda meskipun saling berkaitan. Jika digitasi merupakan sebuah proses konversi informasi analog menjadi bentuk digital, maka digitalisasi adalah penggunaan teknologi digital atau informasi digitasi yang memberikan nilai atau makna dalam bentuk baru.
ADVERTISEMENT
Pada bidang sastra, istilah-istilah tersebut juga digunakan. Banyak karya sastra yang didigitasi dari bentuk konvensional yang menggunakan kertas menjadi bentuk digitasl. Pengkajian atas penggunaan digitasi sastra tersebut yang kemudian disebut dengan digitalisasi sastra. Digitalisasi sastra dapat dalam berbagai bentuk digital. Pada mulanya, digitalisasi sastra banyak memfokuskan diri terhadap digitasi karya sastra menjadi bentuk e-book. Kemudian, teknologi dan inovasi yang semakin berkembang, digitalisasi sastra kini dapat ditemukan dalam bentuk audio, bahkan audio visual. Digitalisasi sastra dalam bentuk audio banyak ditemukan dalam audio book, atau bahkan dalam bentuk podcast. Kemudian, dalam bentuk audio visual dapat berupa video dan film.
Digitalisasi sastra tersebut memiliki masing-masing kajian akan manfaat tergantung bentuk digitalnya. Pada umumnya, digitalisasi sastra dapat memberikan kemudahan akses bagi para pembaca. Selain itu, digitalisasi sastra juga dinilai lebih abadi karena penyebaran yang lebih mudah menjadikan banyak data yang tersimpan sehingga jika terjadi kerusakan akan selalu ada dokumen lainnya. Bukan hanya resiko kehilangan dan kerusakan yang menjadi lebih minim, namun digitalisasi sastra juga bersifat tahan lama karena dapat menyimpan dan mengakses karya sastra meskipun sudah tidak diterbitan lagi. Secara khusus, jika dilihat dari berbagai bentuknya, digitalisasi sasta seperti E-book dapat menjadi arsip pustaka dari karya sastra, sehingga memberikan kemudahan dalam pengarsipan. Sementara, audio book dapat menawarkan sensasi mendengarkan karya sastra dan memberikan sensasi seperti yang diberikan oleh tradisi lisan mendongeng. Pada bentuk audio visual, seperti video dan film, menawarkan bentuk visual yang lebih menarik. Banyak film adaptasi yang berasal dari karya sastra dan memiliki peminat yang banyak.
ADVERTISEMENT
Karya-karya sastra yang telah bertransformasi ke bentuk digital seringkali dianggap sama dengan sastra digital. Menurut N. Katherine Hayles (2008) dalam bukunya yang berjudul Electronic Literature New Horizons for The Literary, digitalisasi sastra dan sastra digital merupakan istilah yang berbeda. Sastra digital bukanlah karya sastra dalam bentuk cetak yang didigitasi, tetapi merupakan sebuah karya sastra yang dibuat melalui komputer dan dibaca melalui komputer. Dengan kata lain, penyebarannya memang melalui komputerisasi. Variasi dari sastra digital antara lain hypertext fiction, Fiksi Interaktif, Permainan atau game dengan komponen novelistik, dan lainnya.
Gambar oleh Dyani Prades Pratiwi: Sastra yang lahir dan dibaca melalui komputer
Sastra digital merupakan sebuah produk orisinil dari perkembangan teknologi, terutama yang berkaitan dengan komputer. Sastra digital lahir dari komputer dan dinikmati melalui komputer. Seiring perkembangan zaman, komputer berkembang pula menjadi berbagai bentuk dengan prinsip yang sama, seperti laptop dan tablet. Selain itu, mulai berkembangnya internet juga banyak memengaruhi perkembangan genre sastra ini. Banyaknya situs yang menawarkan diri sebagai wadah dalam penciptaan sastra digital, seperti Miss Literati, Squidoo dan wattpad. Selain itu, ada pula gerbakan yang membuat sastra digital dalam bentuk video, sebagaimana yang dilakukan salah satu penulis yang kini menjadi content creator, Raditya Dika, yang membuat teks cerita pendek dalam bentuk video dan disebarkan melalui kanal Youtube-nya.
ADVERTISEMENT
Perkembangan digital kerap kali memberikan label pada masa modern ini sebagai era digital. Seperti sektor lainnya, sastra yang turut mengikuti perkembangan zaman kini dapat dinikmati melalui digitalisasi sastra dan sastra digital. Keduanya tentu saja merupakan produk sastra pada era digital ini. Keduanya memiliki penikmatnya masing-masing dan tentu saja sangat menarik untuk dikaji lebih jauh tentang dampa keduanya pada bidang sastra.
*Artikel ini merupakan salah satu luaran Skim Tim Penelitian Dosen Muda yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas.