Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Rujak Cingur Legendaris Surabaya, Diulek dengan Cobek Berusia 77 Tahun
15 Mei 2019 12:54 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari eattemptationsby tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalau berbicara soal kuliner khas Kota Surabaya, ya jelas rujak dong jawabannya. Hampir di setiap sudut Kota Pahlawan banyak dijumpai penjual rujak, baik yang berkeliling maupun menetap di bilik-bilik warung sederhana.
ADVERTISEMENT
Bagi orang Surabaya, rujak tanpa cingur itu ibarat makan mi instan tanpa nasi, kurang mengenyangkan, kurang nikmat. Mayoritas rujak yang dijual di Surabaya selalu menggunakan cingur sebagai bahan isian pelengkapnya.
Cingur itu apa, sih? Well, kamu yang bukan orang Surabaya (Jawa Timur) asli pasti asing dengan kata itu. Cingur merupakan mulut atau moncong sapi yang cara penyajiannya harus direbus terlebih dahulu. Tekstur dagingnya tebal, kenyal, dan agak padat seperti krecek (kulit sapi).
Kalau kamu membeli rujak cingur, pasti ditanya, “rujak campur atau matengan?” Maksudnya gimana itu? Jadi, rujak campur dan rujak matengan bedanya hanya terletak pada isiannya.
Selain cingur, yang wajib ada dalam rujak adalah rebusan sayur kangkung, taoge, kacang panjang, timun, lontong, tahu goreng, dan tempe goreng--ini yang disebut rujak cingur matengan.
Kalau rujak cingur campur itu ada tambahan buah-buahan, seperti mangga muda, bengkoang, nanas, dan kedondong. Rasanya lebih segar.
Terasa nikmat karena rujak cingur disajikan dengan olahan bumbu kacang, gula merah, cabai, serta petis yang diulek (dihaluskan) menggunakan alas cobek. Omong-omong soal cobek, ternyata di Surabaya ada salah satu penjual rujak cingur yang menggunakan cobek tertua di Indonesia, lho, yakni berusia 77 tahun. Wow!
Ketika eattemptationsby mampir ke sana dan melihat langsung keadaan cobek tersebut, cukup mencengangkan! Mengapa? Pasalnya, cobek itu masih utuh, tidak ada bocel di sana-sini, terlihat masih kuat meski termakan usia dan berukuran lumayan besar. Hanya saja sudah semakin menipis atau cekung.
“Cobek ini dibuat pada tahun 1942. Waktu itu, Ibu saya memesan cobek di salah satu rekan yang tinggal di Kota Magelang. Karena waktu itu belum ada kendaraan canggih seperti sekarang, beliau bersedia mengantarkan pesanan ibu dari Magelang ke Surabaya dengan mengayuh sepeda,” kata Hendrik, pemilik serta penerus usaha keluarga Rujak Cingur Genteng Durasim.
ADVERTISEMENT
Yang bikin eattemptationsby salut adalah orang tersebut enggak mau dibayar dengan sepeser uang pun. Sebagai gantinya, beliau meminta diajak berkeliling Kota Surabaya dengan naik Dokar (Kereta Kuda).
Melihat Hendrik yang sangat bersemangat dan sesekali tersenyum saat menceritakan kisah tersebut, sepertinya cobek ini "harta karun" yang tak ternilai harganya. Oleh sebab itu, dipertahankan hingga sekarang. Mungkin karena wasiat sang ibu untuk menjaga cobek itu.
Lokasinya persis di tengah-tengah pertigaan jalan, orang Jawa menyebutnya “Tusuk Sate”. Kalau dibilang, sih, ini hidden gem karena letaknya sedikit tersembunyi meski berada di pusat kota. Untuk menjangkaunya harus memasuki gang kecil disamping Hotel Weta terlebih dahulu.
Dari luar terlihat kecil, tetapi tempat makan dibagian dalamnya cukup untuk menampung 10 – 15 orang.
Sebagian besar pegawainya adalah ibu-ibu berumur 50 tahunan ke atas. Mereka sangat baik dan ramah ketika menyambut kedatangan eattemptationsby.
ADVERTISEMENT
Selain menjual rujak sebagai menu utamanya, di sana juga ada masakan rumahan lain, seperti nasi lodeh, nasi campur, nasi rawon, gado-gado dan masih banyak lagi.
Karena tujuan awal ingin me-review rujaknya, akhirnya eattemptationsby memesan dua rujak sekaligus, rujak cingur matengan dan rujak cingur campur. Ternyata rujak di sini harganya sekelas "Sultan", mereka enggak mencantumkan harga di buku menu. Jadi, lebih baik sebelum memesan makanan, kamu harus menanyakan harganya biar enggak kaget sewaktu membayar.
Rujak biasa dihargai Rp 25.000 per porsi, sedangkan rujak spesial harganya Rp 45.000. “Harga mempengaruhi rasa, mbak. Kalau rujak yang harganya Rp 45.000, kami menggunakan petis yang kualitasnya lebih bagus. Selain itu cingurnya lebih banyak,” kata Hendrik.
ADVERTISEMENT
Porsinya cukup mengenyangkan, Rek, dan bumbu kacangnya royal sekali! Eattemptationsby sebagai pencinta bumbu kacang garis keras merasa bahagia lahir batin makan di tempat ini. Hehehe. Rasanya ENAK BANGET. Meski pesannya yang harga Rp 25.000, sudah enak sekali. Enggak terbayang deh seberapa enak yang harganya Rp 45.000.
"Kalau makan sendiri, Rp 25.000 cukup. Tapi, kalau mengajak tamu dari luar kota terlebih calon mertua wajib pesen yang Rp 45.000. Biar cepat diangkat jadi menantu,” guyon Hendrik.
Overall, sangat puas makan di Rujak Cingur Genteng Durasim. Enggak cukup hanya sekali-dua kali, bakalan jadi langganan seumur hidup deh. Kamu yang liburan ke Surabaya, HARUS BANGET cicipin rujak ini. Highly recommended!
Pokok'e ono rego ono roso - Rasa dan harganya sebanding.
ADVERTISEMENT
....
RUJAK CINGUR GENTENG DURASIM
Jl. Genteng Durasim No. 29, Surabaya
Food Price: IDR 12k – 45k
Beverage Price: IDR 5k – 10k
Facility:
● Indoor Room
● Plugs, TV, Fan
Available on Go-Food
Category: Halal Food
Operational Hours:
Everyday, 11.00 – 17.00
During Ramadhan, 11.00 – 18.00