Konten dari Pengguna

Cyber Resilience dan Teknologi Bank Syariah

Edo Segara Gustanto
Dosen FEBI IIQ An Nur YK, HIPD UII, Pusat Kajian Analisis Ekonomi Nusantara
20 Juni 2024 17:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Edo Segara Gustanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Kumparan.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam era digital yang semakin maju, bank syariah menghadapi tantangan baru terkait keamanan siber. Pertumbuhan teknologi finansial (fintech) telah membawa perubahan signifikan dalam cara bank beroperasi, termasuk bank syariah yang harus menjaga prinsip-prinsip syariah dalam setiap aspek operasionalnya. Salah satu aspek kritis yang harus diperhatikan adalah cyber resilience (ketahanan siber), yaitu kemampuan sebuah institusi untuk mempersiapkan, merespons, dan pulih dari serangan siber.
ADVERTISEMENT
Kejadian yang menimpa PT Bank Syariah Indonesia, Tbk (BSI) pada Mei 2023 menjadi contoh nyata betapa pentingnya ketahanan siber bagi bank syariah. Selama sekitar 4-6 hari, seluruh layanan BSI mati total, menyebabkan kepanikan dan kebingungan di kalangan nasabah yang tidak dapat melakukan transaksi apa pun.
Dampak ini terasa lebih parah di Aceh, di mana aturan Perda Syariah mensyaratkan masyarakat menyimpan dana mereka di bank syariah, sehingga masyarakat di wilayah tersebut mengalami kesulitan yang lebih signifikan. Dugaan bahwa layanan teknologi BSI diretas oleh pihak yang tidak bertanggung jawab semakin menekankan urgensi membangun cyber resilience yang kuat.
Artikel ini mencoba menguraikan pentingnya cyber resilience dalam konteks bank syariah serta teknologi apa saja yang dapat mendukung upaya ini.
ADVERTISEMENT
Pentingnya Cyber Resilience bagi Bank Syariah
Cyber resilience adalah komponen vital dalam memastikan kelangsungan operasional bank syariah di tengah ancaman siber yang semakin canggih. Bank syariah tidak hanya bertanggung jawab terhadap keamanan dana nasabah, tetapi juga terhadap kerahasiaan informasi pribadi dan kepatuhan terhadap hukum syariah. Serangan siber dapat mengganggu operasional, merusak reputasi, dan menyebabkan kerugian finansial yang signifikan. Oleh karena itu, membangun cyber resilience yang kuat menjadi keharusan untuk menjaga kepercayaan nasabah dan stabilitas keuangan.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa cyber resilience sangat penting bagi bank syariah: (1). Keamanan Dana Nasabah, (2). Perlindungan Informasi Pribadi, (3). Kepatuhan terhadap Hukum Syariah, (4). Kelangsungan Operasional, (5). Perlindungan Reputasi, (6). Stabilitas Keuangan, (7). Regulasi dan Kepatuhan.
ADVERTISEMENT
Membangun cyber resilience yang kuat menjadi keharusan untuk menjaga kepercayaan nasabah dan stabilitas keuangan bank syariah. Dengan demikian, bank syariah dapat memastikan bahwa mereka siap menghadapi ancaman siber yang semakin canggih dan menjaga operasional mereka tetap berjalan lancar, sambil mematuhi prinsip-prinsip syariah dan melindungi kepentingan nasabah mereka.
Prinsip-Prinsip Cyber Resilience dalam Bank Syariah
1. Pencegahan dan Deteksi: Bank syariah harus memiliki sistem keamanan yang dapat mencegah dan mendeteksi ancaman siber sebelum terjadi. Ini termasuk firewall, antivirus, dan sistem deteksi intrusi yang diperbarui secara berkala.
2. Tanggapan Cepat: Ketika serangan siber terjadi, bank harus dapat merespons dengan cepat untuk meminimalkan dampak. Ini melibatkan rencana tanggap darurat yang jelas dan pelatihan rutin bagi karyawan.
ADVERTISEMENT
3. Pemulihan dan Pemulihan Bencana: Setelah serangan, bank harus memiliki mekanisme untuk memulihkan data dan sistem operasional secepat mungkin. Backup data yang rutin dan strategi pemulihan bencana yang solid adalah bagian penting dari ketahanan ini.
4. Kepatuhan Syariah: Semua langkah dan teknologi yang diterapkan harus sesuai dengan prinsip syariah, memastikan bahwa tidak ada pelanggaran terhadap hukum dan etika Islam.
Tantangan dan Solusi
Bank syariah menghadapi tantangan unik dalam mengimplementasikan teknologi modern karena harus selalu mempertimbangkan aspek syariah. Namun, dengan perencanaan yang matang dan kolaborasi dengan ahli syariah dan teknolog, tantangan ini dapat diatasi. Edukasi dan pelatihan yang kontinu bagi karyawan tentang keamanan siber juga menjadi bagian penting dalam membangun budaya ketahanan siber.
ADVERTISEMENT
Beberapa tantangan yang dihadapai di antaranya adalah: (1). Kepatuhan terhadap Prinsip Syariah, (2). Ancaman Siber yang Berkembang, (3). Kurangnya Sumber Daya Terlatih, (4). Integrasi Teknologi Lama dan Baru, (5). Kesadaran dan Budaya Keamanan Siber.
Solusi yang coba bisa dilakukan di antaranya adalah: (1). Kolaborasi dengan Ahli Syariah dan Teknologi, (2). Perencanaan yang Matang, (3). Edukasi dan Pelatihan Karyawan, (4). Penggunaan Teknologi Canggih: Mengadopsi teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), blockchain, dan enkripsi data untuk meningkatkan keamanan, (5). Pemulihan dan Pemulihan Bencana, (6). Membangun Budaya Keamanan Siber: Menanamkan budaya keamanan siber di seluruh organisasi.
Kesimpulan
Cyber resilience merupakan komponen esensial dalam melindungi bank syariah dari ancaman siber yang semakin kompleks. Kasus BSI pada bulan Mei 2023 menunjukkan betapa krusialnya memiliki strategi ketahanan siber yang kuat.
ADVERTISEMENT
Dengan mengadopsi teknologi terkini yang sesuai dengan prinsip syariah dan membangun strategi ketahanan yang kokoh, bank syariah dapat memastikan keamanan operasional dan menjaga kepercayaan nasabah. Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, menjaga keseimbangan antara inovasi dan keamanan adalah kunci untuk keberhasilan jangka panjang.[]