Konten dari Pengguna

Ruang Belajar Tak Terbatas untuk Anak Terpinggirkan

Ega Shepiani
Mahasiswa D3 Penerbitan (Jurnalistik) dari Politeknik Negeri Jakarta. Menguasai kemampuan dan pengetahuan dasar jurnalistik, mulai dari tahap perencanaan, pencarian bahan (riset), penulisan, penyuntingan, hingga publikasi.
12 Juni 2024 16:55 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ega Shepiani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sekolah Master atau akronim dari Sekolah Masjid Terminal di area Terminal Depok, Jawa Barat. (Photo by Ega Shepiani)
zoom-in-whitePerbesar
Sekolah Master atau akronim dari Sekolah Masjid Terminal di area Terminal Depok, Jawa Barat. (Photo by Ega Shepiani)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada suatu tempat di sudut kota Depok yang mungkin jarang terdengar di telinga kebanyakan orang. Tempat itu bukanlah gedung megah atau institusi bergengsi, melainkan sebuah sekolah sederhana yang berlokasi di area Terminal Depok.
ADVERTISEMENT
Mungkin tempat ini tidak tampak seperti sekolah pada umumnya, tetapi di sini, di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri, anak-anak yang sering kali terabaikan oleh sistem pendidikan formal menemukan harapan dan masa depan baru.
Sekolah Master, sebuah nama yang mengandung harapan dan dedikasi yang tinggi bagi anak-anak jalanan, masyarakat tak mampu, pemulung, dan pengamen. Sekolah ini adalah sebuah wujud nyata dari cita-cita besar seseorang yang ingin memutus mata rantai kemiskinan melalui pendidikan.
Nurokhim, seorang pria yang lahir dan besar di Tegal, memulai langkahnya dengan sebuah keprihatinan mendalam. Di tengah hiruk-pikuk kota Depok yang dikenal sebagai kota pendidikan dengan berbagai kampus megah, masih banyak anak-anak yang terpinggirkan dan tidak mendapatkan akses pendidikan yang layak.
ADVERTISEMENT
Hatinya tergerak melihat paradoks ini. Bagaimana mungkin di kota yang dipenuhi oleh lembaga pendidikan berkualitas, masih banyak anak-anak yang tidak bisa merasakan bangku sekolah? Dengan semangat gotong royong, Nurokhim mengajak pengurus masjid, tokoh agama, dan masyarakat sekitar untuk bergabung dalam visi besarnya.
Ruang kelas kontainer yang dihias dengan cat warna-warni di bagian luarnya (Photo by Ega Shepiani)
Dari keprihatinan tersebut, lahirlah Sekolah Master yang awalnya hanya menumpang di emperan masjid terminal Depok. Seiring berjalannya waktu, berkat dukungan banyak pihak dan kerja keras yang tidak kenal lelah, sekolah ini kini telah berdiri dengan bangunan yang terdiri dari susunan kontainer yang dihias dengan warna-warni ceria.
Namun, perjalanan Sekolah Master tidaklah mulus tanpa hambatan. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah masalah identitas para siswa. Banyak dari mereka adalah anak-anak putus sekolah yang berasal dari keluarga tidak mampu.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar dari mereka bahkan tidak memiliki KTP atau NIK, karena keluarga mereka adalah pendatang yang belum mengurus administrasi kependudukan. Tak jarang, anak-anak ini juga tidak bisa mengambil ijazah di sekolah asal mereka karena masih menunggak biaya sekolah.
Nurokhim dan timnya tidak menyerah. Mereka membangun kemitraan dengan berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan masalah administrasi dan keuangan para siswa. Dengan pendekatan kekeluargaan dan musyawarah, banyak masalah yang tadinya berat menjadi lebih ringan untuk diatasi.
Kegiatan murojaah dan membaca Quran di Sekolah Master (Photo by Ega Shepiani)
Saat ini, Sekolah Master memiliki lebih dari 2.000 siswa yang belajar di lahan seluas sekitar 8.000 meter persegi. Para pengajar di sini sebagian besar adalah relawan yang dengan sukarela memberikan waktu dan tenaga mereka untuk mendidik anak-anak ini.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Sekolah Master juga memiliki mitra di lapas-lapas, rumah tahfidz, pondok pesantren, dan berbagai komunitas lainnya, sehingga total siswa yang terhubung dengan Sekolah Master mencapai hampir 6.000 anak.
Fasilitas di Sekolah Master mungkin sederhana, tetapi sangat fungsional. Ada perpustakaan, ruang laboratorium, sarana bermain, dan balai latihan kerja untuk praktik magang siswa. Selain itu, ada juga kelompok belajar usaha yang membantu siswa belajar tentang pertanian dan peternakan.
Metode pembelajaran di Sekolah Master juga unik dan berbeda dari sekolah pada umumnya. Setiap pagi, siswa-siswa di sini mengikuti kegiatan spiritual seperti salat dhuha, murojaah, dan membaca Quran.
Anak-anak di Sekolah Master yang sedang menjalankan ibadah salat dhuha (Photo by Ega Shepiani)
Bagi Nurokhim, keberhasilan Sekolah Master tidak diukur dari pencapaian akademik semata. Namun, perubahan kecil dalam kehidupan sehari-hari para siswa sudah merupakan sebuah keberhasilan besar.
ADVERTISEMENT
Banyak siswa yang awalnya anak jalanan kini menjadi hafiz Quran, bekerja dengan bangga, dan tidak lagi menjadi beban lingkungan. Mereka yang tadinya tidak pernah salat, kini melakukannya tanpa perlu disuruh. Perubahan karakter dan perilaku inilah yang menjadi kebanggaan terbesar bagi Nurokhim.
Ada banyak siswa juga yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. Tetapi bagi Nurokhim, yang terpenting adalah bagaimana anak-anak ini menjadi individu yang peduli dan dermawan.
Sayangnya, hingga saat ini, bantuan dari pemerintah masih sangat minim. Nurokhim berharap di masa depan, Sekolah Master dan sekolah-sekolah sejenis lainnya dapat dijadikan mitra oleh pemerintah dan didukung secara kelembagaan maupun sumber daya manusia.
ADVERTISEMENT
"Master bisa menularkan virus-virus kebaikan kepada orang lain," harap pendiri sekaligus Kepala Sekolah Master. Nurokhim ingin Sekolah Master menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk mendirikan sekolah-sekolah serupa di daerah mereka masing-masing, sehingga lebih banyak anak-anak yang terbantu.
Murid di Sekolah Master yang sedang bermain di ruang kelas seusai pulang sekolah (Photo by Ega Shepiani)
Sekolah Master adalah cermin dari kepedulian dan kemanusiaan yang tulus. Di sini, anak-anak yang terpinggirkan mendapatkan kesempatan untuk merasakan pendidikan yang layak. Mereka belajar, bermain, dan tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan dukungan.
Di balik setiap langkah kecil mereka, ada kerja keras dan dedikasi dari banyak orang yang peduli. Sekolah ini bukan hanya tentang gedung dan fasilitas, tetapi tentang hati yang menyentuh dan tangan-tangan yang siap membantu.
Di tengah keterbatasan, Sekolah Master berdiri teguh sebagai pelita yang memberikan harapan bagi banyak anak yang kurang beruntung. Melalui pendidikan, mereka berjuang memutus mata rantai kemiskinan dan meraih masa depan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Melihat anak-anak di Sekolah Master, saya merasa kecil di hadapan mereka. Keberanian mereka untuk bermimpi dan berjuang di tengah keterbatasan adalah inspirasi yang tak ternilai.
Semoga di masa depan, semakin banyak orang yang tergerak untuk membantu dan mendukung pendidikan bagi anak-anak seperti mereka. Karena setiap anak berhak untuk bermimpi dan meraih masa depan yang lebih baik, tidak peduli dari mana mereka berasal.
Sekolah Master adalah bukti bahwa dengan niat baik dan kerja keras, tidak ada yang tidak mungkin. Semoga cerita ini menyentuh hati banyak orang dan menginspirasi lebih banyak kebaikan di dunia ini.