Konten dari Pengguna

Sensasi Mencicipi Bunga Teratai, Camilan Khas Masyarakat Kamboja

Eka Situmorang
Curious soul who loves travelling and food. Mom of one. Travel Blogger. Instagram : ceritaeka. Blog at http://ceritaeka.com and http://ekalagi.com
11 Agustus 2019 4:39 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eka Situmorang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apakah kamu tahu kalau Bunga Teratai itu bisa dimakan? Jujur, saya juga lumayan kaget saat pemandu wisata di Kamboja menawari kami untuk mencicipi Bunga Teratai. Sebab, saya biasa melihat bunga cantik yang memiliki nama lain Lotus ini di kolam-kolam ikan sebagai hiasan, alih-alih di atas meja makan sebagai hidangan.
ADVERTISEMENT
“You should try Lotus. It’s good,” kata Pak Nasir, pemandu kami.
“What? Lotus? Come again?” tanya saya memastikan kalau saya enggak salah dengar.
“Yes, Lotus. The flower, you know. It’s good,” katanya lagi, berusaha meyakinkan.
Wah, saya baru tahu kalau ternyata Bunga Teratai itu bisa dimakan, bahkan masyarakat Kamboja menjadikannya sebagai makanan ringan. Bunga Teratai biasa dijadikan camilan teman mengobrol di kedai atau warung-warung pinggir jalan.
Tergoda dengan usul dari Pak Nasir, maka kami pun sepakat untuk mengunjungi Lotus Farm di pinggir Kota Siem Reap. Penasaran!
“April is so hot, Lotus flowers don’t bloom a lot but there are some,” imbuh Pak Nasir sambil mengendarai mobilnya. Sepanjang perjalanan, kami lihat beberapa patang sawah kering kerontang dengan tanah yang pecah-pecah tanda kekeringan.
ADVERTISEMENT
“But don’t worry, I’ll take you to good Lotus Farm,” katanya lagi saat melihat wajah saya sedikit berkerut menyaksikan tanah yang kering tersebut. Harus saya akui ketika kami berkunjung ke Kamboja, cuaca memang sangat panas.
Saking panasnya, kami harus sering-sering minum air putih agar tidak pusing dan dehidrasi. Panasnya Jakarta enggak ada apa-apanya, 40 derajat celsius itu hal yang biasa di sana.
Bagian depan Lotus Farm (Foto: Dok. Eka Situmorang-Sir)
Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit menggunakan mobil dari Siem Reap, sampailah kami di sebuah kebun Teratai. Untuk masuk ke dalam dikenakan biaya $1 per orang. Anak-anak di bawah 12 tahun tidak ditarik bayaran alias gratis.
Tampaknya, Lotus Farm menjadi salah satu tempat menarik buat anak-anak muda. Sebab begitu kami sampai, terlihat riuh berkumpul remaja-remaja yang sibuk selfies di sana.
ADVERTISEMENT
Awalnya, saya membayangkan kolam besar nan indah dengan Lotus bermekaran. Namun ternyata, harapan saya jauh api dari panggang. Bunga Teratai tumbuh di semacam empang kayak di sawah-sawah dengan jalan setapak kecil yang memisahkan satu empang dengan empang lainnya.
Dan benar, minim bunga. Cuma mengingat cuaca yang panas, saya maklum saja deh.
Cara Makan Bunga Teratai
Nah, lalu cara makan Bunga Teratai itu gimana? Ternyata, yang dimakan adalah bonggolnya yang berwarna kuning itu. Bunganya sih dibuang. Teratai yang sudah tua, bonggolnya akan berkembang menjadi besar dan berwarna hijau.
Bunga Teratai (Foto: Dok. Eka Situmorang-Sir)
Bonggol tersebut dikuak, lalu di sana terdapat biji-biji kecil mirip kacang. Rasanya seperti makan keladi. Sedikit manis, enak, dan segar.
Saya paham sekarang, kenapa orang Kamboja camilannya kayak gini. Di tengah cuaca panas menyengat yang rasanya pengin diguyur air pada tengah hari bolong, makan Bunga Teratai itu seperti merayakan tetesan oase di padang gurun. Lumayan membasahi kerongkongan!
ADVERTISEMENT
Sebagai camilan, Bunga Teratai dijual sekitar $1 per ikat yang berisi 3-4 bonggol. Saya dan mama doyan banget camilan Bunga Teratai ini tapi anak saya kurang suka. Katanya tasteless. Ia lebih tertarik berlarian di pematang sempit antarempang. Membuatnya berkeringat dan bau matahari. Hahaha.
Sawung di tengah ladang Bunga Teratai (Foto: Dok. Eka Situmorang-Sir)
Nah, di Lotus Farm ini, biasanya orang makan Bunga Teratai sambil duduk menikmati angin sepoi-sepoi di sawung beratapkan rumbia. Sepi, hanya ada suara angin dan gelak tawa pegunjung lain yang terdengar membahana. Ada yang piknik keluarga, ada yang pijat-pijatan.
Rata-rata orang pada bercengkerama santai saja. Kalau lapar, bisa pesan makanan berat dari dapur restoran yang menyediakan menu ikan. Masaknya serba tradisional, maka butuh waktu penyajian sedikit lama, tapi di sisi lain memberi waktu juga buat ngobrol-ngobrol seru bareng teman.
Kincir Angin Sederhana di Lotus Farm (Foto: Dok. Eka Situmorang-Sir)
Di tengah-tengah Lotus Farm, terdapat kincir angin buatan yang terlihat menarik dengan bunga berwarna kuning di sekelilingnya. Lagi-lagi, spot ini jadi rebutan tempat selfie. Enggak di Indonesia, enggak di Kamboha, selfie itu jadi virus ya. Hehehe.
ADVERTISEMENT
Menurut Pak Nasir, waktu terbaik untuk melihat Bunga Teratai mekar dengan cantik adalah di musim hujan, sekitar bulan Oktober ke atas. Cuaca juga sedikit lebih teduh tidak sepanas saat saya ke sana, sehingga lebih nyaman buat pengunjung.
Saya mengagguk-angguk menyimpan tips tersebut sambil menikmati biji Bunga Teratai yang sedap itu. Ah, Kamboja kamu memang unik! Apa saja bisa dijual dan dijadikan destinasi wisata untuk meraih devisa.
Btw, apakah kamu sudah pernah makan Bunga Teratai?
Salam,
Eka Situmorang-Sir