Trekking Sampai Megap-megap di Curug Cimahi

Eka Situmorang
Curious soul who loves travelling and food. Mom of one. Travel Blogger. Instagram : ceritaeka. Blog at http://ceritaeka.com and http://ekalagi.com
Konten dari Pengguna
11 Januari 2019 13:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eka Situmorang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Curug Cimahi (Foto: Eka Situmorang)
zoom-in-whitePerbesar
Curug Cimahi (Foto: Eka Situmorang)
ADVERTISEMENT
Gemerisik dedaunan menyapa telinga saat saya menyerahkan selembar uang Rp 50 ribuan dan menukarnya dengan 3 potong karcis masuk Curug Cimahi. Aroma humus dan udara sejuk yang bercampur di udara membuat saya tersenyum lebar.
ADVERTISEMENT
Kamu tahu kan perasaan itu? Perasaan senang, lepas, dan bebas karena berada di alam? Ah, alam memang punya kemampuan magis yang membuat manusia bahagia. Namun, rasa bahagia itu sedikit terusik saat tiba-tiba, Basti, anak saya berteriak dengan nyaring.
“Mami, ada monyet!” jerit anak saya sambil menunjuk makhluk berbulu abu-abu, berekor panjang dan bermulut merah muda. Monyet yang sangat santai duduk ngangkang dengan tidak sopannya sambil menggaruk-garuk punggung di dekat pintu masuk.
“Mana?” Tanya saya siaga. Jantung saya berhenti sejenak karena terkejut. Saya langsung menggandeng Basti kencang sementara tangan satunya memegangi tas dengan sangat erat.
Well, pengalaman dijambret monyet di Batu Caves tempo hari cukup membuat saya trauma. Jadi, begitu mendengar teriakan Basti kalau ada monyet, saya langsung waspada.
ADVERTISEMENT
“Gak apa-apa, bu. Monyet di sini baik-baik kok.” Tiba-tiba sebuah suara bariton terdengar dari belakang. Seorang penjaga memberitahu sambil berusaha menenangkan kami. Saya tersenyum mendengarnya, setelah mengangguk, kami pun langsung masuk ke dalam areal Curug Cimahi.
Air Terjun dengan Beragam Nama
Air terjun yang kami kunjungi ini populer disebut Curug Cimahi, namun ada orang yang menyebutnya Curug Pelangi atau Rainbow Waterfalls. Curug adalah bahasa Sunda untuk air terjun. Untung cuma nama saja yang banyak ya? Bukan pacar. Eh. Hahaha.
Oh iya walau populer disebut Curug Cimahi namun lokasi sesungguhnya ada di daerah Lembang. Usut punya usut ternyata karena air terjun ini juga bisa diakses melalui Cimahi lalu karena telanjur populer duluan dengan nama tersebut jadinya orang-orang pun menyebutnya Curug Cimahi.
ADVERTISEMENT
Keindahan Curug Cimahi sendiri bisa langsung dinikmati dari mulai beli tiket karena mulut air terjunnya sejajar dengan pintu masuk. Nah kalau mau berenang baru deh turun menapaki jalan setapak menuju ke telaga yang ada di bawah.
Jalanan setapak yang rapi menuju ke telaga Curug Cimahi. (Foto: Eka Situmorang)
zoom-in-whitePerbesar
Jalanan setapak yang rapi menuju ke telaga Curug Cimahi. (Foto: Eka Situmorang)
Buang bayangan bahwa trekking ke air terjun itu identik dengan jalanan tanah berlumpur dan becek, di Curug Cimahi, trekking-nya rapi banget! Jalanan setapaknya terbuat dari batu alam dan sudah ada pagar kayu yang sekaligus berfungsi sebagai pegangan. Rapi jali dan aman sentosa pokoknya.
Basti berjalan dengan riang menuruni tangga demi tangga menuju ke ke telaga air terjun. Saya mengikutinya di belakang. Jalan setapak yang rapi ini sungguh membuat perjalanan trekking jadi mudah. Tapi sayang, setelah 15 menit berjalan kaki, anak saya ngambek enggak mau lanjut lagi.
ADVERTISEMENT
“Mom, I’m tired. Please lift me up,” rengeknya manja.
No, no, you have legs so you have to walk yourself,” jawab saya pendek. Demi melihat rayuannya enggak mempan, Basti merengek ke bapaknya supaya digendong.
Please lift me up, papi,” katanya memelas. Kali ini pakai atraksi duduk ngedeprok di jalanan sehingga membuat orang yang trekking di belakang kami sedikit terhalang. Dan bapaknya pun luluh.
Basti digendong turun. Namun enggak lama-lama juga. Menggendong anak balita seberat 15 kilogram lebih di alam bebas itu lumayan PR ternyata!
Napas Adrian, suami saya, perlahan menjadi berat kemudian ia tersengal-sengal. Demi melihat Adrian megap-megap mulai kehabisan napas saat menggendong Basti maka kami putuskan untuk berhenti saja di area duduk pos kedua.
ADVERTISEMENT
Niat awalnya sih mau istirahat lalu lanjut trekking ke bawah tapi setelah rembukan kami putuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan demi kebaikan bersama.
Menikmati Potret Keindahan Curug Cimahi
Ah iya, yang menarik dari Curug Cimahi ini, terdapat beberapa pos teras balkon atau area duduk dengan kursi-kursi yang terbuat dari ban bekas sepanjang arah trekking.
Teras balkon tersebut mengarah ke air terjun sehingga pengunjung bisa duduk-duduk santai, bercengkerama sambil menikmati debit air terjun yang jatuh dengan derasnya. So relaxing. Ah, rekreasi model begini bikin waktu seolah tidak terasa, cepat banget berlalu, menguap seperti kabut dengan segera.
Pengunjung bisa duduk santai di teras balkon sambil menikmati pemandangan. (Foto: Eka Situmorang)
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung bisa duduk santai di teras balkon sambil menikmati pemandangan. (Foto: Eka Situmorang)
Saya mengeluarkan bekal camilan dari dalam tas lalu kami pun makan bersama. Saat itu hari Sabtu sehingga curugnya pun sedikit ramai sama orang-orang yang piknik. Ada yang gandengan mesra, ada rombongan anak-anak remaja, bahkan beberapa wisatawan asing pun terlihat.
ADVERTISEMENT
Tawa gembira terdengar dari segala pelosok, piknik di Curug Cimahi ini memang riuh menggemaskan apalagi ditambah hawa sejuknya yang bikin senang hati.
Semilir angin menyapa pipi seiring dengan hangat mentari yang jatuh dari sela-sela rerimbunan pohon. Saya menengadah ke atas dan tersenyum melihat pucuk-pucuk daun dari pepohonan yang berada di atas. Rasanya teduh sekali!
Pepohonan rindang di sepanjang jalan menuju Curug Cimahi. (Foto: Eka Situmorang)
zoom-in-whitePerbesar
Pepohonan rindang di sepanjang jalan menuju Curug Cimahi. (Foto: Eka Situmorang)
Mom, we’re not going there?” Tanya anak saya memecah keheningan sambil menunjuk telaga di air terjun.
No, because we are tired. You are tired too, right?”
“Are we old?”
Pertanyaan terakhir dari Basti itu bikin saya mesem-mesem. Antara kesal karena dia ada benarnya namun juga sebal, sebab... Yah, kalo saya dan suami cuma trekking berdua maka kami dengan mudah akan memutuskan turun ke bawah namun berhubung bawa anak balita yang minta digendong maka kami tahu batas diri.
ADVERTISEMENT
Turunnya gampang tapi nanti pas naik lagi, apa nggak gempor nanjak ke atas sambil gendong balita?
Saat berada di alam, penting untuk tahu batas kemampuan dan tidak memaksakan diri. Sesungguhnya alam itu bukan untuk ditaklukkan, namun ego-lah yang harus ditundukkan untuk menahan keinginan di saat keadaan fisik atau situasi memang tidak memungkinkan.
Little trivia berkunjung ke Curug Cimahi:
1. Harga tiket masuk adalah Rp 15.000/orang.
2. Papan nama Curug Cimahi ini tidak terlalu besar bahkan cenderung kecil jadi perhatikan betul-betul supaya enggak kelewatan saat perjalanan menuju ke sini.
3. Penjaja makanan dan minuman ada di dekat loket masuk, jadi pastikan membawa persediaan air putih yang cukup agar tidak kehausan. Ada begitu banyak anak tangga yang harus ditapaki soalnya.
ADVERTISEMENT
4. Rekomendasi dari saya tentu saja pesan es kelapa mudanya ya. Jangan lupa tanyakan dulu harganya sebelum memesan.
5. Kenakan pakaian yang nyaman, cuacanya memang teduh, matahari tidak menyengat dengan terik karena tertutup rerimbunan pohon namun trekking tetap saja membuat berkeringat jadi baju yang nyaman akan bikin perjalanan juga enak.
Eka Situmorang di Curug Cimahi (Foto: Eka Situmorang)
zoom-in-whitePerbesar
Eka Situmorang di Curug Cimahi (Foto: Eka Situmorang)
Curug Cimahi, nantikan kami kembali dengan persiapan yang lebih baik ya. Saya pengen banget mandi di telaganya!
Salam,
Eka Situmorang-Sir