Watak Antagonis dan Protagonis dalam Karya Fiksi

Eka Ugi Sutikno
Sekarang di Serang, Banten. Ia sekarang mengajar di Universitas Muhammadiyah Tangerang dan Universitas Faletehan. Selain itu, ia anggota komunitas Kubah Budaya dan Madah Doa.
Konten dari Pengguna
22 Mei 2022 14:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eka Ugi Sutikno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tokoh bagi pengarang fiksi merupakan representasi atau pantulan dari kehidupan. Tokoh dimungkinkan menjadi hal yang hyperrealis karena tampak seolah-olah nyata dibanding kenyataan itu sendiri.
Sumber: Eka Ugi Sutikno. Ini adalah bentuk tokoh di dalam fiksi.
Tokoh juga merupakan efek yang sosoknya disajikan dengan khas, sebagian besar manusia (Bal, 2017) atau hewan—yang terdapat di novel Animal Farm, Alice’s Adventure in Wonderland karya Lewis Caroll dan fabelnya Aesop juga Grims Brother. Akibatnya di sekolah dasar dulu saya dan kawan-kawan sering meledek kawan lain yang pelit dan kurus dengan julukan ‘Datuk Meringgih.’
ADVERTISEMENT
Di sekolah S1 dulu saya dan kawan-kawan seangkatan menyebut tokoh ‘Lasi’ di dalam novel Bekisar Merah dan Belantik karya Ahmad Tohari begitu cantik, akan tetapi naif. Lalu melihat Napoleon di Animal Farm-nya George Orwell sebagai sosok yang pandai memainkan retorika untuk mendapatkan suaranya secara politis. Bagaimana Sasa Stanisic, di novel How the Soldier Repair the Gramaphone, menggambarkan tokoh yang merasa perih menjadi korban perang saudara. Lalu Sellout karya Paul Beatty menunjukkan tokoh yang diadili atas korban rasisme di negara Paman Sam.

Tokoh di dalam Fiksi

Tokoh di dalam fiksi, khususnya novel dan cerpen, memiliki peranan yang tidak kalah penting karena melalui tokoh konflik akan diperlihatkan memiliki konflik yang rumit, biasa saja, atau bahkan absurd. Secara umum, tokoh di dalam teks fiksi merupakan sebuah tipe individu (Klarer, 1999) yang memiliki keterikatan dengan logika konflik dan alur. Sehingga, melalui tokoh, penulis akan terbilang Tokoh dalam cerita fiksi dibagi menjadi dua menurut peranannya, yakni tokoh utama (major character) dan tokoh pembantu (minor character). Tokoh utama menurut wataknya dibagi menjadi dua, yakni tokoh antagonis dan protagonis. Tokoh pembantu menurut wataknya dibagi menjadi enam, yakni foil, static, dynamic, flat, round, stock.
ADVERTISEMENT
Dapat dikatakan bahwa tokoh utama adalah subjek yang sering muncul di sebuah cerita. Ia berperan aktif dalam sebuah atau banyak konflik sehingga dapat mempengaruhi satu tokoh dengan lainnya. Di dalam novel The Historian karya Elizabeth Kostova memiliki tokoh protagonis yaitu anak perempuan Paul yang berusia 16 tahun. Ia mendapatkan ayahnya menghilang dan meninggalkan sejumlah misteri. Novel ini memiliki rujukan pada novel Dracula-nya Bram Stoker yang memiliki tokoh protagonis, yakni Jonathan Harker. Ia adalah seorang pengacara yang bertugas untuk menyelesaikan pekerjaan perihal perumahan mewah milik Dracula. Lalu mengapa Jonathan Harker dan anak profesor Paul ini disebut sebagai sebagai protagonis? Apabila dilihat dari kehadiran, ia memiliki keputusan dalam bertindak yang dapat membangun cerita. Ia juga dipengaruhi oleh sebuah konflik yang berasal dari dirinya, maupun pihak luar seperti tokoh lain, masyarakat, teknologi, alam, takdir, hingga Tuhan itu sendiri. Tidak hanya itu, tokoh protagonis ini mendorong cerita ke depan dengan mengejar tujuan, entah itu untuk mengejar kebahagiaan maupun akhir yang tidak ia ketahui.
ADVERTISEMENT
Kedua novel di atas terdapat tokoh utama yang memiliki watak antagonis. Ia adalah Count Dracula. Ia seorang vampir yang usianya berabad-abad yang tinggal di kastil di Pegunungan Carpathian. Watak antagonis ini dibangun melalui karakter yang bengis, jahat, dan licik. Boleh dikatakan bahwa antagonis adalah tokoh, atau sekelompok tokoh, yang bertentangan dengan tokoh antagonis yang menjadi ‘lawan,’ ‘pesaing,’ maupun ‘saingan.’ Alasan bahwa Count Dracula sebagai orang yang antagonis adalah memiliki jiwa yang jahat dan gelap. Untuk menambahkan bahwa ia jahat adalah dengan kemampuanya berubah bentuk menjadi binatang, mengendalikan cuaca, hingga memiliki kekuatan fisik yang lebih besar daripada manusia pada umumnya. Sayangnya, ia memiliki keterbatasan—misalnya, ia tidak mampu memasuki rumah korban kecuali diundang, tidak mampu menyeberangi air kecuali digendong, dan menjadi lemah ketika di siang hari.
ADVERTISEMENT
Apabila belajar dari kedua novel di atas maka akan tampak siapa yang antagonis dan protagonis. Protagonis memiliki sifat yang baik lalu antagonis terdapat sifat yang buruk. Dengan demikian, antagonis dan protagonis merupakan tokoh sentral yang bertindak sebagai pelaku karena ia terlibat dalam cerita, berinteraksi dengan tokoh sekunder, dan secara pribadi dipengaruhi oleh konflik di dalam alur itu sendiri. Sehingga bangunan cerita di dalamnya menjadi lebih kompleks dan tampak riil.
Daftar Pustaka
Bal, M. (2017). Narratology (Introduction to the Theory of Narrative) (4th ed.). University of Toronto Press. www.miekebal.org.
Klarer, M. (1999). An Introduction to Literary Studies (1st ed.). Routledge.