Konten dari Pengguna

Primadona Ekspor Papua Barat

Elen Nanlohy
Bekerja sebagai Statistisi Ahli Muda di BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Sorong
28 April 2021 9:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elen Nanlohy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: www.freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: www.freepik.com
ADVERTISEMENT
Salah faktor yang tidak kalah penting dalam memberikan peran terhadap pertumbuhan ekonomi adalah perdagangan luar negeri. Ekspor merupakan salah satu sumber devisa untuk membantu dalam pembangunan.
ADVERTISEMENT
Pencatatan perdagangan luar negeri menggunakan sistem perdagangan umum (General Trade) dengan pencatatan yang dilakukan eksportir melalui dokumen PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) yang dimuat dari pelabuhan diseluruh wilayah indonesia termasuk kawasan berikat. Dokumen PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) diperoleh dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Perkembangan Ekspor Papua Barat

Sepanjang 2020 ekspor Papua Barat mengalami fluktuatif. Awal 2020 ekspor Papua Barat mencapai US$ 180,97 juta di Januari 2020 tetapi terus mengalami penurunan dari Februari hingga Maret 2020.
Penurunan yang paling tajam terjadi di Maret 2020 dengan ekspor hanya mencapai US$ 119,60 juta atau mengalami penurunan sebesar 24,18 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Penurunan itu terjadi saat awal mula pandemi covid-19 mulai memasuki wilayah Papua Barat dan penyumbang terbesar turunnya ekspor di Maret 2020 adalah dari golongan minyak dan gas (migas).
ADVERTISEMENT
Ekspor migas terbesar di Papua Barat berasal dari Kabupaten Teluk Bintuni yaitu Gas Alam Cair/Liquefied Natural Gas (LNG). Penurunan ekspor migas ini disebabkan oleh turunnya permintaan dunia dan harga LNG saat pandemi. Harga LNG turun disebabkan oleh tidak seimbangnya antara membengkaknya pasokan dan permintaan akan LNG yang menurun.
April 2020 ekspor Papua Barat sempat naik di nilai US$ 176,92 juta, tetapi kembali turun dari Mei hingga Juli 2020 dan meningkat dari Juli hingga Oktober 2020.
Kemudian turun lagi di November 2020 menjadi hanya sebesar US$ 131,07 juta. Desember 2020 menjadi titik bangkitnya ekspor Papua Barat di nilai US$ 194,33 juta.
Pianemo, Papua Barat. Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan

Potensi Ekspor Papua Barat

Papua Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki kekayaan alam yang tidak kalah dengan daerah lain. Hal ini dapat terlihat dari hasil bumi yang mampu di ekspor dalam skala besar.
ADVERTISEMENT
Ekspor Papua Barat di dominasi dari golongan minyak dan gas (migas), golongan barang yang berkontribusi besar dan menjadi primadona dalam nilai ekspor migas berasal dari Bahan Bakar Mineral yaitu komoditi gas alam.
Tercatat sepanjang 2020 nilai ekspor gas alam dapat mencapai sebesar US$ 1.734,18 juta, mampu memberi kontribusi terbesar pada ekspor Papua Barat sebesar 96,57 persen di banding komoditas lainnya.
Komoditi gas alam berasal dari Gas Alam Cair/Liquefied Natural Gas (LNG) yang merupakan hasil alam dari Kabupaten Teluk Bintuni.
Sepanjang 2020 ekspor gas alam cenderung berfluktuatif, pada Maret 2020 ekspor gas alam mengalami penurunan yang tajam hingga hanya mencapai US$ 112,58 juta, hal ini dikarenakan Maret 2020 merupakan awal mula pandemi Covid-19 sehingga terjadi penurunan permintaan dunia akan Liquefied Natural Gas (LNG).
ADVERTISEMENT
Pangsa pasar terbesar negara tujuan ekspor LNG adalah Tiongkok. Pada saat terjadinya pandemi Covid-19 perekonomian Tiongkok menjadi sangat melemah sehingga permintaan gas ke Tiongkok menurun dan hal ini dapat dipastikan pasokan dunia akan bertambah sehingga berdampak pada penurunan harga LNG dunia.
Desember 2020 ekspor gas alam mampu mencapai US$ 190,95 juta dan menjadi capaian ekspor gas alam tertinggi sepanjang 2020 dan negara tujuan ekspor terbesar adalah Tiongkok dengan kontribusi sebesar 53,6 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Tiongkok mulai membaik sehingga dapat menjadi negara utama tujuan ekspor gas alam dari Indonesia dan ini juga mampu menggambarkan bahwa ekonomi Indonesia di era new normal mulai mengalami recovery ekonomi.
Ilustrasi pekerja hulu migas. Foto: dok. SKK Migas
Di tempat kedua adalah ekspor komoditi hasil minyak yang hanya mampu berkontribusi sebesar 0,91 persen atau US$ 16,30 juta. Hasil minyak merupakan komoditi yang di ekspor sebagian berasal dari pelabuhan muat Sorong, di mana yang kita ketahui bahwa Kabupaten Sorong memiliki beberapa perusahaan eksplorasi minyak bumi. Diikuti oleh komoditi semen sebesar US$ 16,15 juta (0,90 persen), komoditi semen ini berasal dari kabupaten Manokwari yang di produksi oleh PT SDIC Papua Cement Indonesia.
ADVERTISEMENT
Negara utama tujuan ekspor komoditi semen adalah Taiwan yang mencapai 40,58 persen dari total negara tujuan ekspor semen Papua Barat sepanjang tahun 2020, jenis semen yang di ekspor ke Taiwan adalah semen klinker (bahan jadi semen Portland).
Dari penjabaran mengenai ekspor Papua Barat 2020, maka dapat di simpulkan bahwa Papua Barat memiliki primadona ekspor yang sangat potensial dalam membantu menggerakkan perekonomian Papua Barat. Potensi sumber daya alam (SDA) yang sangat melimpah, sehingga untuk menunjang perekonomian Papua Barat sumber daya alam (SDA) tersebut perlu dikelola dengan bijak dan maksimal oleh pemerintah daerah Papua Barat.
Dengan keterbatasan teknologi dan sumber daya manusia (SDM) dalam proses pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki Papua Barat, maka pemerintah daerah menerima investor asing untuk membantu mengelola sumber daya alam (SDA) Papua Barat.
ADVERTISEMENT
Investor asing yang mengelola sumber daya alam Papua Barat harus terus dikontrol dengan ketat oleh pemerintah Papua Barat baik dalam proses pengelolaannya sehingga tetap memperhatikan kelestarian lingkungan, penyerapan tenaga kerja lokal, dan pembagian laba perusahaan dengan pemerintah daerah dalam menunjang perekonomian Papua Barat.