news-card-video
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Darah Bukan Dosa: Mengapa Menstruasi Masih Dianggap Tabu?

Eliana Ratmawati
Mahasiswi Manajemen, Universitas Pembangunan Jaya
5 Maret 2025 13:46 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eliana Ratmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Haid pada perempuan adalah hal yang normal pada setiap perempuan, namun banyak orang-orang yang menganggap menstruasi adalah hal yang memalukan dan sering menutup-nutupi saat sedang menstruasi.
ADVERTISEMENT
Menstruasi (Nainar, A., Amalia N., Komariyah, 2024) adalah perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungannya telah berfungsi dengan matang. Biasanya menstruasi terjadi pada saat remaja dan akan mengalami menarche pada usia 12 sampai dengan 16 tahun. Walaupun itu adalah hal yang normal, namun menurut laporan UNICEF pada tahun 2018 memberikan fakta bahwa perempuan menunjukkan bahwa ada rasa, malu, takut, dan takut dianggap aneh saat mengalami menstruasi, dan hal tersebut berdampak buruk pada hak asasi perempuan dalam hak bekerja, kesetaraan, sanitasi, edukasi, kebebasan beragama, dan ada diskriminasi pada saat menstruasi. Ada beberapa dampak yang didapatkan dari stigma perempuan saat menstruasi
Dampak Stigma terhadap Perempuan
Kesehatan dan Sanitasi
Salah satu dampak dari stigma terhadap perempuan adalah kurangnya akses terhadap produk menstruasi yang layak dan fasilitas sanitasi yang memadai dan sering kali membuat perempuan kesulitan untuk menjaga kebersihan selama menstruasi. Di beberapa daerah, bahkan perempuan terpaksa menggunakan bahan yang tidak higienis yang dapat meningkatkan risiko infeksi dan penyakit lainnya.
ADVERTISEMENT
Edukasi
Perempuan juga sering merasa malu dan karena kurangnya pengetahuan tentang menstruasi banyak anak anak yang tidak ingin bertanya mengenai menstruasi di sekolah maupun di keluarga. Bahkan di beberapa negara banyak anak yang tidak masuk sekolah karena kurangnya edukasi tentang menstruasi.
Hak Bekerja dan Kesetaraan
Selain di lingkungan sekolah, dampak dari stigma negatif pada perempuan adalah adanya stigma yang berkembang yang dapat menghambat perempuan beraktivitas dengan normal di lingkungan kerja. Beberapa perempuan bahkan merasa tidak enak untuk mengambil cuti saat mengalami nyeri menstruasi karena takut dianggap lemah dan tidak produktif,
Diskriminasi Sosial
Perempuan yang sedang menstruasi sering kali dianggap tidak layak untuk melakukan tugas tertentu, baik di rumah maupun di masyarakat. Di beberapa komunitas, perempuan yang sedang menstruasi dilarang memasak, menyentuh makanan tertentu, atau berinteraksi dengan orang lain, yang semakin memperkuat ketidaksetaraan gender.
ADVERTISEMENT
Upaya Menghapus Stigma Menstruasi
Edukasi Menstruasi Sejak Dini
Maka perlu adanya pendidikan tentang menstruasi yang dimulai sejak usia dini, baik di lingkungan sekolah, komunitas, dan lingkungan kerja. Edukasi bukan hanya diberikan pada anak perempuan tetapi juga kepada anak laki-laki agar mereka memahami bahwa menstruasi adalah hal yang alami dialami oleh setiap perempuan.
Dengan meningkatkan kesadaran sejak dini, kita dapat mengurangi stigma dan membangun generasi yang lebih terbuka dan mendukung kesehatan menstruasi pada perempuan. Selain itu juga pentingnya edukasi di kurikulum sekolah yang harus mencakup informasi yang akurat dan komprehensif tentang menstruasi, termasuk memahami siklus menstruasi, menjaga kebersihan. Para guru juga perlu mendapatkan pelatihan agar dapat memberikan edukasi yang tepat dan menghindari penyebaran informasi yang salah.
ADVERTISEMENT
Kebijakan yang Mendukung Perempuan
Selain edukasi menjadi kunci utama dalam menghilangkan stigma yang salah mengenai menstruasi, pemerintah juga harus menciptakan kebijakan yang mendukung perempuan saat menstruasi. Hal ini mencakup penyediaan fasilitas sanitasi yang layak, seperti toilet bersih, air bersih, dan tempat pembuangan pembalut yang memadai di sekolah dan tempat kerja. Untungnya di Indonesia sudah ada Undang-undang untuk perempuan yang sedang haid hari pertama dan kedua, yang diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 81 ayat (1). Peraturan ini menetapkan bahwa pekerja perempuan yang mengalami nyeri saat haid tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua menstruasi.
Menghapus Mitos dan Kepercayaan yang Keliru
Kampanye kesadaran masyarakat sangat penting untuk menghilangkan mitos dan kepercayaan yang keliru tentang menstruasi. Banyak budaya masih menganggap menstruasi sebagai sesuatu yang tabu, kotor, atau memalukan, sehingga perempuan yang sedang menstruasi seringkali dikucilkan atau dilarang melakukan aktivitas tertentu. Kampanye ini harus dilakukan melalui berbagai media, seperti media sosial, televisi, seminar, dan diskusi komunitas, agar informasi yang benar dapat tersebar luas. Selain itu, tokoh masyarakat, influencer, dan selebritas dapat berperan dalam menyuarakan pentingnya memahami menstruasi dengan cara yang positif dan mendukung perempuan untuk tidak lagi merasa malu atau terdiskriminasi. Kampanye kesadaran masyarakat perlu dilakukan untuk menghilangkan mitos yang membuat menstruasi dianggap sebagai sesuatu yang tabu atau memalukan.
ADVERTISEMENT
Mendorong Peran Laki-laki dalam Edukasi Menstruasi
Laki-laki juga harus diberikan pemahaman yang cukup tentang menstruasi agar mereka tidak memperkuat stigma negatif yang ada. Selama ini, menstruasi sering dianggap sebagai 'urusan perempuan' saja, padahal pemahaman yang baik dari laki-laki dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi perempuan. Dalam keluarga, ayah dan saudara laki-laki perlu memahami bagaimana cara mendukung anggota keluarga perempuan yang sedang menstruasi. Di sekolah, guru laki-laki juga harus memiliki pemahaman yang baik agar dapat memberikan dukungan kepada siswa perempuan tanpa mempermalukan mereka. Selain itu, di tempat kerja, rekan kerja laki-laki perlu memahami bahwa menstruasi bukanlah sesuatu yang harus disembunyikan atau dianggap sebagai kelemahan, melainkan bagian alami dari kehidupan perempuan yang membutuhkan dukungan dan pemahaman.
ADVERTISEMENT
Menstruasi adalah proses alami yang seharusnya tidak lagi dianggap tabu atau memalukan. Dengan meningkatkan edukasi, menyediakan akses ke fasilitas dan produk sanitasi yang memadai, serta menghapus stigma sosial, perempuan dapat menjalani menstruasi tanpa hambatan dan diskriminasi. Langkah-langkah ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan perempuan, tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua.
Daftar pustaka
Nainar, A., Amalia N., Komariyah, (2024). Hubungan antara Pengetahuan tentang Menstruasi dan Kesiapan Menghadapi menarche pada Siswi Sekolah Dasar di Kota Tangerang Selatan