Konten dari Pengguna

Instapoem: Revolusi Digital dalam Dunia Sastra

Elisabeth Grisella
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga
11 Oktober 2024 21:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elisabeth Grisella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Natee Meepian/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Natee Meepian/Shutterstock
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bukan seni, bukan budaya, dan pastinya bukan sastra. Kita dapat menyetujui bahwa teknologi memberikan dampak yang besar bagi manusia. Dampak dalam berbagai hal yaitu politik, sosial, budaya dan lain-lain. Tidak dapat diabaikan bahwa kita juga menikmati karya sastra melalui hasil perkembangan teknologi, yaitu sosial media.
Instapoem atau Instapoetry mungkin merupakan istilah yang tidak asing bagi kita terutama generasi muda pengguna platform Instagram. Secara singkat, Instapoem berarti Poem (Puisi) yang diunggah di Instagram. Instapoem ini sendiri merupakan genre puisi yang dituliskan khusus untuk platform sosial media Instagram. Biasanya, Instapoem ditulis lebih pendek daripada puisi tradisional yang biasa kita baca di media cetak. Selain itu, Instapoem juga terlihat lebih menarik untuk dibaca dikarenakan adanya penggunaan fitur-fitur yang disediakan oleh Instagram. Penulis puisi bisa menambahkan foto, video, ilustrasi, bahkan lagu untuk membuat puisi terlihat menarik.
ADVERTISEMENT
Perbedaan antara Instapoem dan puisi tradisional juga banyak. Dalam segi visual, Instapoem terlihat jauh lebih menarik bagi pembaca dikarenakan penggunaan berbagai media yang tersedia. Sedangkan puisi tradisional yang kita sering temui di media cetak seperti contohnya buku antologi ataupun kompilasi puisi, mungkin terlihat lebih membosankan karena hanya terdiri dari tulisan-tulisan di atas kertas putih. Namun, dalam segi kualitas penulisan, kita dapat memastikan bahwa karya puisi tradisional lebih baik dikarenakan publikasinya sendiri perlu melewati berbagai proses seperti penyuntingan dan lainnya agar dapat diterbitkan. Puisi yang ditulis dan diunggah di Instagram tidak melewati proses-proses tersebut, karena itulah dengan adanya eksistensi Instapoem, siapapun bisa menjadi penulis puisi.
Pertanyaan yang kerap muncul yaitu apakah orang-orang yang menulis dan mengunggah puisi di sosial media seperti Instagram dapat dikatakan sebagai seorang penyair? Pertanyaan ini memiliki jawaban yang subjektif. Kita mungkin telah mengenal sosok-sosok penyair terkenal seperti Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, serta penyair dunia seperti Shakespeare, Kahlil Gibran, Emily Dickinson, dan lainnya yang telah berkarya selama bertahun-tahun dan menulis sangat banyak puisi. Secara objektif, kita dapat mengakui bahwa tokoh-tokoh ini merupakan seorang penyair yang profesional dikarenakan karyanya yang banyak disukai. Berbeda halnya dengan penulis Instapoem, siapapun yang tidak memiliki latar belakang sastra ataupun tidak pernah menulis puisi sebelumnya dapat menulis puisi disini.
ADVERTISEMENT
Tren Instapoem merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari karena adanya kemajuan teknologi dan perubahan zaman. Artinya, saat ini orang memandang bahwa penyair itu tidak lagi merupakan seseorang yang dikenal dan memiliki sepak terjang yang baik. Di zaman digital dan era bebas berekspresi ini, menjadi penulis merupakan hal yang fleksibel. Sehingga, siapapun yang merasa dapat menulis puisi memiliki wadah untuk mempublikasikan karyanya dengan mudah tanpa syarat dan pengakuan apapun. Jikalau seseorang hanya mengunggah satu atau dua puisi namun ternyata karya tersebut banyak diapreasiasi, ia mungkin dapat dikatakan sebagai seorang penyair. Adapun seseorang yang telah mengunggah banyak sekali puisi namun tidak ada apreasiasi ataupun masyarakat yang tertarik dengan karya tersebut mungkin tidak dapat disebut sebagai penyair juga. Pada akhirnya, menentukan layaknya seseorang disebut sebagai penyair bukan pertanyaan yang dapat dijawab saya ataupun kita sebagai individu, namun tugas masyarakat untuk menilai.
ADVERTISEMENT
Hal ini merupakan contoh perkembangan teknologi dalam bidang sastra yang menekankan aspek inklusivitas dimana siapapun dapat menghasilkan dan mempublikasikan karya tulis mereka tanpa adanya batasan. Ini merupakan salah satu langkah kemajuan teknologi untuk mempertahankan seni sastra di dalam masyarakat modern dengan cara mengikuti perkembangan zaman. Dengan adanya pemanfaatan teknologi seperti sosial media, diharapkan minat penulisan dan penikmat sastra terutama puisi bisa semakin meningkat.