Konten dari Pengguna

Berbenah Ala Konmari Bersama Anak

Eliza Bhakti
ASN Kementerian PUPR
3 Januari 2023 14:22 WIB
clock
Diperbarui 4 Februari 2023 6:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eliza Bhakti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahun baru telah tiba, libur pun telah usai. Setelah libur yang cukup lama, rumah malah menjadi sumpek dengan barang-barang. Sebagai akibatnya di pagi hari saat memulai kembali ke sekolah barang menjadi sulit ditemukan.
ADVERTISEMENT
Untuk memulai tahun baru dengan semangat yang baru mari kita berbenah dan beberes dengan metode konmari. Yang membedakan metode konmari dengan metode lain adalah Marie Kondo sang pencetus membereskan barang berdasarkan kategori dan bukan berdasarkan lokasi. Kata kunci metode konmari adalah “spark joy”, artinya hanya menyimpan barang-barang yang menyenangkan hati kita.
Kategori berbenah ala konmari sesuai urutan adalah pakaian, buku, kertas, komono (macam-macam barang), dan terakhir adalah barang sentimental.
Sebagai orang tua seringkali kita membereskan barang anak-anak tanpa melibatkan mereka. Padahal melibatkan anak dalam proses berbenah memiliki banyak hal positif, salah satunya adalah mengajarkan tanggung jawab atas barang pribadi yang akan berguna kelak mereka dewasa.

Memulai Berbenah dari Memilah Baju

Kategori pertama dalam konmari adalah baju. Baju dinilai Marie Kondo sebagai kategori paling mudah untuk ditangani. Mulailah memilah baju yang memang benar-benar dipakai, masih muat dan memang anak kita suka. Baju-baju atau seragam yang sudah sobek, koyak atau bernoda bisa didaur ulang.
Kotak donasi limbah tekstil yang diinisiasi Sejauh Mata Memandang (Dok. Pribadi)
Sedangkan untuk baju-baju yang masih layak pakai tapi sudah kekecilan bisa didonasikan atau dihibahkan ke yang lebih membutuhkan. Cuci bersih dan simpan pakaian dalam plastik, tak lupa untuk menuliskan kategori misalnya: pakaian anak perempuan usia 8 tahun untuk mempermudah pemilahan saat donasi.
ADVERTISEMENT
Hal unik lain dari metode konmari yaitu menyusun baju dengan melipatnya sehingga bisa berdiri tegak. Baju-baju yang disusun dengan tegak akan mempermudah saat mengambil baju karena dapat terlihat tanpa tertumpuk satu sama lain.

Membereskan Buku dan Kertas

Kategori selanjutnya adalah buku. Setiap tahun biasanya buku pelajaran anak akan bertambah dan menumpuk. Buku-buku ini perlu dipilah mana yang masih disimpan dan yang tidak. Buku-buku yang sudah tidak dibaca bisa didonasikan ke perpustakaan.
Buku anak yang tak terpakai bisa didonasikan ke Bookhive, sebuah perpustakaan jalanan yang tersebar di taman-taman Jakarta (Dok. pribadi)
Buku-buku yang sobek dan rusak bisa didaur ulang. Jika anak memang gemar membaca biarkan ia memilih buku mana saja yang disimpan atau dipajang dalam kamarnya. Tak lupa sampaikan kepada anak untuk menjaga kebersihan dan kerapihan buku-bukunya.
Donasi buku di perpustakaan publik stasiun MRT (Dok. pribadi)
Setelah selesai dengan 2 kategori tersebut kategori berikutnya adalah kertas. Sortir kembali kertas-kertas yang ada di tas, laci maupun lemari. Bimbing dan ajari anak untuk memilah kertas mana yang harus disimpan dan mana yang harus dibuang. Kita bisa menyiapkan map khusus untuk menyimpan kertas prakarya atau hasta karya atau memasangnya di pigura kamar.
ADVERTISEMENT
Hati-hati saat membuang kertas yang memiliki data pribadi atau kertas bertuliskan ayat Al Quran, lebih baik dihancurkan terlebih dahulu.
Kertas dengan lafal Al Quran hendaknya dipisahkan (Dok. pribadi)

Memilah Beraneka barang dan barang sentimental

Sesuai dengan bukunya Life Changing Magic of Tidying Up, penulis asal jepang Marie Kondo menyampaikan kategori selanjutnya adalah komono. Masuk dalam kategori komono ini adalah beragam barang sesuai kebutuhan masing-masing, misalnya kabel-kabel, charger, peralatan makan anak, pita atau aksesoris rambut.
Di kamar anak saya misalnya, ternyata ada banyak kabel, charger dan headset. Paska sekolah kembali tatap muka di pertengahan tahun lalu, barang-barang tersebut harus disortir mana saja yang masih digunakan. Jangan membuang kabel dan peralatan elektronik yang sudah tidak terpakai ke tempat sampah biasa. Peralatan elektronik hendaknya dibuang secara khusus karena termasuk Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyediakan kotak daur ulang kabel dan peralatan elektronik di stasiun dan halte Transjakarta (Dok. pribadi)
Barang lain yang perlu disortir yaitu peralatan makan anak yang terkadang hilang tutupnya atau sudah rusak atau bocor. Saya pun sempat terkejut karena ada banyak sekali kotak makan dan alat bento yang masih baru tak terpakai tertumpuk di lemari. Untuk kotak makan yang masih layak pakai bisa dihibahkan, salah satunya melalui komunitas saling silang yang digagas akun instagram Lyfe with Less.
ADVERTISEMENT
Kategori terakhir adalah barang sentimental. Kategori ini mungkin lebih sulit dilepaskan oleh kita sebagai orang tua ketimbang oleh si anak misalnya selimut bayi, pakaian bayi dan lainnya. Kategori ini merupakan kategori yang paling sulit, itulah sebabnya dilakukan di tahap paling akhir. Tak perlu menyimpan semuanya karena kita bisa mengambil foto atau memindainya (scan). Siapkan satu kotak khusus untuk menyimpan barang-barang sentimental untuk tiap anak dan simpan di tempat khusus.
Terakhir, mengutip Marie Kondo bahwa berbenah adalah suatu alat namun bukan merupakan tujuan akhir. Tujuan akhir dari berbenah adalah menyingkirkan distraksi sehingga kita bisa lebih fokus dalam tujuan kita. Berbenah harus digambarkan sebagai suatu yang menyenangkan dan bukan suatu pekerjaan yang membuat capek. Jika anak dilibatkan dalam berbenah dengan menyenangkan, mudah-mudahan bisa menjadi life-skill yang bermanfaat saat dewasa kelak.
ADVERTISEMENT