news-card-video
11 Ramadhan 1446 HSelasa, 11 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Revolusi Generative AI

Emanuel R Handoyo
Seorang pengajar di UAJY yang gemar mengeksplorasi teknologi. Fokus pada UX research dan privasi informasi. Selalu update dengan perkembangan AI terkini
7 Maret 2025 22:01 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Emanuel R Handoyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Deepseek versus OpenAI (Sumber: Bing Image Creator)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Deepseek versus OpenAI (Sumber: Bing Image Creator)

Cara Deepseek Menantang Dominasi OpenAI

ADVERTISEMENT
Ketika OpenAI meluncurkan GPT-4 pada tahun 2023, dunia teknologi dibuat terkesima. Model bahasa generatif itu menjadi tolok ukur baru dalam kemampuan AI untuk memahami dan menghasilkan teks yang mendekati kemampuan manusia. Namun, dalam dinamika teknologi yang bergerak cepat, posisi dominan selalu menjadi target yang menarik untuk ditumbangkan. Deepseek—perusahaan AI asal China—kini muncul sebagai penantang serius dengan pendekatan yang disebut "AI distillation" atau distilasi AI. Fenomena ini bukan sekadar persaingan korporasi biasa. Ini adalah pertanda pergeseran fundamental dalam cara kita membangun, mengoptimalkan, dan pada akhirnya memanfaatkan kecerdasan buatan. Sebagai akademisi yang mendalami transformasi digital dan dampak sosialnya, saya melihat AI distillation sebagai katalisator yang akan mendefinisikan ulang ekspektasi kita terhadap kemampuan AI—baik dalam hal efisiensi komputasi maupun kapabilitas penalaran.
ADVERTISEMENT
Deepseek: Disruptor dengan Pendekatan Berbeda
Deepseek menarik perhatian dunia AI global bukan hanya karena berani menantang dominasi OpenAI, tetapi karena pendekatan metodologis yang mereka gunakan. Berbeda dengan pelatihan model besar yang membutuhkan sumber daya komputasi masif dan dataset raksasa, Deepseek fokus pada distilasi pengetahuan dari model-model besar yang sudah ada untuk menciptakan model yang lebih kecil namun tetap mempertahankan—bahkan dalam beberapa kasus meningkatkan—kapabilitas. Data yang saya amati menunjukkan bahwa model-model hasil distilasi Deepseek mampu mencapai performa yang kompetitif dengan GPT-4 pada berbagai benchmark, meskipun menggunakan parameter yang jauh lebih sedikit. Ini bukan pencapaian teknis semata, melainkan disrupsi paradigma dalam pengembangan AI yang selama ini cenderung mengandalkan peningkatan skala model dan data.
ADVERTISEMENT
Menariknya, laporan CNBC dalam video "What is AI Distillation and How Deepseek Use It to Blindside OpenAI" mengungkapkan bahwa pendekatan Deepseek tidak hanya efisien secara komputasi, tetapi juga ekonomis dalam hal biaya pengembangan. Dalam industri yang dikenal dengan "bakar uang" untuk komputasi dan akuisisi data, efisiensi ini merupakan keunggulan kompetitif yang signifikan.
Distilasi AI: Efisiensi yang Membawa Demokratisasi
Apa sebenarnya AI distillation itu? Secara sederhana, ini adalah proses 'penyulingan' pengetahuan dari model besar (teacher model) ke model yang lebih kecil (student model). Prosesnya mirip dengan bagaimana seorang guru mentransfer pengetahuannya kepada murid—tidak semua informasi detail disampaikan, tetapi esensi dan kemampuan bernalarnya diwariskan. Teknik ini memungkinkan pengembangan model AI yang lebih efisien dalam penggunaan sumber daya komputasi, lebih cepat dalam memberikan respons, lebih hemat energi, dan dapat dijalankan pada perangkat dengan spesifikasi terbatas.
ADVERTISEMENT
Implikasinya jauh melampaui aspek teknis. AI distillation berpotensi menjadi jembatan demokratisasi teknologi AI, mengurangi kesenjangan akses antara entitas dengan sumber daya berlimpah dan mereka yang terbatas. Dalam konteks Indonesia, di mana infrastruktur digital masih belum merata, pendekatan ini membuka peluang adopsi AI yang lebih inklusif, memungkinkan implementasi solusi AI canggih bahkan di daerah dengan keterbatasan konektivitas dan infrastruktur komputasi.
GenAI dan Segmented Task: Spesialisasi yang Menggantikan Generalisasi
Hasil dari AI distillation yang semakin menarik perhatian adalah GenAI (Generative AI) yang dioptimalkan untuk tugas-tugas spesifik. Alih-alih menciptakan model serba bisa yang menangani semua jenis permintaan dengan performa sedang, kita kini melihat tren spesialisasi model untuk kebutuhan tertentu. Pengamatan saya menunjukkan bahwa model hasil distilasi yang dioptimalkan untuk satu domain spesifik—misalnya analisis data keuangan, penerjemahan bahasa tertentu, atau penulisan kode—mampu melampaui performa model besar generalis pada domain tersebut. Ini seperti membandingkan dokter spesialis dengan dokter umum; keduanya memiliki keahlian medis, tetapi spesialis akan unggul dalam bidang fokusnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh konkret, Deepseek Coder yang dioptimasi untuk tugas pemrograman menunjukkan kemampuan yang mengesankan dalam penyelesaian masalah pengembangan perangkat lunak, dengan respons yang lebih presisi dan efisien dibandingkan dengan model generalis seperti GPT-4. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kualitas output, tetapi juga mengurangi waktu komputasi dan biaya operasional, membuatnya lebih terjangkau untuk implementasi dalam skala besar.
Implikasi praktisnya adalah munculnya ekosistem AI yang terdiri dari model-model khusus yang saling melengkapi, menggantikan pendekatan "one model fits all" yang dominan saat ini. Pendekatan ini membuka jalan bagi aplikasi AI yang lebih tepat sasaran dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan, kesehatan, dan industri kreatif di Indonesia. Sebagai negara dengan kebutuhan domain-spesifik yang unik—mulai dari penanganan keragaman bahasa hingga solusi untuk pertanian tropis—model distilasi khusus domain menawarkan efisiensi dan relevansi yang tidak dapat dicapai oleh model generalis global.
ADVERTISEMENT
Kapabilitas Penalaran yang Melampaui Ekspektasi
Aspek paling mengejutkan dari perkembangan AI distillation adalah peningkatan kapabilitas penalaran (reasoning capability) pada model hasil distilasi. Secara intuitif, kita mungkin berasumsi bahwa model yang lebih kecil akan memiliki kemampuan bernalar yang lebih terbatas. Namun, data empiris menunjukkan sebaliknya. Model-model seperti Deepseek Coder dan beberapa model hasil distilasi lainnya menunjukkan kemampuan penalaran yang dalam beberapa kasus melampaui model guru mereka. Fenomena ini terjadi karena proses distilasi tidak sekadar "memadatkan" pengetahuan, tetapi juga menyaring dan menstrukturkannya dengan cara yang mengoptimalkan jalur penalaran.
Sebagai ilustrasi, dalam studi komparatif yang saya lakukan, model distilasi yang dioptimalkan untuk analisis data finansial mampu mengidentifikasi pola anomali dengan akurasi yang lebih tinggi dibandingkan model besar generalis. Ini bukan karena model tersebut memiliki lebih banyak informasi, melainkan karena pengetahuannya tentang pola keuangan terstruktur secara lebih efisien, memungkinkan penalaran yang lebih tajam dalam domain tersebut. Temuan ini menantang paradigma "bigger is better" yang dominan dalam pengembangan AI selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
Kemampuan penalaran yang meningkat ini memiliki implikasi penting untuk aplikasi AI di bidang-bidang yang membutuhkan ketajaman analitis, seperti diagnosis medis, analisis risiko keuangan, atau perencanaan strategis bisnis. Dalam konteks Indonesia, ini membuka kemungkinan baru untuk mengoptimalkan sistem pendukung keputusan di berbagai sektor publik dan swasta, dengan model AI yang lebih efisien namun tetap andal. Bayangkan sistem kesehatan pintar yang mampu memberikan rekomendasi pengobatan yang terspesialisasi untuk penyakit tropis, atau model analisis ekonomi yang mempertimbangkan keunikan struktur ekonomi Indonesia—semua berjalan pada infrastruktur yang terjangkau.
Implikasi untuk Inovasi Lokal dan Kebijakan Digital
Kemunculan Deepseek sebagai penantang serius OpenAI melalui pendekatan distilasi AI memiliki implikasi strategis untuk ekosistem teknologi global, termasuk Indonesia. Sebagai negara berkembang dengan ambisi digital yang besar, Indonesia perlu menyikapi tren ini bukan hanya sebagai konsumen pasif, melainkan sebagai partisipan aktif dalam inovasi AI. Beberapa langkah strategis yang perlu dipertimbangkan: pengembangan kapasitas riset AI distillation di universitas dan lembaga riset nasional; insentif untuk startup AI lokal yang mengembangkan solusi berbasis distilasi AI untuk masalah-masalah spesifik Indonesia; kolaborasi internasional strategis dengan perusahaan seperti Deepseek untuk transfer pengetahuan dan teknologi; serta pengembangan regulasi yang menyeimbangkan kebutuhan inovasi dengan perlindungan data dan hak konsumen.
ADVERTISEMENT
AI distillation, dengan Deepseek sebagai salah satu protagonis utamanya, membawa angin segar dalam lanskap kecerdasan buatan yang sebelumnya didominasi oleh perlombaan meningkatkan ukuran model. Pendekatan ini menawarkan jalan alternatif menuju AI yang lebih efisien, terspesialisasi, dan potensial lebih demokratis. Sebagai negara dengan aspirasi digital yang besar namun keterbatasan infrastruktur, Indonesia memiliki kepentingan strategis untuk mengikuti dan berpartisipasi dalam perkembangan AI distillation. Dengan memanfaatkan pendekatan ini, kita berpeluang mengembangkan solusi AI yang tidak hanya efisien secara teknis, tetapi juga relevan secara kontekstual untuk kebutuhan nasional. Masa depan AI tidak lagi hanya tentang model yang lebih besar, tetapi tentang model yang lebih cerdas, efisien, dan inklusif. Dan AI distillation tampaknya menjadi salah satu kunci untuk membuka pintu menuju masa depan tersebut.
ADVERTISEMENT
---
*Artikel ini ditulis berdasarkan pengamatan terhadap perkembangan teknologi AI distillation, termasuk referensi dari laporan CNBC berjudul "What is AI Distillation and How Deepseek Use It to Blindside OpenAI".*