Konten dari Pengguna

Perjalanan Tanpa Arah Sepak Bola Nusantara

Emanuel Yudhistira
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga
24 November 2024 19:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Emanuel Yudhistira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Kemenpora
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Kemenpora
ADVERTISEMENT
Sepak bola merupakan salah satu olahraga paling digemari di seluruh dunia. Sepak bola dimainkan dengan membagi dua kesebelasan, sebelas pemain dihadapkan dengan sebelas pemain lain. Sepak bola di Indonesia merupakan olahraga yang paling digemari oleh masyarakat. Hampir seluruh warga Indonesia gemar bermain dan menonton pertandingan sepak bola. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa bahkan ibu-ibu rumah tangga. Namun, banyaknya peminat sepak bola di Indonesia tidak membuat sepak bola di Indonesia ditakuti di kancah internasional. Timnas Indonesia masih sangat tertinggal jika dibandingkan negara-negara kecil yang bahkan penduduknya jauh lebih sedikit daripada Indonesia, seperti Korea Selatan dan Jepang. Hal ini tentunya disebabkan oleh berbagai faktor.
ADVERTISEMENT
Minimnya Prestasi Sepak Bola Indonesia
Perlu diingat bahwa Indonesia saat ini sedang menduduki peringkat ke-129 FIFA dari total 211 negara yang terdaftar sebagai anggota FIFA. Torehan peringkat Indonesia ini sebenarnya sudah mengalami peningkatan dari tahun 2020, yang pada kala itu Tim Nasional Indonesia bercokol di peringkat ke-173 FIFA yang kala itu berada di bawah asuhan Simon McMenemy. Indonesia juga menjadi negara besar ASEAN yang belum pernah sama sekali menjuari Piala AFF. Disisi lain Malaysia dan Singapura sudah pernah menjuarai kompetisi ini dengan masing-masing dua kali dan satu kali juara. Minimnya prestasi Indonesia ini tentunya sangat kontradiktif dengan animo masyarakat Indonesia terhadap sepak bola di negara ini. Lewat Kemenpora dan PSSI, pemerintah sudah sangat besar memberikan biaya demi kemajuan persepakbolaan Indonesia yang hasilnya sama sekali tidak terlihat. Problematika yang sudah sangat kompleks ini merupakan hal yang harus dibenahi oleh PSSI.
ADVERTISEMENT
Pembinaan Usia Muda yang Tidak Terurus
Mulai dari pembinaan sepak bola usia dini. Pembinaan sepak bola usia dini di Indonesia cenderung menerapkan konsep yang keliru selama puluhan tahun. Pada awal kehadiran pelatih Timnas Indonesia saat ini, Shin Tae-Yong mengeluhkan buruknya teknik dasar yang dimiliki oleh pemain-pemain di Indonesia, bahkan pemain yang sudah bermain di kasta professional. Teknik dasar seperti passing dan kontrol tidak diajarkan dengan benar selama pembinaan usia muda. Hal ini mengakitbatkan fundamental pemain buruk yang akhirnya terus-menerus tidak diperbaiki sehingga terbawa hingga ke usia dewasa. Sulitnya mencari pemain berkualitas di Indonesia membuat Shin Tae-Yong harus mencari bakat-bakat Indonesia yang terpencar di luar negeri, seperti Marten Paes, Jay Idzes, dan Justin Hubner. Diharapkan dengan datangnya pemain-pemain keturunan tersebut bisa membuat pemain local kita sedikit banyak belajar dari pengalaman mereka selama berkarir di Eropa.
ADVERTISEMENT
Tren Pengaturan Skor yang Sudah Menjamur
Maraknya mafia bola juga menjadi salah satu mengapa persepakbolaan di Indonesia sangat sulit untuk maju. Banyak terjadi kasus seperti pengaturan skor dan “sepak bola gajah” pada kompetisi-kompetisi sepak bola di Indonesia, terutama di kompetisi-kompetisi usia. Kompetisi usia dini cenderung lebih mudah untuk disusupi mafia-mafia bola karena lengahnya pengawasan dari PSSI sendiri. Seperti yang terjadi pada kompetisi usia dini PSM National Championship 2024 U-10 dan U-12 yang mempertemukan Hassanuddin FC Yellow dan Lapatau Football School pada bulan Juli lalu. Pemain dari tim Lapatau Football School terlihat membiarkan tendangan dari Hassanuddin FC Yellow masuk ke gawangnya. Tak sampai disitu, pemain dari kedua tim ini terlihat saling tos setelah gol tersebut terjadi. Hal ini dikomentari dengan kata-kata “Miris.” oleh pelatih Timnas Indonesia U-16, Nova Arianto. Tentunya hal seperti sangat mengotori ekosistem sepak bola Indonesia yang masih sangat diharapkan untuk berkembang
ADVERTISEMENT
Kepengurusan dengan Tanda Tanya Besar
PSSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) merupakan dua sosok penting yang harus bertanggung jawab atas buruknya prestasi Indonesia dikancah internasional. PSSI atau Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia, merupakan sebuah asosiasi yang berada dalam naungan FIFA yang bertugas untuk menjadi penanggungjawab persepakbolaan Indonesia. PSSI dan Kemenpora memiliki susunan kepengurusan yang seharusnya berkompeten dalam bidang olahraga terutama sepak bola. Namun faktanya, banyak pengurus PSSI dan Kemenpora sama sekali tidak memiliki latar belakang dari bidang olahraga. Salah satu contohnya adalah Edy Rahmayadi, ketua PSSI masa jabatan 2016-2019. Edy Rahmayadi merupakan seorang purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Darat dan politikus yang sama sekali tidak memiliki latar belakang sepak bola. Beliau menjabat menjadi ketua PSSI bersamaan dengan menjadi Panglima Komanda Cadangan Strategis Angkatan Darat. Tugas ganda yang diemban oleh Edy Rahmayadi membuat fokusnya terhadap persepakbolaan Indonesia menjadi terpecah.
ADVERTISEMENT
Edy Rahmayadi menjabat menjadi ketua PSSI menggantikan La Nyala Mattalitti yang juga merupakan pejabat dan politikus yang sama sekali tidak memiliki latar belakang dunia sepak bola. Bahkan La Nyalla pernah dipenjara selama 7 bulan karena kasus korupsi penyimpangan dana hibah pemerintah Provinsi Jawa Timur. Ia juga diperiksa KPK terkait proyek Rumah Sakit Universitas dan terlibat dalam peristiwa pembekuan PSSI pada tahun 2015.
Perjalanan sepak bola Indonesia masih membutuhkan banyak pembenahan serius. Untuk mencapai prestasi yang lebih baik di kancah internasional, diperlukan perbaikan mendasar dalam pembinaan pemain muda, pengawasan kompetisi yang ketat untuk mencegah pengaturan skor, dan peningkatan profesionalisme pengurus PSSI dan Kemenpora. Diharapkan, dengan menerapkan strategi yang tepat dan melibatkan lebih banyak ahli yang berpengalaman di bidang olahraga, sepak bola Indonesia dapat bersaing dan mencapai kejayaan di level internasional.
ADVERTISEMENT