Konten dari Pengguna

Menyiapkan Masa Depan dengan Pendidikan Berkesinambungan Melalui Penjurusan

Prof. Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd
Guru Besar Bidang Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
29 April 2025 9:21 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Prof. Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi siswa SMA. Foto: Agewib/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi siswa SMA. Foto: Agewib/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pengembalian sistem jurusan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi langkah strategis yang patut didukung. Sebelum diberlakukannya Kurikulum Merdeka pada periode Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, sistem jurusan—seperti IPA, IPS, dan Bahasa—telah lama menjadi bagian dari struktur pendidikan menengah di Indonesia. Jurusan ini membekali siswa dengan dasar keilmuan yang terarah untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi atau memasuki dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Secara sosiologis dan psikologis, struktur jurusan bukan hanya berfungsi untuk mengelompokkan mata pelajaran, tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk identitas akademik siswa sejak dini.
Namun, melalui Kurikulum Merdeka, konsep jurusan dirombak. Siswa diberikan keleluasaan memilih mata pelajaran lintas bidang, tanpa sekat jurusan formal. Pendekatan ini bertujuan memberikan fleksibilitas agar siswa dapat mengeksplorasi minat mereka lebih bebas. Sayangnya, dalam praktiknya banyak siswa justru mengalami kebingungan arah, karena kurangnya struktur pembimbing dalam membangun kompetensi akademik yang berkelanjutan.
Dalam konteks keberlanjutan pendidikan antar jenjang, struktur jurusan berperan penting. Konsep curriculum alignment (Popham, 2004) menekankan pentingnya keselarasan kurikulum antar tingkat pendidikan untuk memastikan lulusan SMA siap melanjutkan ke perguruan tinggi sesuai bidang yang diminatinya. Jurusan membantu siswa membangun kompetensi akademik yang fokus, bukan sekadar kumpulan pilihan mata pelajaran acak.
ADVERTISEMENT
Teori tugas perkembangan (Havighurst) juga menunjukkan bahwa usia remaja adalah masa kritis dalam membuat pilihan akademik dan karier. Memberikan arah melalui jurusan membantu siswa menjalani tugas perkembangan ini dengan lebih terstruktur, menghindari ketidakpastian yang justru dapat membingungkan mereka dalam menentukan masa depan.
Lebih jauh, pengembalian sistem jurusan sejalan dengan prinsip policy coherence for sustainable development (OECD, 2015), di mana pendidikan harus dirancang sebagai jalur berkesinambungan dari tingkat dasar hingga tinggi, mendukung pengembangan sumber daya manusia yang kompeten dan siap menghadapi tantangan global.
Namun, tantangan dari sistem jurusan sebelumnya perlu menjadi pelajaran. Salah satu kritik utama adalah ketidakmerataan fasilitas pendukung pendidikan. Selama ini, laboratorium dan sarana praktik lebih terfokus pada jurusan IPA, sementara jurusan IPS dan Bahasa seringkali kekurangan laboratorium yang relevan, seperti laboratorium ekonomi, laboratorium geografi, ataupun laboratorium bahasa.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, penulis perlu mengingatkan beberapa hal terkait dengan hal ini, Pertama, penyediaan fasilitas laboratorium untuk semua jurusan perlu menjadi prioritas. Jurusan IPS membutuhkan laboratorium sosial yang mendukung simulasi ekonomi, analisis sosial, dan teknologi geospasial.
Jurusan Bahasa membutuhkan laboratorium bahasa modern yang interaktif untuk mendukung kompetensi komunikasi lintas budaya. Kemudian perspektif kebutuhan dunia kerja dan pendidikan tinggi, pengembalian jurusan akan memperjelas jalur pengembangan kompetensi.
Dunia profesional mengutamakan spesialisasi, bukan generalisasi setengah matang. Dengan jurusan yang jelas, siswa dipersiapkan untuk mendalami bidang tertentu secara lebih serius dan berkesinambungan, memperkuat daya saing mereka saat melanjutkan ke jenjang universitas atau dunia kerja.
Kedua, fleksibilitas terbatas perlu diterapkan, sehingga siswa dalam satu jurusan tetap dapat mengambil beberapa mata pelajaran dari jurusan lain untuk memperluas wawasan, tanpa kehilangan fokus utama. pendekatan bebas lintas minat dalam Kurikulum Merdeka, meskipun memberikan kebebasan, dalam praktiknya sering kali tidak dibarengi dengan bimbingan memadai.
ADVERTISEMENT
Hal ini mengakibatkan banyak siswa memilih kombinasi mata pelajaran yang saling tidak terhubung, sehingga profil akademik mereka menjadi tidak fokus dan tidak siap untuk seleksi masuk perguruan tinggi, yang sebagian besar masih berbasis jurusan (IPA/IPS).
Ketiga, perlu adanya asesmen minat dan bakat yang komprehensif sebelum penentuan jurusan, agar siswa diarahkan berdasarkan potensi dan kecenderungan yang terukur, bukan semata-mata nilai akademik. secara psikopedagogis, masa remaja adalah periode kritis pembentukan identitas diri dan masa depan.
Struktur jurusan berfungsi sebagai scaffolding (penopang belajar), membantu remaja membuat keputusan yang lebih realistis tentang karier dan pendidikan lanjutan. Tanpa struktur yang jelas, siswa bisa terombang-ambing dalam pilihan-pilihan yang terlalu luas dan tidak terarah
Keempat, kesempatan review dan perpindahan jurusan harus diberikan, misalnya pada akhir tahun pertama, agar siswa yang merasa tidak cocok dapat melakukan penyesuaian jalur akademik. Harus diakui bahwa sistem jurusan lama memiliki kekurangan, khususnya dalam hal pemerataan fasilitas dan peluang belajar.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, langkah revitalisasi jurusan tidak boleh sekadar menghidupkan kembali pola lama, tetapi juga memperbaikinya melalui:
a. Pemerataan sarana pendukung untuk semua jurusan, termasuk laboratorium ekonomi, sosial, geospasial, dan bahasa.
b. Sistem asesmen bakat dan minat berbasis psikometri sebelum penjurusan.
c. Kesempatan perpindahan lintas jurusan untuk mengakomodasi pertumbuhan minat dan kematangan pilihan siswa.
d. Integrasi konseling karier berbasis data untuk mengarahkan siswa sejak awal.
Kelima, dalam kerangka pembangunan nasional jangka panjang, pengembalian jurusan juga sejalan dengan arah kebijakan untuk menyiapkan tenaga kerja yang terspesialisasi dan kompetitif secara global. Mengingat tantangan abad ke-21 yang semakin kompleks, dunia membutuhkan bukan hanya lulusan dengan banyak pengetahuan umum, tetapi mereka yang ahli dalam bidang tertentu dan mampu mengintegrasikan pengetahuan tersebut secara mendalam.
ADVERTISEMENT
Melalui pembaruan tersebut, maka diharapkan pengembalian sistem jurusan di SMA akan menjadi lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan siswa masa kini. Bukan sekadar membatasi pilihan, tetapi memberikan arah, struktur, dan fondasi keilmuan yang kuat untuk masa depan. Pendidikan nasional harus kembali ke prinsip dasarnya: membimbing setiap siswa menuju masa depan yang jelas, melalui jalur yang terstruktur, berkesinambungan, dan adil bagi semua bidang keilmuan.
Dengan demikian, wacana mengaktifkan kembali sistem jurusan di SMA bukanlah langkah mundur, melainkan koreksi strategis terhadap praktik yang terlalu mengedepankan liberalisasi pilihan tanpa kesiapan sistem pendukung. Ini adalah upaya memperkuat fondasi pendidikan nasional dalam membentuk generasi muda yang visioner, terstruktur, dan berorientasi masa depan.