Konten dari Pengguna

Wajah Baru Perbatasan, PLBN Napan Siap Diresmikan

Emris Yeverson Kaja Jade
Pemeriksa Keimigrasian di Direktorat Jenderal Imigrasi
1 Oktober 2024 11:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Emris Yeverson Kaja Jade tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu icon dari PLBN Napan (Foto: Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu icon dari PLBN Napan (Foto: Dokumentasi Pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste kini memiliki wajah baru dengan akan diresmikannya Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Napan, yang terletak di Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). PLBN ini diharapkan mampu menjadi gerbang baru untuk memperkuat perekonomian dan interaksi sosial-budaya antara Indonesia dan Timor Leste. Peresmian PLBN Napan dijadwalkan pada Rabu, 2 Oktober 2024, oleh Presiden Joko Widodo bersamaan dengan peresmian Bendungan Temef.
ADVERTISEMENT
Jati diri PLBN Napan
PLBN Napan terletak di Desa Napan, salah satu dari sembilan desa di Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten TTU. Berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKBN) tahun 2023, Desa Napan memiliki luas sekitar 6 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 1.168 jiwa yang tersebar dalam 320 kepala keluarga (KK). Wilayah ini terdiri dari tiga (3) dusun, (6) enam RT, dan (3) tiga RW. Desa Napan sendiri berada sekitar 200 km dari ibu kota provinsi NTT, Kupang, dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar lima jam perjalanan darat.
Secara geografis, posisi PLBN Napan berbatasan langsung dengan wilayah Oesilo, Timor Leste. Oesilo merupakan bagian dari daerah Oecussi (wilayah enclave Timor Leste yang dikelilingi oleh wilayah Indonesia). Hal tersebut menjadikan PLBN Napan sebagai titik penting yang menghubungkan wilayah perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste. Pembangunan PLBN Napan dilaksanakan berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 1 Tahun 2019 tentang Percepatan Pengembangan 11 PLBN Terpadu dan Sarana Prasarana Penunjang di Kawasan Perbatasan.
ADVERTISEMENT
Pembangunan PLBN Napan dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama berlangsung pada tahun 2020 hingga 2022 dengan alokasi anggaran sebesar 106 miliar rupiah, dengan pekerjaan fisik berupa pembangunan gudang sita bangunan inti, bangunan cuci mobil, mess pegawai, Wisma Indonesia, bangunan TNI, dan bangunan Polri. Pembangunan tahap kedua dilanjutkan pada tahun 2023 dengan anggaran tambahan sebesar 22 miliar rupiah, dengan pekerjaan fisik berupa pembangunan rest area, pagar kawasan, jalan kawasan, perkuatan lereng, dan meubelair, sekaligus melanjutkan pekerjaan pada zona inti dan zona sub inti yang belum selesai. Total anggaran pembangunan PLBN ini mencapai 128 miliar rupiah. Investasi pembangunan PLBN ini tidak hanya ditujukan untuk memperkuat keamanan di perbatasan, tetapi juga diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi di wilayah perbatasan yang selama ini terisolasi.
ADVERTISEMENT
Namun, meski pembangunan PLBN Napan sudah rampung, aktivitas perlintasan di PLBN ini masih mengalami kendala. Sejak tahun 2020, kegiatan lintas batas di PLBN Napan terhenti akibat pandemi COVID-19 dan proses pembangunan infrastruktur. Namun, setelah pembangunan selesai dan pandemi mereda, aktivitas perlintasan masih belum kembali normal. Hal ini disebabkan oleh ketidaksiapan pihak Timor Leste dalam membuka akses perlintasan di wilayah Oesilo. Kondisi ini memerlukan upaya diplomatik yang lebih kuat antara kedua negara untuk memastikan kesepakatan pelayanan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta interaksi sosial-budaya di kedua belah pihak.
Sosial Budaya dan Potensi Ekonomi PLBN Napan
Sejatinya, wilayah perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste, termasuk Napan, memiliki kekayaan sosial-budaya yang unik. Masyarakat di Desa Napan dan wilayah sekitarnya, meskipun terpisah oleh batas negara, masih memiliki banyak kesamaan budaya dengan penduduk di wilayah Oecussi, Timor Leste. Bahasa, adat istiadat, dan tradisi yang mereka jalani sehari-hari mencerminkan hubungan kekerabatan yang telah berlangsung sejak lama, jauh sebelum batas negara ditetapkan.
ADVERTISEMENT
Modernisasi dan pembangunan infrakstruktur seperti halnya PLBN juga membawa tantangan tersendiri. Masyarakat perbatasan harus mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, tanpa kehilangan jati diri budaya mereka. Pendekatan yang inklusif dan partisipatif dalam pengelolaan PLBN merupakan solusi agar masyarakat setempat dapat merasakan manfaat langsung dari kehadiran infrastruktur ini, tanpa merasa terpinggirkan oleh arus modernisasi.
Disisi lain, potensi ekonomi yang dijanjikan oleh PLBN Napan sangatlah besar. Letaknya yang strategis membuat PLBN Napan lebih dekat dengan Kota Kefamenanu di Indonesia dan Oecussi di Timor Leste dibandingkan dengan PLBN lainnya. Dengan dibukanya akses lintas batas melalui PLBN Napan nantinya, peningkatan interaksi perdagangan dan pertukaran komoditas antara kedua negara diharapkan dapat memberi banyak manfaat bagi masyarakat sekitar. Hal ini juga membuka peluang bagi masyarakat untuk terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi lintas batas.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pembangunan PLBN Napan juga diharapkan dapat menarik investasi dari sektor swasta, khususnya di bidang perdagangan, transportasi, dan pariwisata. Dengan infrastruktur yang memadai dan akses yang lebih mudah ke wilayah Timor Leste, PLBN Napan dapat menjadi titik awal untuk pengembangan kawasan ekonomi khusus di perbatasan.
Sebagai penutup, PLBN Napan merupakan simbol bahwa wilayah perbatasan bukan lagi area terpinggirkan, melainkan gerbang penting untuk pertumbuhan ekonomi dan interaksi antarbangsa. PLBN Napan dapat menjadi motor penggerak bagi kesejahteraan masyarakat di perbatasan, sekaligus memperkuat hubungan kedua negara yang bertetangga. Peresmian PLBN Napan menjadi titik awal bagi upaya diplomatik yang lebih kuat antara Indonesia dan Timor Leste, khususnya dalam mengoptimalkan perlintasan dan meningkatkan kerja sama bilateral di berbagai bidang.
ADVERTISEMENT
Emris Yeverson Kaja Jade, Pemeriksa Keimigrasian di Perbatasan Indonesia-Timor Leste.