Kurikulum Merdeka: Seberapa Merdeka?

endah windiastuti
Pendidik Anak Usia Dini di TK Budi Mulia Dua, Tutor Universitas Terbuka, lulus S2 di bidang Pendidikan Anak Usia Dini dari Universitas Negeri Yogyakarta, pemerhati dunia anak
Konten dari Pengguna
10 Juli 2022 18:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari endah windiastuti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pembelajaran di Kelas. Sumber: https://unsplash.com/s/photos/kindergarten
zoom-in-whitePerbesar
Pembelajaran di Kelas. Sumber: https://unsplash.com/s/photos/kindergarten
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Terdapat ratusan jumlah negara di dunia ini dengan segala kekhasannya. Di dalamnya ada banyak sekali perbedaan antara satu negara dengan negara lainnya. Begitu juga dengan pendidikan dengan sistemnya yang beraneka ragam. Namun begitu, pembelajaran di seluruh dunia memiliki satu persamaan: semua dilakukan oleh guru dan siswa secara bersamaan di ruang kelas. Hal ini seperti mengindikasikan bahwa proses pembelajaran yang terbaik adalah dengan guru dan siswa berada pada satu tempat yang sama.
ADVERTISEMENT
Lalu pada tahun 2019, ditemukanlah satu virus yang mengakibatkan pandemi COVID-19. Keadaan ini seakan memaksa manusia di seluruh dunia untuk melakukan perubahan besar dalam kehidupan mereka. Tidak terkecuali bagi peserta didik dan seluruh pihak yang terlibat di dalamnya. Pembelajaran yang awalnya dilakukan dengan cara tatap muka, kini harus dilakukan dari rumah. Sekolah harus menyusun kurikulum darurat untuk memberikan layanan pendidikan selama pandemi.
Kurikulum yang diterapkan sebelum kurikulum darurat kurang memberikan informasi mengenai pembelajaran jarak jauh. Pemerintah dan pendidik bekerja sama untuk menyusun kebijakan pembelajaran di masa pandemi ini. Salah satu kebijakan yang diberikan yaitu dengan pembelajaran daring antara pendidik dengan peserta didik. Salah satu tantangan yang cukup berat bagi para pendidik, terutama pendidik pada tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pembelajaran pada tingkat ini mempunyai prinsip bahwa belajar dilaksanakan dengan bermain. Selama itu, guru memberikan layanan pendidikan dengan aplikasi panggilan video untuk pembelajaran langsung dengan anak. Selain itu, guru juga membuat video pembelajaran yang selanjutnya akan dikirimkan kepada anak beserta dengan bahan ajar yang telah disusun.
ADVERTISEMENT
Menghadapi krisis ini, akhirnya pemerintah menyusun kurikulum terbaru yang salah satu latar belakangnya didasarkan pada kondisi saat ini. Kurikulum ini disebut dengan Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka diterapkan pada seluruh jenjang pendidikan, mulai dari PAUD hingga pendidikan menengah. Penerapan kurikulum ini diharapkan akan meningkatkan mutu belajar peserta didik dengan berbagai macam pengalaman belajar. Sumber pengetahuan peserta didik yang awalnya hanya didapatkan di kelas, kini bisa didapatkan dari mana saja. Demikian juga dengan materi pembelajaran yang dapat dikembangkan sendiri oleh sekolah. Kini sekolah diberikan kebebasan untuk menentukan material pembelajaran berdasarkan dengan visi dan misi, kondisi dan kebutuhan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah.
Pada jenjang PAUD, akan dikembangkan lagi pemahaman literasi dan numerasi untuk peserta didik. Sebelumnya, beberapa guru pada beberapa lembaga sekolah merasa kebingungan ketika akan mengajarkan konsep angka dan bilangan kepada peserta didik. Mereka berpendapat bahwa pemerintah tidak menganjurkan untuk memberikan materi calistung (membaca, menulis, dan berhitung) pada tingkat taman kanak-kanak. Namun di sisi lain, jenjang sekolah dasar mensyaratkan peserta didik untuk sudah mampu membaca, menulis, dan berhitung. Walau begitu, beberapa lembaga sekolah tetap memberikan materi calistung ini kepada peserta didik. Opini yang mereka berikan, anak sudah mampu mengikuti materi pembelajaran ini. Cara yang digunakan pun tidak melulu dengan anak mengerjakan soal di buku ataupun papan tulis. Opini guru ini penulis dapatkan dari hasil wawancara dengan beberapa guru di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Adanya kebijakan baru ini diharapkan guru tidak akan merasa kebingungan lagi untuk mengenalkan konsep angka dan huruf pada peserta didik. Literasi dan numerasi diberikan kepada peserta didik dengan metode dan media yang dapat dikembangkan sendiri oleh sekolah. Harus kita akui bahwa setiap lembaga memiliki perbedaan dan ciri khasnya masing-masing. Hal ini juga yang melatarbelakangi pemerintah untuk mensosialisasikan Kurikulum Merdeka ini. Penyetaraan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia tidak harus dengan serta merta menyamaratakan metode dan materi pembelajaran saja. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti akses wilayah sekolah, kebutuhan dan kondisi sekolah, dan juga dari lingkungan sekolah. Sekolah juga dianjurkan untuk mengadakan kerja sama dengan orang tua siswa dan masyarakat.
Pembelajaran Montessori. Sumber: dok. pribadi
Kemerdekaan pada pembelajaran ini tentu saja tidak semata-mata merdeka. Ada beberapa acuan dari pemerintah untuk sekolah dapat menerapkan dan menyusun kurikulum ini. Satu hal yang baru adalah dengan memasukkan Profil Pelajar Pancasila pada kurikulum sekolah. Profil Pelajar Pancasila ini diantaranya adalah: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia; 2) Berkebinekaan global; 3) Bergotong royong; 4) Kreatif; 5) Bernalar kritis; dan 6) Mandiri. Semua elemen ini harus ada di dalam kurikulum sekolah. Selain itu, adanya Capaian Pembelajaran yang akan dijadikan acuan sekolah untuk menyusun proses pembelajaran. Capaian pembelajaran tersebut diantaranya adalah: 1) Nilai Agama dan Budi Pekerti; 2) Jati Diri; dan 3) Dasar-dasar Literasi dan STEAM. Pembelajaran dengan bahan loose part dan berbasis proyek sangat dianjurkan. Melalui pembelajaran ini, anak akan mampu menyusun pengetahuannya sendiri dari proses belajar yang juga dengan bermain.
ADVERTISEMENT
Tentu saja kita semua berharap, bahwa Kurikulum Merdeka akan membawa paradigma baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Sebaiknya kurikulum memang bersifat fleksibel dan mengikuti perkembangan zaman. Tidak ada kurikulum yang dapat digunakan sepanjang hayat. Pendidik diharapkan juga mampu berkembang mengikuti kemajuan zaman. Pada hakikatnya, Kurikulum Merdeka menyadari bahwa setiap lembaga mempunyai kondisi dan kebutuhannya masing-masing. Kurikulum ini memberikan ‘kebebasan yang diberi batasan’ bagi sekolah untuk mengembangkan sendiri kurikulum mereka yang didasarkan pada berbagai pertimbangan. Kita semua berharap, berbagai pihak dan lapisan masyarakat akan mendukung penerapan kurikulum ini dengan baik demi kemajuan peradaban.