Konten dari Pengguna

Tut Wuri Handayani dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

endah windiastuti
Dosen program studi PGPAUD Universitas Negeri Jakarta
22 Juli 2024 12:52 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari endah windiastuti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Projek Pembelajaran (sumber: https://unsplash.com/photos/person-holding-blue-and-red-paper-TJxotQTUr8o)
zoom-in-whitePerbesar
Projek Pembelajaran (sumber: https://unsplash.com/photos/person-holding-blue-and-red-paper-TJxotQTUr8o)
ADVERTISEMENT
Lembaga pendidikan prasekolah pertama di Indonesia didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tahun 1922 melalui Taman Indria. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara kurang lebih dipengaruhi oleh pemikiran Frobel dan Montessori, yang memiliki inti pada pembelajaran melalui bermain. Ki Hadjar Dewantara meyakini bahwa, jati diri bangsa Indonesia salah satunya adalah gotong royong. Gotong royong ini yang diadaptasi pada proses pembelajarannya. Melalui gotong royong, anak akan mampu mengembangkan life skill dengan cara yang menyenangkan dan menarik karena dilakukan secara bersama-sama. Hal ini akan membantu perkembangan menyeluruh dari individu, seperti relasi harmonis dengan alam, masyarakat dan Tuhan. Inilah yang menajdi filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
ADVERTISEMENT
Gagasan dan prinsip pembalajaran Ki Hadjar Dewantara yang sudah tidak asing lagi adalah “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” yang kurang lebih memiliki inti bahwa peran guru tidak hanya sebagai satu-satunya sumber pengetahuan anak. Maknanya lebih jauh lagi, guru memiliki peran sebagai fasilitator yang memberikan teladan/ contoh, memberikan motivasi, dan juga mendorong dan mendukung peserta didik untuk maju. Gagasan ini yang menjadi dasar kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia dari awal berdirinya hingga saat ini.
Seiring dengan perkembangannya, tujuan dan kurikulum pada tingkat PAUD mengalami beberapa perubahan. Dimulai dari berrtujuan untuk mempersiapkan anak ke jenjang pendidikan selanjutnya, membentuk individu yang berjiwa Pancasila, serta mengembangkan aspek-aspek perkembangan dan ketrampilan anak. Tujuan pembelajaran ini selalu didasarkan pada UUD dan juga Pancasila. Proses pembelajaran dan dasar disusunnya kurikulum harus sejalan dengan tujuan bangsa Indonesia salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan bangsa ini tentu saja harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila.
ADVERTISEMENT
Indonesia mengalami beberapa kali perubahan kurikulum, dimulai dari kurikulum sebelum tahun 1968 hingga saat ini. Saat ini Indonesia menggunakan kurikulum terbaru yang disebut sebagai Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka menekankan pada kebebasan sekolah untuk menyusun program pembelajarannya, dan memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih pembelajaran yang diminati. Ditambah lagi, sekolah dan anak juga diberikan kebebasan untuk menentukan proses belajar selama di sekolah. Pada Kurikulum Merdeka, terdapat salah satu kegiatan yang mampu mengembangan proses berfikir anak dengan cara yang menarik. Kegiatan ini disebut Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat profil pelajar Pancasila melalui pembelajaran berbasis projek. P5 di tingkat PAUD dilaksanakan dengan bimbingan guru kelas dengan beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini dimulai dari pemilihan tema projek yang terdiri dari: Aku Sayang Bumi, Aku Cinta Indonesia, Kita Semua Bersaudara, dan Imajinasi dan Kreativitasku. Melalui tema-tema ini, projek akan dilaksanakan secara terarah dan topik kegiatan yang dipilih dekat dan familiar dengan anak.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh projek yang dapat dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak adalah projek pemilihan umum. Mengambil tema Aku Cinta Indonesia, anak-anak diajak untuk mengamalkan sila ke-4 Pancasila yang mempunyai intisari musyawarah bersama untuk mencapai mufakat. Pada tahap awal, anak-anak diajak untuk berdiskusi bersama mengenai demokrasi dan pemilihan umum. Selanjutnya anak-anak akan diajak bermusyawarah untuk memilih calon ketua kelas beserta dengan tim suksesnya. Di sinilah peran guru sebagai fasilitator terlihat. Guru akan memfasilitasi diskusi dan peralatan yang dibutuhkan anak.
Pada akhir tahapan projek, diharapkan anak mengerti dan menerapkan sikap mufakat dan saling menghargai pendapat orang lain. Projek Pancasila ini tidak berorientasi pada hasil, namun lebih ditekankan pada proses pembelajarannya sehingga anak dapat menemukan kesimpulannya sendiri-sendiri. Belajar yang tidak berorientasi pada hasil akan membantu anak untuk lebih memahami materi pembelajaran. Melalui projek ini juga anak-anak melakukan kegiatan pembelajaran secara menyenangkan. Projek dilakukan secara bersama-sama, yang sesuai dengan jati diri bangsa yaitu gotong royong. Ini sesuai dengan prinsip dan gagasan pembelajaran Ki Hadjar Dewantara. Selama proses pembelajaran, anak-anak saling berkolaborasi menyusun pengetahuan mereka dengan caranya sendiri. Mereka saling berdiskusi dan menyampaikan pendapat mereka masing-masing. Guru akan menjadi pengamat dan juga penengah ketika diperlukan. Selain itu, guru akan menyediakan sumber belajar yang dibutuhkan anak seperti buku, informasi langsung, dan alat-alat peraga lainnya.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat dari salah satu contoh P5 melalui kegiatan pemilihan ketua kelas dan gagasan Ki Hadjar Dewantara ini, bisa disimpulkan bahwa Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) ini memang menerapkan peserta didik yang memiliki jiwa Pancasila. Sesuai dengan gagasan pembelajaran melalui gotong royong, anak-anak diajak secara bersama-sama berkolaborasi meyusun pengetahuan mengenai musyawarah untuk mencapai mufakat. Apa itu arti dari demokrasi, apa saja yang harus dilakukan dalam pelaksanaan demokrasi, dan juga pada akhirnya anak diharapkan mampu memiliki sikap dan sifat yang sesuai dengan sila ke-4 Pancasila. Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ini juga, anak diajarkan Pancasila sejak dini melalui kegiatan yang menarik dan menyenangkan.
Pengetahuan mengenai Pancasila tidak hanya sekedar menghafalkan ke-5 silanya saja, namun diharapkan mampu untuk memahami nilai-nilainya dan juga mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Gagasan Ki Hadjar Dewantara dalam dunia pendidikan memberikan dampak yang luar biasa bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Gagasan Ki Hadjar Dewantara tidak hanya mengenai transfer pengetahuan semata, namun juga transfer nilai-nilai dan juga norma yang didasarkan pada bangsa Indonesia. Seyogyanya kita sebagai orang dewasa terutama bagi orang tua sebagai madrasah pertama dan utama anak, mampu berkontribusi memberikan pendidikan sepanjang hayat kepada anak-anak kita sendiri. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya tentang pengetahuan akademis semata, namun juga tentang life skill, dan juga nilai serta norma yang berlaku di masyarakat sekitar sebagai bentuk implementasi terhadap Pancasila.
ADVERTISEMENT