Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Aduh, Kurikulum Mau Ganti Lagi, Gimana Guru Bersikap?
13 April 2025 15:44 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Eneng Nurhasanah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA akan ada lagi?
ADVERTISEMENT
Dunia pendidikan kembali menjadi perhatian, terutama dari guru-guru SMA. Kabar terkini, akan ada lagi jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di Sekolah Menengah Atas (SMA).
ADVERTISEMENT
Perubahan kurikulum bukan hal baru di dunia pendidikan Indonesia. Dari kurikulum 1974, Kurikulum 2006 (KTSP), 2013, lalu sekarang Kurikulum Merdeka, dan kabar terbaru akan muncul lagi model baru.
Bagi guru, setiap perubahan ini nggak cuma soal ganti istilah atau dokumen, tapi juga soal adaptasi dalam cara mengajar, menilai, bahkan berpikir.
Lalu, gimana guru bisa tetap waras dan tangguh menghadapi perubahan ini?
1. Terima Dulu, Baru Bergerak
Kunci awal menghadapi perubahan adalah menerima. Memang kadang bikin kepala pening jika muncul kurikulum baru, apalagi kalau sosialisasinya mepet dan pelatihan belum merata. Tapi daripada ngeluh terus, lebih baik kita lihat ini sebagai peluang buat berkembang. Dunia terus berubah, masa kita diam di tempat?
ADVERTISEMENT
2. Upgrade Diri Secara Mandiri
Nggak bisa terus-terusan nunggu pelatihan resmi dari dinas. Sekarang banyak banget sumber belajar gratis: webinar, YouTube, podcast pendidikan, sampai komunitas guru di media sosial. Jadi, guru zaman now harus melek digital dan aktif nyari ilmu.
3. Kolaborasi, Bukan Kompetisi
Daripada saling membandingkan sekolah mana yang lebih siap, lebih baik saling bantu. Kolaborasi antar guru dalam komunitas belajar bisa jadi solusi ampuh. Tukar ide, berbagi perangkat ajar, dan saling memberi semangat bisa bikin perubahan terasa lebih ringan.
4. Fokus pada Murid, Bukan Administrasi
Kadang perubahan kurikulum terlalu sibuk dengan kertas, padahal yang paling penting adalah dampaknya ke murid. Selama kita tetap mengajar dan membimbing murid dengan hati, berusaha memahami kebutuhan murid, dan membuat pembelajaran yang bermakna, apapun nama kurikulumnya, esensinya tetap sama: mendidik manusia dengan seutuhnya.
ADVERTISEMENT
5. Jaga Waras, Jaga Semangat
Jangan lupa, guru juga manusia. Wajar kalau stres atau bingung. Tapi penting juga buat tetap menyiapkan mental. Curhat ke sesama guru, ambil jeda kalau lelah, dan tetap cari hal-hal yang bikin bahagia. Guru yang bahagia akan lebih mudah menularkan semangat belajar ke muridnya.
Kesimpulannya, perubahan kurikulum memang bisa bikin kepala pening, tapi juga bisa jadi kesempatan buat kita untuk naik level. Guru bukan cuma ngajar di depan kelas, tapi juga soal tumbuh berbarengan dengan zaman. Selama kita berpikir positif, punya niat baik, semangat belajar, dan hati yang tulus, insya Allah setiap perubahan bisa kita hadapi dengan kepala tegak dan hati tenang.