Konten dari Pengguna

Menguji Kurikulum Merdeka: Literasi Iklim dan Keterampilan Hidup Berkelanjutan

Eri Nugroho
Purwokerto-based educator and educational journalist. Elementary teacher at Sekolah Dasar UMP.
9 Juli 2024 11:33 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eri Nugroho tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Dominic Wunderlich from Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Dominic Wunderlich from Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Kurikulum pendidikan mempunyai peran krusial dan strategis dalam membentuk gagasan, sikap, dan tindakan generasi suatu negara dimasa yang akan datang. Sebuah desain kurikulum yang baik, terstruktur dan jelas dapat membentuk sebuah fondasi pengetahuan yang kokoh, keterampilan yang baik dan nilai-nilai positif sebuah generasi. Hal ini juga disampaikan oleh Zainal Arifin (2012), kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan harus sesuai falsafah dan dasar negara untuk membentuk pandangan hidup, nilai positif suatu bangsa.
ADVERTISEMENT
Saat ini, orientasi kurikulum pendidikan telah berubah. Pola kurikulum klasik seperti muatan pembelajaran yang padat, tuntutan mengejar sebuah ketuntasan materi, dan paksaan setiap peserta didik untuk mencapai kompetensi minimum idealnya sudah tidak digunakan. Karena, pendekatan semacam ini cenderung mengabaikan perbedaan individu dalam hal kemampuan, minat, ritme yang pada akhirnya menghambat perkembangan potensi penuh peserta didik.
Maka, diperlukan pendekatan yang lebih fleksibel dan berpusat pada peserta didik, demi mendukung perkembangan mereka secara optimal.
Selain itu, orientasi kurikulum modern perlu berpindah dari pandangan sempit tentang pendidikan yang hanya berkutat di ambisi dan target kurikulum, menjadi keterlibatan nyata dan serius terhadap tujuan pendidikan yang lebih besar. UNESCO dalam Reimagining our Future Together (2021) menyebutkan pendekatan dan orientasi kurikulum seharusnya menghubungkan domain kognitif dengan kemampuan memecahkan masalah, inovasi, dan kreativitas. Hal ini berarti bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya tentang transfer pengetahuan saja, tetapi juga harus mencakup keterampilan menghadirkan solusi (problem-solving) atas masalah-masalah kompleks.
ADVERTISEMENT

Menguji Kurikulum Merdeka

Pada tahun 2022, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memperkenalkan Kurikulum Merdeka pada acara Merdeka Belajar Episode ke-14 (11/2/22). Kurikulum ini dirancang untuk menghadirkan pendidikan yang lebih fleksibel, relevan dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik sebagai masyarakat modern.
Salah satu materi esensial perlu diintegrasikan kedalam kurikulum adalah tentang literasi iklim (climate literacy) dan keterampilan hidup berkelanjutan. Literasi iklim menjadi penting karena perubahan iklim (climate change) merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat modern.

Lantas, mengapa topik perubahan iklim (climate change) dapat diatasi melalui kurikulum pendidikan?

Menurut United Nation, Pendidikan adalah kunci untuk mengatasi perubahan iklim (climate change). Selain itu, mengutip dari UNESCO, pendidikan perlu merespons perubahan iklim dan kerusakan lingkungan dengan menyiapkan peserta didik untuk dapat beradaptasi dan mengatasi masalah perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya menjadi pertanyaan, apakah kurikulum merdeka ini dapat memenuhi harapan tersebut? Bagaimana penerapan literasi iklim dalam pembelajaran sehari-hari menurut kurikulum ini? Sejauh apa Kurikulum Merdeka mengintegrasikan materi esensial seperti literasi iklim (climate literacy) dalam menghadapi tantangan masyarakat modern? Metode apa yang digunakan?

Literasi Iklim di Kurikulum Merdeka

Tiga Isu Prioritas Pendidikan

Lebih lanjut, tiga isu prioritas pendidikan ini ternyata tidak hanya berhenti di konsep semata, dalam struktur dan kerangka dasar Kurikulum Merdeka, isu prioritas tersebut telah diakomodasi, dipetakan dan diintegrasikan kedalam materi yang relevan dan sesuai dengan kompetensi. Tiga isu prioritas tersebut terintegrasi dalam Capaian Pembelajaran lintas mata pelajaran yang relevan dan melalui penyediaan perangkat pembelajaran.

Metode Pembelajaran Holistik dan inter disipliner

Hal lebih menarik lagi, adalah pengintegrasian isu-isu prioritas ini dilakukan dengan metode pembelajaran holistik dan interdisipliner. Misalkan, tentang pembahasan dampak perilaku manusia terhadap keberlanjutan lingkungan dan bumi, atau dampak iklim terhadap keberlangsungan manusia. Terkait hal tersebut, tentu tidak bisa dipandang satu sisi materi atau pelajaran saja, dalam memahami secara komprehensif dan memecahkan masalah tersebut perlu melibatkan penggabungan dan integrasi konsep, seperti menghubungkan antar displin ilmu, seperti ilmu pengetahuan alam dengan ilmu pengetahuan sosial.
ADVERTISEMENT
Metode pembelajaran holistik dan interdisipliner membantu menguraikan masalah dalam berbagai aspek dan konsep. Hal ini membantu peserta didik tidak hanya melihat dari satu aspek manusia namun juga aspek alam, aspek ekonomi, sosial, dan kesejahteraan manusia. Maka, pengintegrasian isu-isu prioritas ini membantu peserta didik berpikir secara holistik dari berbagai perspektif.

P5 dan Literasi Iklim

Pengintegrasian literasi iklim tidak hanya ada di muatan pembelajaran, namun juga ada secara khusus sebagai pengembangan diri pribadi siswa dalam muatan proyek penguatan profil pelajar pancasila (P5). Hal ini diharapkan peserta didik memiliki waktu untuk mengeksplorasi dan mengasah kepekaannya terhadap isu di lingkungan sekitarnya, tanpa adanya beban materi bidang pengetahuan.
Contoh konkret muatan literasi iklim di P5 tingkat PAUD yaitu: Aku Sayang Bumi, materi ini bertujuan untuk mengenalkan peserta didik tentang pentingnya menjaga lingkungan, peran tumbuhan terhadap keberlangsungan mahluk hidup lain, dan tentang menjaga sumber air.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, pada tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah tema P5 antara lain yaitu: Gaya Hidup Berkelanjutan, berkaitan dengan cara-cara praktis mengurangi dampak perubahan iklim. Ini termasuk materi tentang mempromosikan kebiasaan hemat energi, pengelolaan sampah, pengunaan transportasi ramah lingkungan, serta pola konsumsi yang bertanggung jawab.
Dalam muatan proyek penguatan pelajar pancasila (P5) peserta didik didorong untuk menumbuhkan kesadaran akan keterampilan hidup berkelanjutan, mengamati lingkungan sekitar mereka dengan cermat, memperhatikan perilaku mereka sebagai manusia. Harapannya, setelah tumbuh kesadaran tersebut mereka dapat mengembangkan proyek inovatif yang dapat memberikan solusi praktis untuk masalah lingkungan.

Kesimpulan

Dalam konteks literasi iklim, penulis menyimpulkan Kurikulum Merdeka untuk didukung dan dilanjutkan. Karena, kerangka dan struktur kurikulum sudah memenuhi kriteria dalam menghadapi tantangan masyarakat modern. Kemedikbudristek menetapkan tiga prioritas isu pendidikan: Literasi iklim, pendidikan kesehatan dan literasi keuangan. Itu berarti, secara khusus kurikulum ini telah memberikan ruang bagi peserta didik dalam meningkatkan literasi iklim dan keterampilan hidup berkelanjutan. Selain itu, penggunaan pendekatan holistik dan interdisipliner membantu peserta didik memecahkan tantangan masyarakat modern secara komprehensif, tidak hanya satu sisi, namun holistik dengan berbagai prespektif.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, kurikulum ini juga memberikan waktu khusus untuk pengembangan peserta didik dalam mengenal lingkungan sekitarnya, yakni melalui muatan P5. Integrasi literasi iklim dan keterampilan hidup berkelanjutan bahkan dimulai dari tingkat PAUD.
Dengan demikian, ini adalah langkah dan ikhtiar baik dalam membangun masa depan berkelanjutan. Harapannya, kurikulum ini melahirkan generasi yang tidak hanya sadar tentang pentingnya menjaga lingkungan, namun generasi yang juga memiliki kemauan untuk mengambil tindakan nyata dalam pelestarian lingkungan.