Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Selamat Datang Kembali Liga 1
26 Agustus 2021 15:57 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Erik Fajar Susandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
lebih dari 500 hari sepak bola Indonesia mati suri, pertandingan Liga 1 persib vs pss Sleman di si jalak harupat bisa dibilang pertandingan Profesional terakhir yang dimainkan di Indonesia. Praktis sejak wasit Yeni Krisdianto meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan Persib vs PSS dan juga menandai akhir dari Kompetisi Resmi tertinggi di Tanah Air hingga hari ini.
ADVERTISEMENT
pada Maret hingga April 2021 terselenggara Turnamen Piala Menpora yang diikuti olah 17 tim Liga 1 namun tentunya ajang tersebut terasa kurang ideal dan terkesan kurang kompetitif karena sebagian besar pemain yang turun pada Piala Menpora sudah 1 tahun vakum dari pertandingan kompetitif atau dapat dikatakan tidak dalam kondisi terbaik dan setiap tim yang berpartisipasi tidak memiliki persiapan yang matang.
Sebenarnya PT LIB selaku Operator liga akan kembali memulai Kickoff Liga 1 pada pertengahan Juli 2021, namun seperti yang kita ketahui bersama Liga 1 batal dimulai dikarenakan angka kasus harian Covid-19 kembali melonjak dan Liga 1 akan kembali digulirkan pada tanggal 27 Agustus 2021.
Tentunya penundaan penundaan yang dialami oleh liga 1 seperti dejavu yang terus berulang, pasalnya sebelum penundaan pada bulan juli lalu penundaan/pembatalan pernah terjadi yaitu pada oktober dan november 2020 serta Februari 2021 yang berujung dengan dibatalkannya Liga 1 musim 2020.
ADVERTISEMENT
Namun disisi lain ada fenomena yang cukup mengherankan disaat liga 1 sebagai kompetisi profesional dipaksa vakum karena alasan “pandemi” justru disaat yang bersamaan pertandingan pertandingan level amatir menjamur di berbagai daerah, hal ini menjadi pertanyaan tersendiri bagaimana bisa pertandingan amatir berjalan dengan tidak mengindahkan protokol kesehatan seperti jaga jarak atau pun tes swab sebelum pertandingan sementara liga 1 kesulitan untuk memulai kick off.
Kenyataan seperti ini terlihat seperti “lelucon” dan berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di inggris di mana hanya kompetisi pro seperti Premier league, Divisi Championship dan league one yang boleh bertanding sementara kompetisi semi pro dan amatir tidak boleh bertanding.
jika kita bertanya siapa yang paling dirugikan dengan ketiadaan kompetisi resmi tentunya pemain, namun jika kita telaah lebih jauh lagi tentu bukan hanya pemain yang dirugikan ada profesi profesi lain seperti wasit, perangkat pertandingan dan panpel pertandingan yang juga secara langsung.
ADVERTISEMENT
Selain dengan kehilangan mata pencaharian dengan ketiadaan Kompetisi yang kompetitif akan berefek domino dengan terhambatnya pembinaan usia muda, praktis kompetisi Elite Pro Academy 2019 selaku kompetisi usia muda yang diselenggarakan PT LIB juga ikut terhenti.
Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali, mengatakan bahwa kerugian akibat ketiadaan kompetisi sepak bola nasional sejak Maret 2020 karena pandemi virus corona (Covid-19) mencapai angka Rp3 triliun, secara nominal terlihat cukup fantastis untuk sebuah liga yang berada di peringkat 27 Asia.
Bagi sebagian orang yang cukup awam dengan industri sepak bola mungkin akan menyangka industri sepak bola hanya berputar di stadion saat pertandingan, namun jika di telah lebih jauh banyak bisnis bisnis yang terdampak juga.
ADVERTISEMENT
Studi hasil riset dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menyatakan bahwa ada lebih dari 24 ribu orang yang terlibat secara langsung dalam industri sepak bola nasional. Terdapat banyak UKM yang biasanya memproduksi Merchandise hingga pengusaha konveksi yang tentunya juga terdapat akibat Liga 1 yang tidak bergulir.
Dari sisi klub, tentunya dengan dengan tidak adanya pertandingan maka klub kehilangan sumber pendapatan terbesar dari penjualan tiket pertandingan, penjualan merchandise klub hingga banyaknya kesepakatan sponsorship yang batal karena ketidakjelasan kompetisi.
Lebih dari itu kerugian paling terasa mungkin dirasakan oleh bali united, seperti yang kita ketahui bersama saham bali united (BOLA) sudah melantai di lantai bursa sejak tahun 2019.
ADVERTISEMENT
Ketiadaan kompetisi sepak bola tentunya membuat kinerja keuangan terganggu, Kinerja keuangan perusahaan memang berpeluang membaik apabila kompetisi Liga 1 digelar kembali pada 27 Agustus ini. Namun, seperti yang kita ketahui bersama sepak bola kita selalu konsisten dengan tidak konsistennya.
Tentunya dengan kompetisi sepak bola di Indonesia yang tidak konsisten membuat saham Bali United sebenarnya kurang menarik untuk menjadi portofolio investasi jangka panjang.
Sepak bola tidak melulu soal pertandingan 2X45 menit lebih dari itu secara industri juga melibatkan banyak orang yang bergantung hidup di dalamnya. Sama seperti industri lainnya sudah saatnya industri olahraga khususnya sepak bola mendapatkan kesempatan dan jaminan yang sama untuk kembali bergeliat di tengah tengah pandemi, maka dari itu peluit harus segera ditutup kembali.
ADVERTISEMENT