Konten dari Pengguna

Benarkah Stigma Standard Kecantikan Sebabkan Hilangnya Jati Diri?

Erika Rahmaningtyas
Mahasiswa Semester 2, Universitas Airlangga. Hobby : Berandai - andai dan berangan - angan.
30 Juni 2022 14:27 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erika Rahmaningtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perempuan beragam. Foto: sirtravelalot/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan beragam. Foto: sirtravelalot/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kecantikan atau keindahan sebenarnya merupakan hal yang identik dengan perempuan. Semua perempuan berhak memiliki predikat cantik. Pemberian predikat cantik ini pun dianggap sesuatu hal yang penting bagi perempuan.
ADVERTISEMENT
Padahal jika kita merujuk pada karya Naomi Wolf, dengan judul The Beauty Myth, kecantikan hanyalah mitos belaka.
Kecantikan itu bentuknya beragam ditiap wilayah bisa berbeda-beda standard kecantikannya, bisa berubah-ubah (berevolusi) dan subjektif (tiap individu memiliki selera cantik yang berbeda-beda). Sebagai contoh, orang asing yang notabenenya memiliki kulit putih berlomba – lomba untuk mencari kulit yang coklat atau sawo matang dengan berjemur di pantai karena menurut mereka kulit sawo matang itu eksotik sedangkan orang Indonesia yang sudah memiliki kulit sawo matang justru berlomba – lomba untuk memutihkan kulit mereka. Padahal tubuh yang sudah Tuhan ciptakan ini memiliki tujuan dan fungsinya masing – masing termasuk warna kulit, kulit sawo matang yang kita miliki pasti sudah sesuai dengan suhu tropis di Indonesia. Namun selama ini standard kecantikan yang berkembang di masyarakat telah menjadi mitos dan telah mandarah daging.
ADVERTISEMENT
Setiap masing - masing individu memiliki preferensi tersendiri dalam memandang individu yang menarik bagi dirinya. Adanya Standard kecantikan terkadang menjadi acuan seseorang untuk menilai penampilan orang lain sudah sesuai atau belumkah dengan standard kecantikan yang berkembang. Standard kecantikan di Indonesia umumnya adalah berkulit putih dan bersih, rambut lurus, hitam dan panjang, berbadan ramping ideal dan lain sebagainya. Padahal pada intinya setiap perempuan cantik dimata orang yang tepat.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh atau dampak dari adanya stigma standard kecantikan yang berkembang di masyarakat?
Pernahkah mendengar istilah toxic beauty standard?
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya Toxic beauty standard tidak memandang gender laki – laki maupun perempuan memiliki potensi yang sama dalam terdampak Toxic beauty standard ini, tetapi memang mayoritas yang rentan secara langsung terdampak Toxic beauty standard adalah perempuan.
Banyak yang rela mengorbankan tenaga, waktu, materi (uang) yang tidak sedikit demi memenuhi standard kecantikan ini. Ada yang rela diet ketat demi mendapatkan tubuh ramping, ada juga yang sampai menghabiskan banyak uang untuk biaya perawatan wajah, bahkan ada yang sampai melakukan operasi plastik demi memenuhi standard tersebut. Ada banyak kasus juga orang – orang yang demi memenuhi standard kecantikan itu tanpa sengaja membahayakan dirinya sendiri seperti kasus yang pernah saya baca seorang perempuan hampir meregang nyawa dikarenakan terlalu banyak meminum pil diet dan menjalani treatment diet ketat hal ini tentu memberikan dampak yang negatif. Bahkan dengan adanya toxic beauty standard dapat menghilangkan jati diri kecantikan sebenarnya (inner beauty) yang ada dalam diri perempuan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa tips yang dapat diterapkan untuk menghadapi toxic beauty standard ini diantaranya :
ADVERTISEMENT
Kenyataan pahitnya adalah beauty standard tidak akan ada habisnya, ia akan terus berputar dan berubah-ubah tergantung pada masanya. Namun, beauty standard hanyalah sesuatu yang dibentuk dan diciptakan oleh masyarakat. Jika kita tidak sesuai dengan beauty standard yang ada bukan berarti kita tidak cantik karena definisi cantik itu berbeda-beda. Kita bisa cantik meskipun kita tidak berkulit putih, tidak ramping, atau tidak tinggi karena bagaimanapun juga hal terpenting yang membuat kita terlihat cantik adalah value yang ada pada diri kita. Dengan memperlihatkan bagaimana cara kita bersikap, percaya diri, dan dapat memberikan energi positif ke sekitar menjadikan kita cantik dari dalam sehingga lama kelamaan orang sekitar juga akan menyadari bahwa kita cantik meskipun tidak sesuai dengan beauty standard yang ada.
ADVERTISEMENT
Referensi :
Anastasia, Melliana. (2006). Menjelajah Tubuh: Perempuan dan Mitos Kecantikan. Yogyakarta: LKis.
Ashad Kusuma Djaya; Otto Sukatno. (2007). Natural beauty inner beauty: manajemen diri meraih kecantikan sejati. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Islamey, Ghela. (2020). Wacana StandardKecantikan Perempuan Indonesia pada Sampul Majalah Femina. Semarang: PIKMA.
Pahlawani, Putri. (2020). 6 Alasan Mengapa StandardKecantikan Itu Gak Perlu Ada di Dunia Ini. Jakarta: IDNTIMES.
Sulaiman, Reza. (2022). Tertekan Karena StandardKecantikan yang Tidak Realistis? Ini Tips Psikolog Agar Percaya Diri. Jakarta: Suara.com.
https://samsaranews.com/wp-content/uploads/2018/10/Twisted-Beauty-Standards-in-Indonesia.jpg