news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Global Warming dan El Nino: Apakah Saling Berkaitan?

Erina Prastyani
SainsAsyikFGMI
Konten dari Pengguna
9 April 2020 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erina Prastyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim, dalam hal ini pemanasan global (global warming), memiliki banyak dampak negatif yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Selain membuat temperatur dunia menjadi lebih tinggi, global warming juga secara langsung berpengaruh terhadap naiknya level permukaan air laut, tenggelamnya pesisir pantai, naiknya tingkat keasaman sekaligus berkurangnya level oksigen di lautan, serta berubahnya pola hujan. Dampak yang dirasakan dari munculnya fenomena El Nino diduga semakin diperparah oleh pengaruh perubahan iklim yang terjadi di bumi. Apa itu El Nino dan bagaimana kaitannya dengan global warming?
Ilustrasi: Perbedaan kondisi normal dengan ketika El Nino sedang terjadi (Sumber: wikimedia.org)
Memahami El Nino
ADVERTISEMENT
El Nino merupakan salah satu fenomena cuaca yang kompleks dan berhubungan dengan periode hangatnya temperatur lautan yang berada di Samudra Pasifik. Kemunculan El Nino mempengaruhi pola angin yang berhembus di atas lautan Pasifik. Pada kondisi normal, angin yang berasal dari Samudra Pasifik bagian timur (Amerika) berhembus ke bagian barat (Asia). Adanya angin yang berhembus ke arah barat lautan Pasifik ini memicu naiknya air dingin yang berasal dari lautan bagian dalam untuk menstabilkan kondisi temperatur permukaan laut di lokasi tersebut. Air dingin yang naik ke wilayah kedalaman yang lebih dangkal juga membawa sumber nutrisi yang melimpah bagi ikan dan makhluk laut lainnya. Namun, ketika El Nino muncul, kekuatan angin yang berhembus ke arah barat lautan Pasifik melemah, bahkan bisa berbalik ke sumber arah angin tersebut berhembus, yaitu bagian timur Samudra Pasifik. Kondisi ini membuat air dingin yang berasal dari lautan bagian dalam tidak bisa naik ke atas, sehingga membuat suhu permukaan lautan di bagian barat Samudra Pasifik menjadi lebih tinggi dari keadaan normal. Tidak berhembusnya angin ke wilayah barat juga secara langsung membuat kondisi di wilayah tersebut menjadi lebih kering sehingga memicu terjadinya kekeringan di Indonesia, Asia Tenggara, dan Australia bagian utara.
ADVERTISEMENT
El Nino belum bisa diprediksi secara pasti kapan datangnya, namun ia dapat muncul dalam kurun waktu dua sampai tujuh tahun sekali. Meskipun masih sulit diprediksi kehadirannya, ketika El Nino sudah muncul, para ahli dapat memonitor dan memprediksi perkembangannya selama sembilan sampai dua belas bulan ke depan. Informasi perkembangan fenomena El Nino sangat penting untuk diketahui oleh para petani dan nelayan. Hal ini disebabkan oleh El Nino dapat memicu terjadinya bencana kekeringan dan berkurangnya sumber pasokan tangkapan laut di beberapa daerah yang terdampak.
Di Indonesia sendiri, masalah kekeringan yang melanda dapat berpotensi memicu masalah baru berupa kebakaran hutan. Sudah menjadi sebuah kebiasaan ketika akan membuka lahan baru untuk pertanian, beberapa wilayah hutan dibakar terlebih dahulu. Pembakaran hutan yang seharusnya bisa dipadamkan oleh hujan yang biasanya mengguyur hutan tersebut ternyata tidak muncul ketika fenomena El Nino sedang terjadi. Hal ini mengakibatkan kebakaran hutan besar yang melanda wilayah yang lebih luas. Ketidaktahuan mengenai fenomena cuaca seperti El Nino hanya akan membuat keadaan menjadi semakin buruk.
Ilustrasi: Kekeringan sebagai salah satu bencana yang muncul akibat El Nino (Sumber: needpix.com)
Apakah ada hubungan antara global warming dengan fenomena El Nino?
ADVERTISEMENT
Fenomena El Nino memang secara langsung dapat membuat temperatur lautan menjadi lebih tinggi. Namun, pemahaman mengenai apakah global warming berpengaruh secara langsung terhadap kemunculan El Nino masih menjadi pertanyaan banyak pihak. Terdapat sebuah dugaan yang menyatakan bahwa efek global warming dapat mempengaruhi El Nino karena keduanya sama-sama berhubungan dengan perubahan suhu bumi secara global. Namun, hingga kini masih belum ada simulasi komputer yang dapat membuktikan kebenaran hipotesa tersebut. Oleh karena itu, masih diperlukan banyak penelitian lanjutan mengenai hal ini untuk dapat menjawab pertanyaan di atas.