Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Mental
18 Juli 2022 15:26 WIB
Tulisan dari Esti Wisnawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bencana Akibat Perubahan Iklim
Pada saat kita membuka sosial media kita sering melihat kiriman video bencana alam seperti angin puting beliung, hujan ekstrim, banjir rob, tanah longsor dan lainnya. Tentunya kita berpikir, kenapa sekarang sering bencana alam. Ada apa dengan bumi, kenapa cuaca sekarang semakin tidak jelas dan tidak menentu.
ADVERTISEMENT
Pada akhir bulan Mei yang lalu Semarang dan sekitarnya mengalami banjir rob. Salah satu penyebab yang memperparah adalah perubahan iklim. Dampak perubahan iklim global adalah sering munculnya fenomena ekstrim seperti banjir rob yang terjadi di Semarang.
Kita sering mendengar istilah perubahan iklim. Menurut PBB, perubahan iklim adalah perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang. Perubahan suhu tersebut harusnya dapat berjalan secara alami, namun sejak 1800-an aktivitas manusia menjadi penyebab utama perubahan iklim. Terutama pembakaran bahan bakar fosil yang menghasilkan gas yang memerangkap panas dan menyebabkan pemanasan global.
Walaupun bencana alam karena perubahan iklim sering terjadi, kita mungkin jenuh atau tidak peduli dengan pembahasan pemanasan global, karena tidak menimbulkan permasalahan berarti pada kehidupan pribadi kita.
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim menjadi masalah global dan berdampak pada lingkungan, peningkatan penyakit dan kesehatan masyarakat. Penelitian mengenai dampak perubahan iklim ini terus dilakukan di seluruh dunia untuk menemukan solusi inovatif mencegah dampak negatif dari perubahan iklim. Riset dan Inovasi mengenai perubahan iklim terus dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Dampak perubahan iklim menyentuh segala aspek kehidupan dan mempengaruhi semua aktivitas manusia. “Isu perubahan iklim sudah sangat sering dibicarakan mengingat dampak yang ditimbulkannya sangat serius pada segala aspek kehidupan, mempengaruhi aktivitas ekonomi, sosial, politik dan menimbulkan masalah yang serius pada kesehatan fisik dan kesehatan mental manusia,” ujar Yurika saat menyampaikan materinya pada acara webinar yang berlangsung pada Rabu (22/6) dengan tema “Dampak Perubahan Iklim terhadap Penyakit dan Kesehatan”.
ADVERTISEMENT
Yurika Fauzia Wardhani Peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN, menjadi salah seorang narasumber memaparkan materi berjudul “Perubahan Iklim dan Isu Kesehatan Mental” dalam acara webinar yang diselenggarakan oleh BRIN melalui platform Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube.
Perubahan Iklim dapat Mempengaruhi Kesehatan Mental
Menurut Yurika, perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan mental secara langsung dengan mengekspos orang pada trauma. Namun tidak dirasakan pada semua kelompok masyarakat, tergantung beberapa faktor diantaranya status sosial, jenis kelamin, ekonomi dan usia. Perubahan iklim juga dapat mempengaruhi kesehatan mental secara tidak langsung dengan mempengaruhi kesehatan fisik dan kesejahteraan masyarakat.
Ia menerangkan, perubahan iklim menyebabkan munculnya istilah baru yaitu “eco-anxiety” dan “climate-anxiety”. Kecemasan iklim, atau kecemasan lingkungan, adalah kesusahan yang terkait dengan kekhawatiran tentang efek perubahan iklim. Ini bukan penyakit mental. Tetapi kecemasan yang berakar pada ketidakpastian tentang masa depan dan mengingatkan akan bahaya perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Yurika menambahkan, perubahan iklim adalah ancaman nyata, karena itu wajar mengalami kekhawatiran dan ketakutan mengenai konsekuensinya. Kecemasan terhadap iklim seringkali disertai dengan perasaan sedih, marah, bersalah, dan malu, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi suasana hati, perilaku, dan pemikiran.
Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
Yurika menjelaskan, ada dua faktor penyebab perubahan iklim yaitu faktor alam dan manusia. Keduanya mempengaruhi kesehatan fisik dan kesehatan mental, seperti gangguan depresi, gangguan kecemasan, gangguan stres akut dan gangguan stres pasca trauma.
Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan di AS, suhu panas ekstrim meningkatkan jumlah individu yang mengalami gangguan mental pada kelompok rentan. Hal ini bisa menimbulkan stres, gangguan suasana hati dan kecemasan, skizofrenia, gangguan penggunaan zat aditif, melukai diri sendiri dan keinginan untuk bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Sementara itu hasil penelitian kolaborasi antara Universitas York dan Kesehatan Mental, perubahan iklim yang menimbulkan bencana banjir akan menimbulkan sembilan kali resiko masalah kesehatan mental jangka panjang bagi yang mengalami dibanding yang tidak mengalami. Korban banjir merasa sedih karena kehilangan tempat tinggal dan barang-barang berharga miliknya. Evakuasi dan penampungan sementara justru menambah tekanan psikologis, kecemasan, depresi dan gangguan stres pasca trauma. Faktor kunci yang mempengaruhi kesehatan mental adalah tidak adanya peringatan banjir dan kedalaman air.
Selain banjir juga ada bencana kekeringan, tanah longsor, polusi udara, badai siklon tropis, pandemi, tsunami dan el nino semuanya mempengaruhi kesehatan mental seperti gangguan stres.
Perubahan Iklim Berdampak Negatif pada Kesehatan Mental, Ini Cara Mengatasinya
ADVERTISEMENT
Yurika menyebutkan ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan antara lain : Mendorong resiliensi, yaitu kemampuan seseorang, komunitas untuk berfungsi, bertahan bahkan berkembang dalam menghadapi kesulitan. Menumbuhkan rasa optimisme, memperkuat hubungan sosial. Melibatkan profesional kesehatan dalam memperkuat rencana pelayanan kesehatan mental, juga memberikan dukungan pada kondisi bencana. Memberlakukan kebijakan untuk memitigasi perubahan iklim di semua tingkatan pemerintahan.
“Untuk menghadapi perubahan iklim WHO memberikan beberapa rekomendasi antara lain: mengintegrasikan pertimbangan iklim dengan program kesehatan mental, mengintegrasikan dukungan kesehatan mental dengan aksi iklim, membangun komitmen global, membangun pendekatan berbasis komunitas untuk mengurangi kerentanan, menutup kesenjangan pendanaan besar yang ada untuk kesehatan mental dan dukungan psikososial,”pungkasnya mengakhiri.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Oleh sebab itu kita harus segera mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat memperparah perubahan iklim seperti mengurangi pemakaian plastik, hemat listrik, lebih sering menggunakan kendaraan umum atau menggunakan sepeda ataupun berjalan kaki.
Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=flNmZ1Mw464&ab_channel=BRINIndonesia
https://www.youtube.com/watch?v=IBs3alPompw