Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Labirin Ilusi: Selamat Datang di Era Omong Kosong
1 Oktober 2023 13:37 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari ewia ejha putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selamat datang di era omong kosong, di mana masyarakat kita terperangkap dalam labirin ilusi . Berita berubah menjadi pertunjukan sensasi, dan fakta disalahartikan untuk memicu kegemparan sosial.
ADVERTISEMENT
Ini adalah senjata bagi stasiun televisi dan media sosial untuk menghasilkan pemasukan iklan besar. Iklan dan propaganda melimpah membanjiri aliran berita kita seperti sedang mengalami tsunami digital.
Apa dampaknya? Pikiran kita terperangkap dalam pusaran fitnah dan manipulasi media. Keputusan finansial kita tergoyahkan, uang mengalir keluar, dan waktu kita terbuang untuk hal-hal yang sebenarnya tak berarti.
Keluarga dan orang yang kita cintai terlupakan, seolah-olah kita mengejar bayangan omong kosong, tanpa menyadari bahwa yang sesungguhnya penting dalam hidup kita telah terlupakan. Tanpa disadari, kita terjebak dalam perangkap penderitaan, dan orang-orang di sekitar kita juga turut merasakannya
Jadi, apa itu omong kosong? Omong kosong adalah kebohongan yang dibungkus dengan cermat sehingga terlihat sebagai kebenaran. Biasanya, omong kosong ini diciptakan dan disebarkan untuk kepentingan tertentu.
Saat ini, ada dua agenda besar yang diperkuat oleh omong kosong ini: fanatisme agama dan konsumerisme ekonomi. Kedua hal ini menjalar dalam masyarakat kita seperti akar yang menjalar.
ADVERTISEMENT
Agama yang seharusnya membawa kedamaian sering dimanfaatkan untuk menyebarkan omong kosong yang menimbulkan fanatisme dan akhirnya kekerasan. Omong kosong juga menjadi alat untuk mengaburkan pesan luhur agama dan memicu pembodohan dalam berbagai bentuk.
sedangkan saat ini di ranah ekonomi, kita terus digoda untuk membeli barang-barang yang tak perlu, seolah-olah uang tak terbatas. Akibatnya, kita menjadi budak konsumerisme, kehilangan rasa peduli pada kehidupan bersama.
Pendidikan pun tak luput dari omong kosong, dengan penelitian fiktif yang dibuat seolah-olah ilmiah. Mahasiswa terkadang terpaksa terlibat dalam taktik curang hanya untuk menyelesaikan tugas akhir mereka.
Bagaimana kita bisa melindungi diri dari omong kosong ini? Pertama-tama, kita perlu mengasah kemampuan berpikir kritis, i agar bisa membedakan antara fakta dan propaganda. Tapi yang tak kalah penting adalah pemahaman diri yang lebih dalam, agar kita tidak terperangkap dalam labirin omong kosong.
ADVERTISEMENT
Kita perlu kembali kepada esensi agama dan ekonomi, yang seharusnya bertujuan untuk kesejahteraan batin dan sosial. Hanya dengan menjaga keseimbangan ini, kita dapat terhindar dari bahaya omong kosong yang merajalela di masyarakat kita dan di dalam diri kita sendiri.
Ini adalah kunci untuk menjelajahi labirin ilusi ini dengan bijak dan melindungi diri kita dan orang-orang yang kita cintai dari tipuan omong kosong ini.