Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Mengupas Kesehatan, Gizi, Pendidikan, Kemiskinan Anak Indonesia Masa Kini
23 Juli 2022 16:51 WIB
Tulisan dari Faberlius Hulu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari Anak Nasional (HAN) yang diperingati tanggal 23 Juli mengingatkan kita akan kondisi anak di Indonesia. Anak merupakan harta yang berharga, tidak hanya dilihat dari perspektif sosial, budaya, ekonomi, politik, dan hukum tetapi juga dalam perspektif keberlanjutan sebuah generasi dan penentu masa depan Indonesia. Pilihan kebijakan dan investasi untuk anak yang diambil akan berdampak besar terhadap masa depan Indonesia. Melalui keputusan yang tepat, Indonesia akan menuju masyarakat yang adil, makmur dan tingkat kesejahteraan yang merata.
ADVERTISEMENT
Dalam memahami keadaan anak di Indonesia saat ini dapat dilihat dari berbagai sisi seperti kesehatan, pendidikan, kemiskinan, bahkan keadaan pekerjaan anak di Indonesia. Hal tersebut dianggap penting bagi anak untuk meningkatkan kemampuan mereka secara optimal dan mampu menghadapi tantangan perekonomian di masa depan sehingga Indonesia dapat melangkah maju.
Kesehatan dan Gizi Anak
Salah satu hal penting yang harus diperhatikan yaitu kesehatan anak. Setiap anak berhak untuk tumbuh dan berkembang serta bertahan hidup. Menurut data BPS dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2017 yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup. Target pemerintah dalam RPJMN tahun 2020-2024, AKB ditargetkan turun menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2024 nanti. Indonesia memang sudah menunjukkan kemajuan penting dalam menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), pada tahun 1994 AKB sebesar 57 per 1000 kelahiran dan turun menjadi 24 pada tahun 2017. Penurunan yang signifikan ini dapat dikaitkan dengan program imunisasi lengkap, memberikan perlindungan sosial berupa Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan perbaikan fasilitas kesehatan. Salah satu cara untuk mencegah kematian anak adalah imunisasi. Pemerintah sudahmengusahakan kegiatan imunisasi agar seluruh anak mendapatkan imunisasi minimal imunisasi dasar.
ADVERTISEMENT
Namun, pada kenyataannya masih banyak anak yang masih belum mendapatkan imunisasi. Pada tahun 2021, di daerah perkotaan balita (0-59 bulan) yang sudah mendapatkan imunisasi campak hanya sebesar 68,67 persen sedangkan sisanya 31,33 persen masih belum mendapatkan imunisasi tersebut. Bahkan di pedesaan balita yang mendapatkan imunisasi campak hanya sebanyak 67,90 persen atau sekitar 32,10 persen yang belum mendapatkan imunisasi campak.
Jika dilihat lebih lanjut, secara keseluruhan balita yang tidak mendapat imunisasi lengkap pada tahun 2021 sebanyak 43,49 persen. Diharapkan pemerintah tetap memperhatikan hal tersebut bahkan memperluas cakupan program tersebut tidak hanya di wilayah perkotaan tetapi juga pedesaan agar tidak ada ketimpangan kesejahteraan anak antara perkotaan dan pedesaan sehingga nantinya diharapkan tidak hanya menurunkan Angka Kematian Bayi, tetapi juga menurunkan Angka Kematian Balita di mana telah mencapai 32 per 1000 balita hidup pada tahun 2017, mengingat kondisi covid-19 yang masih melanda Indonesia kebutuhan imunisasi lengkap sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
ADVERTISEMENT
Gizi yang terpenuhi dan berkualitas juga salah satu penentu kualitas hidup dan pertumbuhan seorang anak. Anak yang memiliki gizi yang baik akan mampu bertahan menghadapi tantangan penyakit, dan bentuk lain dari krisis global serta lebih mudah bertumbuh dan belajar, juga nantinya bermanfaat bagi masyarakat. Gizi anak juga merupakan prioritas di Indonesia dan bagian dari komitmen SDG’s pemerintah untuk menanggulangi permasalahan gizi seperti berat badan lahir, stunting dan anak sangat kurus (wasting). Stunting mencerminkan kekurangan gizi kronis dan dapat menimbulkan dampak jangka panjang yaitu hambatan pertumbuhan, penurunan kemampuan kognitif dan mental, kerentanan terhadap penyakit, dan kualitas hasil reproduksi rendah.
Wasting adalah hasil dari kekurangan gizi akut dan frekuensi sakit yang tinggi pada anak, kondisi ini dapat menyebabkan kematian anak secara signifikan. Menurut Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan Kementerian Kesehatan tahun 2018, terdapat 30,8 persen balita mengalami stunting dan sebanyak 10,2 persen balita mengalami wasting. Stunting dan wasting dapat dicegah dari sejak kehamilan dengan melakukan pemeriksaan rutin, memenuhi gizi ibu hamil, memberikan ASI eksklusif, menciptakan lingkungan bersih serta memberikan makanan yang bergizi atau memenuhi nutrisi anak.
ADVERTISEMENT
Pendidikan Anak
Selain dari sisi kesehatan, tingkat pendidikan anak juga tidak kalah penting. Menurut data BPS, Angka Partisipasi Sekolah (APS) tahun 2021 baik sekolah formal dan non formal pada kelompok umur 5-6 tahun hanya sebesar 20,11 persen artinya 20,11 persen penduduk usia 5-6 tahun yang sedang sekolah, kelompok umur 7-12 tahun sebesar 99,19 persen, kelompok umur 13-15 tahun sebesar 95,99 persen, dan umur 16-18 tahun sebesar 73,09 persen artinya hanya sekitar 73,09 persen penduduk usia 16-18 tahun yang sedang sekolah. Pendidikan merupakan hal yang sangat diperlukan seorang anak untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Namun ternyata masih ada juga anak yang belum sepenuhnya bisa mengenyam pendidikan, APS umur 5-6 tahun dan 16-18 tahun yang cukup rendah perlu upaya lebih dari pemerintah untuk meningkatkan minat penduduk untuk sekolah dan juga menambah fasilitas dan tenaga pengajar untuk sekolah.
ADVERTISEMENT
Kemiskinan dan Pekerja Anak
Menurut data BPS, pada tahun 2022 sekitar 12,64 persen anak Indonesia (usia kurang 18 tahun) yang berada di bawah garis kemiskinan dibandingkan dengan hanya 9,54 persen populasi miskin secara umum. Anak-anak paling banyak mengalami kemiskinan dari sisi pendapatan dan akan menurun secara bertahap seiring anak bertambah usia, mengingat banyak keluarga yang pendapatannya berada sedikit diatas garis kemiskinan. Jika diperhatikan kemiskinan dari segi pendapatan tidak tetap atau tidak stabil, bisa saja pada tahun ini keluarga tersebut masih kategori aman karena berada sedikit diatas garis kemiskinan, namun hanya dengan sedikit gangguan ekonomi maka dapat menyebabkan keluarga tersebut hidup dibawah garis kemiskinan.
Kondisi perekonomian keluarga yang rendah, memaksa seorang anak untuk ikut mencari nafkah. Menurut data BPS, pekerja anak pada tahun 2021 sebesar 2,63 persen mengalami penurunan 0,62 persen dibanding tahun 2020. Namun demikian perlu perhatian dari pemerintah dalam mengatasi pekerja anak tersebut. Jika dilihat lebih lanjut, berdasarkan jenis kelamin anak laki-laki lebih banyak pekerja anak dibanding perempuan yaitu 2,67 persen dibanding 2,60 persen. Pengertian pekerja anak menurut ILO yaitu setiap anak yang bekerja yang dapat membahayakan atau mengganggu fisik, intelektual, mental dan moral.
ADVERTISEMENT
Perihal diatas berimplikasi penting terhadap pentingnya perlindungan sosial bagi anak dan keluarga mereka. Kondisi yang rentan terhadap kemiskinan dan tidak sedikit anak dan keluarga yang mengalami kecenderungan masuk dan keluar dari kemiskinan yang nantinya berimplikasi pada pendidikan, kesehatan, bahkan kebahagiaan anak tersebut. Untuk itu, pemerintah dalam menargetkan siapa penerima bantuan sosial tidak hanya dapat dilihat dari kemiskinan pendapatan. Pendekatan secara umum yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak mungkin lebih efektif dan praktis, kebijakan yang mampu menurunkan kemiskinan anak dalam berbagai bentuk sehingga Indonesia dapat generasi yang mampu membangun dan memajukan bangsa Indonesia. Secara keseluruhan, pemerintah memang sudah berusaha untuk mengentaskan kemiskinan, misalnya dengan memberikan PKH, BPNT, PIP, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Tetapi saran dari penulis, agar pemerintah meningkatkan pengawasan dalam menyalurkan bantuan tersebut dan mungkin akan lebih baik jika laporan pendistribusian bantuan tersebut diperketat misalnya dengan adanya foto setiap penerima bantuan menerimanya, dan juga laporan dari pengawas yang dilengkapi foto-foto serta dilakukan pertemuan rutin setiap pengawas beserta penerima bantuan yang disertai bukti foto juga.
Diharapkan investasi pemerintah terhadap anak pada masa kini baik dari sisi kesehatan, pendidikan, kemiskinan, atau bidang lainnya yang berpengaruh pada masa depan anak akan menambah generasi yang dapat mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia di masa yang akan datang.