Komunitas “Omah Moco” Membangun Budaya Literasi Masyarakat Desa

Fachry Muhammad Zulham
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
29 Oktober 2020 19:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fachry Muhammad Zulham tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana Omah Moco, pada Kamis (29/10/2020)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Omah Moco, pada Kamis (29/10/2020)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rendahnya literasi membaca dan menulis masyarakat Indonesia bukan menjadi rahasia umum lagi. Belum meratanya buku yang berkualitas dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadikan salah satu faktor utama.
ADVERTISEMENT
Tetapi semangat Arif Wibowo (28) tidak kenal lelah. Terhitung pada bulan Juli tahun 2017 lalu, dia dan temannya mendirikan Komunitas Omah Moco. Akibat dari keresahannya terhadap literasi masyarakat Dusun Wonotingal.
“Saya dan teman saya mendirikan Omah Moco sebagai suatu komunitas baca,” ungkap Arif. Dirinya juga menambahkan komunitas sendiri dipilih karena lebih fleksibel dan tidak terlalu formal.
Baginya keresahan terkait pendidikan dan literasi akibat dari Gadget yang merenggut waktu anak-anak kecil untuk bermain, belajar , dan bersosialisasi terhadap sekitar.
Banyak usaha yang telah dilakukan Arief, seperti mengantarkan buku dari rumah ke rumah untuk memancing dan merangsang anak-anak dalam hal membaca. Tetapi menurut Arief peran orang tua dan anak dalam menumbuhkan semangat membaca merupakan faktor penting.
ADVERTISEMENT
“Kalau di desa itu masyarkat tidak mungkin berpikir untuk membeli buku, makan saja sudah cukup,” kata Arif. Karena kondisi ekonomi dan mahalnya harga buku tadi Arif berusaha memfasilitasi buku yang ada dari donasi untuk masyarakat sekitar.
Pendidikan menjadi fokus utama Arif dalam membangun Omah Moco ini karena sifatnya yang jangka panjang. Makanya Komunitas Omah Moco membuka akses pinjaman dan fasilitas membaca selama 24 jam.
“Pembaca perhari biasanya 3 sampai 5 orang,” ungkap Arif. Dirinya menambahkan anak-anak kecil lebih sering mampir untuk membaca.
Omah Moco sendiri bertempat di Wonotingal, Poncosari, Kec. Srandakan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Omah Moco ini sekaligus merupakan tempat tinggal Arif bersama kedua orang tuanya. “Dulu niatnya membuka di sekitaran Masjid Al-Wafqo tetapi belajar dari pengalaman tidak ada yang mengurus dan menjaga akhirnya dipilihlah teras rumah sebagai tempat Omah Moco,” tegas Arif.
ADVERTISEMENT
“Perjuangan Omah Moco sampai seperti sekarang ini karena para donatur yang dari dulu banyak memberikan buku untuk didonasikan,” ungkap Arif. Banyaknya buku anak-anak yang terdapat di komunitas Omah Moco bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran literasi yang dimiliki oleh anak-anak. Yang nantinya akan menuntun dia sampai besar nanti agar gemar membaca.
Suasana Komunitas Omah Moco melapak di Pantai Goa Cemara sebelum PSBB, pada (18/08/2019)
Pandemi Virus Corona sendiri memberikan dampak tersendiri bagi Komunitas Omah Moco. Seperti semakin banyak anak-anak, pemuda, dan bahkan orang dewasa sekalipun mengunjungi Omah Moco untuk sekedar meminjam dan membaca buku. Untuk itu Arif memfasilitasi Omah Moco dengan wifi untuk belajar. Selain itu Arief tidak bisa melapak buku di pantai setiap minggunya karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Arif berpesan, mulailah membaca dari hal-hal yang ringan seperti buku-buku motivasi yang terdapat point-point penting. “Bagi para orang tua batasi penggunaan gadget pada anak, dan memberi alternatif seperti buku,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Arif juga mengajak kita semua untuk bergabung dengan organisasi atau komunitas budaya literasi yang ada di sekitar kita. Meskipun komunitas tersebut bersifat non-profit tetapi kita sebagai akademisi khususnya harus membantu memajukan masyarakat dalam hal budaya literasi.
“Semoga Omah Moco dan semua komunitas literasi terus berkembang kedepannya. Untuk Omah Moco sendiri semoga lebih bervariasi lagi jenis bukunya,” pungkas Arif.