Konten dari Pengguna

Liburan Tanpa Libur bagi Guru

Fadhel Izanul Akbar
Guru SMA Taruna Muhammadiyah Gunungpring - Magister Interdisplinary Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga - Inisiator Komunitas Rumah KITa (Komunitas kajian sosial, politik, dan gender)
14 Juli 2024 8:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fadhel Izanul Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi guru mengajar. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi guru mengajar. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Liburan sering kali menjadi waktu yang dinantikan oleh banyak orang untuk beristirahat dan melepas penat setelah menjalani rutinitas harian yang melelahkan. Namun, bagi sebagian guru, liburan sekolah tidak selalu berarti waktu untuk beristirahat.
ADVERTISEMENT
Beban pekerjaan dan tanggung jawab yang melekat pada profesi guru sering kali membuat mereka tetap sibuk, bahkan saat liburan. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan penting: mengapa guru merasa liburan mereka tidak benar-benar libur?
Salah satu faktor utama yang menyebabkan guru merasa liburan mereka tidak sepenuhnya libur adalah beban administratif yang tetap harus diselesaikan. Penilaian siswa, perencanaan kurikulum, serta penyusunan laporan dan dokumen lainnya sering kali tidak bisa diselesaikan dalam waktu kerja yang biasa.
Banyak guru menghabiskan waktu liburan mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas ini, sehingga waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat malah dihabiskan untuk bekerja.
Selain tugas administratif, persiapan untuk semester baru juga menjadi alasan mengapa liburan guru terasa tidak libur. Guru perlu merancang rencana pembelajaran, membuat materi ajar, serta menyiapkan berbagai aktivitas dan evaluasi untuk siswa.
ADVERTISEMENT
Proses ini memerlukan waktu dan perhatian yang cukup besar, sehingga banyak guru yang memanfaatkannya selama liburan. Mereka harus memastikan bahwa semua persiapan berjalan lancar agar proses belajar mengajar di semester berikutnya dapat berjalan dengan baik.
Guru juga sering kali mengikuti pelatihan dan workshop selama liburan. Meskipun pelatihan ini penting untuk pengembangan profesional dan peningkatan kompetensi, namun waktu yang dihabiskan untuk mengikuti kegiatan ini mengurangi waktu liburan yang sesungguhnya.
Kegiatan pelatihan ini sering kali membutuhkan energi dan fokus yang sama seperti saat mengajar, sehingga guru tetap merasa lelah meskipun sedang tidak berada di dalam kelas.
Selain tanggung jawab profesional, guru juga memiliki tanggung jawab keluarga dan sosial yang tidak kalah penting. Selama liburan, banyak guru yang harus mengurus keluarga, melakukan pekerjaan rumah tangga, atau terlibat dalam kegiatan sosial di komunitas mereka. Beban ini menambah daftar pekerjaan yang harus diselesaikan, sehingga waktu untuk beristirahat dan bersantai menjadi semakin terbatas.
ADVERTISEMENT

Dampak dan Solusi

Kurangnya waktu istirahat yang cukup selama liburan dapat berdampak pada kesehatan psikologis guru. Stres dan kelelahan yang terus menerus tanpa waktu untuk benar-benar melepaskan diri dari rutinitas dapat menyebabkan burnout.
Burnout ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan pribadi, tetapi juga dapat memengaruhi kinerja dan efektivitas guru dalam mengajar. Guru yang tidak memiliki waktu untuk mengisi ulang energi mereka cenderung kurang termotivasi dan kurang efektif dalam menjalankan tugas mereka.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah yang dapat membantu guru mendapatkan waktu liburan yang sesungguhnya. Salah satunya adalah dengan mengatur beban kerja secara lebih efektif.
Sekolah dan pihak terkait dapat membantu dengan menyediakan waktu khusus untuk tugas administratif dan persiapan kurikulum di luar jam mengajar, sehingga guru tidak perlu mengorbankan waktu liburan mereka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, penting juga untuk memberikan dukungan dalam bentuk layanan kesehatan mental bagi guru. Konseling dan program dukungan kesehatan mental dapat membantu guru mengelola stres dan beban kerja mereka dengan lebih baik. Pelatihan dan pengembangan profesional juga sebaiknya diatur sedemikian rupa agar tidak selalu dilakukan selama liburan, sehingga guru memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat.
Liburan seharusnya menjadi waktu yang menyenangkan dan bermanfaat untuk semua orang, termasuk guru. Namun, kenyataan bahwa banyak guru merasa liburan mereka tidak benar-benar libur menunjukkan perlunya perubahan dalam cara kita mendukung dan mengatur pekerjaan guru.
Dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat memastikan bahwa guru memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat dan mengisi ulang energi mereka, sehingga mereka dapat kembali mengajar dengan semangat dan dedikasi yang tinggi.
ADVERTISEMENT