Syiar dalam Syair di Festival Hadroh

Fadli Maulana
Mahasiswa program studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah & Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
5 Juli 2023 16:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fadli Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Pelestarian Seni Musik Islami dalam Festival Hadroh Al-Banjari

Sumber : pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : pixabay.com
ADVERTISEMENT
Kesenian hadroh dikenal sebagai salah satu bentuk kesenian agama Islam yang di iringi dengan perkusi (rebana) sambil membaca syair yang memuji Nabi Muhammad SAW. Hadroh tersendiri sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia seperti di pesantren, majelis ta’lim, pengajian, bahkan bisa untuk memeriahkan pesta pernikahan maupun khitanan.
ADVERTISEMENT
Hadroh berasal dari bahasa arab yaitu hadro-yahduru-hadrotan yang memiliki arti hadir atau kehadiran. Hadroh diambil dari nama kota Hadromaut, salahsatu kota di negara Yaman.
Hadroh sudah ada sejak Nabi Muhammad SAW ketika hijrah ke kota Madinah dan disambut oleh kaum anshar (penduduk Madinah). Ketika sampai di pintu gerbang kota Madinah, Nabi Muhammad SAW di sambut dengan syair “Thola’al badru alaina min tsani yaa thil wada’ wajaba syukru alaina mada’a lillahi da’ “ . dan diiringi oleh rebana. Sebagai ungkapan kebahagiaan kaum Anshar karena telah datang Nabi Muhammad SAW di kota Madinah. Dari situlah munculnya hadroh sehingga dapat dikatakan bahwa seni musik hadroh (rebana) berasal dari Arab dan negara Timur Tengah lainnya.
ADVERTISEMENT
Kesenian ini di perkenalkan oleh seorang sufi yang bernama Jalaludin Ar-Rumi Muhammad bin Muhammad Al-Qunuwi. Beliau pun juga seorang penyair yang karyanya banyak. Karyanya beliau adalah Tabrizi, Ruba’iyat dan lain-lain.
Seni ini juga disebarkan kepada masyarakat Islam di Indonesia sekitar abad ke-13 H oleh seorang ulama besar dari negeri Yaman yaitu Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi (pengarang kitab maulid simthudduror). Kesenian ini dibawakan ke Indonesia melalui anak dan cucunya yang sedang berdakwah di Nusantara pada tahun 1259-1333H / 1839-1931 M. Dalam dakwahnya ini, ia iringkan dakwahnya dengan rebana, kesenian ini kemudian dikenal dengan “Hadroh”.
Wali Songo pun ikut memakai dan menyebarkan kesenian ini untuk sebagai media dakwahnya. Biasanya kesenian ini digunakan oleh para Wali Songo untuk kegiatan maulid Nabi di serambi masjid Demak. Dengan seiring zaman, kesenian ini dipakai untuk mengiringi acara seperti pernikahan, khitan dan lain-lain bahkan menjadi ekstrakulikuler di sekolah maupun di kampus.
ADVERTISEMENT
Seni musik hadroh di Indonesia memiliki 3 jenis; yaitu Banjari, Pekalongan dan Habsyi. Kita akan membahas jenis Hadroh Al-Banjari. Hadroh Banjari mulai berkembang di tahun 1990-an yang di pelopori oleh Abdul Karim Al-Banjari.
Seni hadroh Banjari adalah sebuah kesenian khas Islami asal Kalimantan. Jenis pukulan hadroh ini sangat terperinci dan strategis dalam mengiringi lagu. Iramanya yang menghentak, rancak dan variatif. Selain itu, jenis hadroh ini banyak sekali variasi-variasi agar bisa berpaduan dengan lagu.
Perkembangan hadroh Banjari di tanah Jawa semakin pesat karena banyak peminat sehingga jenis hadroh ini masih di gandrungi dengan pemuda-pemudi sampai sekarang.
Karena banyaknya hadroh Banjari di wilayah Jakarta Barat, pemerintah kota administrasi Jakarta Barat sering beberapa kali menggelar Festival Hadroh Al-Banjari dan di ikuti oleh seluruh grup hadroh di wilayah Jakarta Barat. Wilayah ini memilik aliansi hadroh Banjari yang bernama ALJABAR (Aliansi Jamiyyah Hadroh Al-Banjari Jakarta Barat). Selain dari Pemerintah Kota Jakarta Barat yang mengadakan Festival Banjari (Fesban), banyak juga majelis-majelis ta’lim, remaja masjid, Karang Taruna dan ormas-ormas lainnya yang sering membuat Festival Banjari.
ADVERTISEMENT
Festival Banjari (Fesban) merupakan ajang lomba untuk keterampilan seni hadroh Al-Banjari sebagai bentuk apresiasi penyelenggara Fesban kepada peserta grup hadroh Banjari yang mendaftar dengan cara mengamati dan menilai dari ketiga unsur penilaian. Tedapat tiga komponen penilaian dalam fesban yaitu penilain vokal, penilaian adab & syair dan yang terakhir penilaian aransement. Pertama, bidang vokal, juri bidang vokal akan menilai beberapa komponen seperti keutuhan dan power suara, variasi suara (improfisasi), keindahan suara, kesesuain vokal dan backing. Seluruh komponen ini memiliki nilai maksimal 10 poin, dan jika dikalkulasikan akan memiliki nilai total 40. Kedua, bidang adab & syair, Juri bidang Adab & Syair menilai beberapa komponen seperti muro’atul kalimat, kesiapan peserta & performance, ekspresi & penghayatan. . Seluruh komponen ini memiliki nilai maksimal 10 poin, dan jika dikalkulasikan akan memiliki nilai total 30. Selanjutnya yang ketiga yaitu bidang aransement ada penilaian irama dasar hadroh dengan nilai maksimal 10, variasi hadroh dengan nilai maksimal 5, tempo & dinamika dengan nilai maksimal 5, harmonisasi pukulan nilai maksimal 10. Jika dikalkulasikan akan memiliki nilai total 30.
ADVERTISEMENT
Posisi pemain Hadroh Al-Banjari berbeda dengan jenis hadroh lainnya, pemain hadroh Al-Banjari hanya 10 orang saja, 5 Vokal dan 5 penabuh. Yang memukul rebana disebut penabuh sedangkan yang membaca sholawat atau syair-syair lagu disebut vokal (munsyid). Setiap posisi memiliki jobdesk masing-masing. Berikut posisinya, pertama posisi vokal utama yang bertugas sebagai pemimpin membacakan sholawat atau lagu. Vokal utama ini harus memiliki suara indah, merdu dan mengetahui nada-nada sholawatan. Kedua vokal suara 1 yang bertugas sebagai backing vokal penyeimbang atau sebagai pondasi diantara backing vokal-vokal lain. Apabila posisi ini sedang paduan suara bersama para vokal lain, tetapi suara ini sering hilang-hilangan, maka paduan tersebut akan hancur karena tidak ada pondasi suaranya. Ketiga, vokal suara 2 yang bertugas sebagai backing vokal yang berada di posisi “fa” di tangga nada skala distonik untuk mengiringi dalam paduan bersama vokal lainnya. Suara ini muncul ketika sudah mulai pecah suara. Apabila di awal lagu, semua backing vokal harus berada di suara 1 semua. Ketika sudah waktunya untuk pecah suara, backing vokal langsung memposisikan posisi suara masing-masing sampai di akhir lagu. Keempat, vokal suara 3. Posisi ini terbagi 2 yaitu vokal suara 3 atas dan vokal suara 3 bawah. Berada di posisi ini tergantung lagunya. Apabila lagunya cocok untuk digunakan suara 3 atas, maka gunakan suara 3 atas. Begitu pun sebaliknya, apabila lagunya cocok untuk digunakan suara 3 bawah maka sebaiknya gunakan suara 3 bawah. Suara 3 atas berada di “la” di tangga nada skala distonik. Suara 3 atas ini biasanya dignakan untuk suara tenor atau posisi suaranya lebi tinggi dari posisi suara vokal lain. Suara 3 atas digunakan ketika berada di akhir-akhir paduan suara sedangkan suara 3 bawah seperti suara sedang berbicara atau lebih tepatnya suara agak sedikit bas. Kelima, vokal suara bas. Posisi ini bertugas sebagai pengiring paduan suara yang berbentuk suara terendah diantara vokal lainnya. Biasanya suara ini mempunyai jangkauan dari nada E2 sampai E4 bahkan sampai bisa berada di posisi nada C2.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya manusia dan hewan saja yang berpasang-pasangan, hadroh juga berpasangan dan saling melengkapi untuk menserasikan dengan lagu. Dalam hadroh Banjari hanya ada 5 penabuh yaitu Masteran Lanang, Masteran Wedo, Golongan Lanang, Golongan Wedo dan Bass. Kelima jenis ini dimainkan secara bersamaan sehingga membentuk harmoni bunyi yang khas. “Teknik pukulan hadrah Al Banjari lebih mudah dipahami, ketimbang hadrah ISHARI,” ujar Mohammad Ali Wafa, salah satu penabuh hadrah Al Banjari di Banyuwangi (Saksono, 2023).
Untuk memahami pukulan hadroh, ada istilah-istilah yang digunakan untuk mencapai keharmonisasian tersebut. Pertama, pukulan awalan, pukulan ini sebelum masuk lagu atau pembukaan.Kedua, pukulan dasaran, pukulan ini adalah dasar dari pukulan hadroh, mudah untuk di praktikan. Ketiga, pukulan naik, pukulan ini digunakan ketika pergantian antara vokal utama dengan backing vokal. Biasanya digunakan untuk sebelum reff lagu. Keempat, pukulan kur, pukulan ini di tabuh pada saat lagu berada di posisi reff. Kelima, pukulan tutup, pukulan ini digunakan saat diakhir lagu. Dalam pukulan hadroh, ada 2 kunci rumus pukulan yaitu D (Dung) dan T (Tak).
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Jakarta, H. U. (t.thn.). Hiqma UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Diambil kembali dari https://hiqmauinjakarta.com: https://hiqmauinjakarta.com/divisi/hadrah/
Muniroh, S. (2017, june 22). Hadrah, Kesenian Rebana Terbangan. Diambil kembali dari 1001 Indonesia: https://1001indonesia.net/hadrah-kesenian-rebana-terbangan/
Saksono, R. B. (2023, april 3). Hadrah Al Banjari Lebih Diminati Kalangan Santri. Diambil kembali dari radarbanyuwangi.Id: https://radarbanyuwangi.jawapos.com/seni-budaya/75922367/hadrah-al-banjari-lebih-diminati-kalangan-santri