Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Seberapa Mampukah GDP dalam Mengukur Manfaat Era Digitalisasi Ekonomi?
3 Februari 2025 13:15 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Fadly Muhamad Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peranan Pemerintah dalam Mendukung dan Memanfaatkan Ekonomi Digital di Indonesia
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Produk Domestik Bruto (PDB) atau yang dikenal luas sebagai Gross Domestic Product (GDP) merupakan salah satu instrumen yang dinilai mampu melihat kinerja ekonomi secara agregat dalam suatu negara. Dasar perhitungan GDP menurut United Nations (UN) dapat dibedakan menjadi tiga metode yaitu pendekatan produksi (production approach), pendekatan pengeluaran (expenditure approach), dan pendekatan pendapatan (income approach). Ketiga jenis pendekatan tersebut dapat menghitung seluruh barang dan jasa yang mempunyai nilai moneter. Namun, pada era digital saat ini terdapat beberapa hal yang terlewatkan oleh GDP dalam perhitungannya. Sebagai contoh, manfaat dari kemudahan yang diperoleh oleh masyarakat secara luas melalui perkembangan teknologi seperti search engine, social media, dan akses informasi di internet. Artinya GDP tidak bisa memasukan nilai ekonomi pada suatu barang atau jasa digital yang dapat diakses gratis. Hal tersebut membuat GDP menjadi proksi yang tidak sempurna dalam melihat kesejahteraan ekonomi padahal nyatanya masyarakat saat ini sangat tergantung pada teknologi digital gratis dalam kegiatan ekonomi hariannya. Anda dapat membayangkan bagaimana kegiatan sehari-hari Anda tanpa adanya teknologi komunikasi gratis yang diusung WhatsApp, Instagram, Facebook, dan informasi dari search engine.
Faktanya saat ini, kemajuan teknologi telah membawa peradaban ke titik dengan probabilitas yang tidak terhingga. Adanya teknologi Artificial Intelligence (AI) seperti Gemini dan ChatGPT, membuka potensi baru yang tentunya berpengaruh kepada kesejahteraan ekonomi. Kondisi ini tentunya, bukan hanya membawa pengaruh positif yang memudahkan kehidupan manusia saja, tetapi membuka potensi persaingan dan keterampilan yang lebih ketat bahkan mengharuskan seseorang bersaingan dengan AI. Hal pasti yang kita ketahui adalah kebanyakan platform teknologi menawarkan jasa gratis kepada penggunanya padahal dampak secara ekonomi tentunya tidak sedikit. GDP yang seharusnya dapat menggambarkan kondisi dan kinerja perekonomian secara agregat nampaknya memang belum bisa menelaah lebih dalam mengenai teknologi digital gratis ini.
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan salah satu negara yang masuk ke dalam Group of Twenty (G20). Artinya dilihat dari GDP saja, Indonesia merupakan salah satu negara dengan kinerja ekonomi agregat terbesar di dunia. Menurut World Bank pada tahun 2023, GDP Indonesia yang telah disesuaikan dengan paritas daya beli (PPP) berada pada urutan kedelapan dunia. Namun, menjadi bagian dari G20 bukanlah sesuatu yang patut untuk dibanggakan pada saat masih banyak indikator kesejakteraan yang gagal Indonesia capai. Kondisi yang cukup berbanding terbalik dapat dilihat dari indikator GDP per kapita (disesuaikan PPP) atau biasa dikenal pendapatan per kapita yang berada pada urutan ke-137 di dunia pada tahun 2023. Peringkat Indonesia yang berbanding terbalik antara GDP dan GDP per kapita cukup menunjukan masih belum baiknya kesejahteraan ekonomi. Indonesia bisa mencapai peringkat tinggi menurut GDP masih sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang banyak juga. Hal tersebut menjadi poin yang perlu dibenahi dan dipertimbangkan oleh pemerintah dan berbagai stakeholder, tidak terkecuali masyarakat umum yang dapat berkontribusi sesuai bidangnya masing-masing.
Pertimbangan yang dapat dijadikan acuan lainnya dalam hal kesejahteraan ekonomi adalah ekonomi digital yang sudah disinggung sebelumnya. Dampak ekonomi digital gratis yang tidak terhitung dalam GDP dapat menjadi tolak ukur kemampuan sebuah negara dalam memanfaatkan kemajuan teknologi dalam mencapai kesejahteraan ekonomi. Negara yang dapat memanfaatkan komponen tersebut dengan maksimal dalam bidang sosial-ekonomi akan menerima manfaat signifikan dalam peningkatan kesejahteraan. Namun, kenyataannya saat ini, belum ada indikator yang benar-benar mampu untuk melihat dampak digitalisasi tersebut dan bagaimana perkembangannya. Sebagai cacatan akhir, GDP memang merupakan indkator yang paling sering digunakan dalam melihat kinerja ekonomi suatu negara secara kasar, tetapi bukan menjadi indikator terbaik untuk penentuan kebijakan dan program pemerintah dalam mencapai kesejahteraan. Kajian lebih lanjut dan keinginan untuk berkembangan selalu perlu dijadikan opsi untuk terus maju kedepan dan tidak terpaku pada pengetahuan yang sudah ada. Research and Development (RnD) di Indonesia secara khusus perlu diperhatikan dan diprioritaskan dengan tujuan untuk mencapai perkembangan yang membawa peningkatan kesejahteraan yang inklusif.
ADVERTISEMENT