Konten dari Pengguna

AI Merebak di Bidang Kreatif, Kenapa Tak Bisa Gantikan Pekerjaan Administratif?

Fahri Firdausillah
Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro Spesialisasi: Pemrograman Dasar, Pemrograman Web, dan Pemrograman Mobile (Android)
15 Februari 2023 5:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fahri Firdausillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyak yang memprediksi bahwa kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) akan menggantikan pekerjaan yang bersifat repetitif dan klerikal. Presiden Joko Widodo bahkan pernah memberikan statement akan mengganti ASN eselon III dan IV dengan robot untuk meningkatkan efektivitas.
ADVERTISEMENT
Sudah tiga tahun berlalu sejak muncul wacana tersebut, namun hingga saat ini jenis pekerjaan yang mulai terdisrupsi oleh AI bukanlah pekerjaan administratif dan klerikal.
Namun, pekerjaan kreatif seperti penulis artikel (chat GPT), desainer grafis (MidJourney), produsen musik (AIVA), atau bahkan programmer (chat GPT & CoPilot).
Lalu mengapa pekerjaan administratif dan klerikal yang dianggap levelnya lebih mudah, malah belum dapat digantikan oleh AI? Jawabannya adalah karena unsur toleransi terhadap margin of error.

Mengapa Margin of Error Berpengaruh?

Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
Margin of error (MoE) adalah ukuran tingkat ketidakpastian hasil suatu survei atau perhitungan. Dalam konteks AI, MoE berarti ketidakpastian hasil yang diperoleh dari algoritma atau model machine learning (ML) yang digunakan.
Sebuah sistem AI didesain dengan cara mempelajari pola dari data training yang disediakan, kemudian melakukan prediksi berdasarkan pola atau model yang telah dipelajari. Proses pembelajaran tersebut memiliki potensi kesalahan (MoE) karena faktor kualitas data dan keterbatasan algoritma yang digunakan.
ADVERTISEMENT
Data training yang memiliki banyak bias dapat meningkatkan persentasi MoE, demikian juga penggunaan algoritma pembelajaran yang kurang tepat akan mengurangi akurasi prediksi dari model yang dibuat.
Dalam pekerjaan kreatif seperti desain grafis atau pembuatan konten artikel, toleransi terhadap MoE masih terbilang tinggi. Artinya produk kreatif yang dihasilkan dari AI seringkali masih dapat diterima karena tidak ada standardisasi yang ketat terhadap hasil tersebut.
com-Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
Di sisi lain, produk kreatif yang dihasilkan AI tersebut mungkin akan diolah lebih lanjut oleh pekerja kreatif hingga menjadi karya yang lebih berkualitas.
Sementara pekerjaan klerikal dan administratif memiliki toleransi terhadap MoE yang sangat rendah. Kesalahan pada hasil pekerjaan AI akan berakibat fatal pada proses kerja yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh jika terdapat kesalahan pembacaan nominal angka yang tertera pada sebuah dokumen, maka akan berakibat fatal terhadap proses rekapitulasi keuangan suatu perusahaan.
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
Terlebih lagi, pekerjaan administratif dan klerikal seringkali terkait dengan aturan yang berlaku di lingkungan pekerjaan tertentu. Aturan ini spesifik, berubah-ubah, dan ditulis dalam bahasa natural yang mudah dipahami manusia, tetapi sulit dipahami oleh AI.
Oleh karena itu, respons cepat dan presisi terhadap aturan lebih mudah dilakukan oleh manusia daripada AI. Sementara penulisan aturan dengan bahasa yang dapat dipahami AI bukanlah tugas yang mudah.
Hal tersebut menjadi alasan kuat untuk tetap menggunakan tenaga kerja manusia, alih-alih menggunakan solusi AI untuk mengerjakan pekerjaan administratif dan klerikal, meskipun sifatnya repetitif dan tidak banyak memerlukan kreativitas.
ADVERTISEMENT

Strategi Penerapan AI pada Lingkungan Kerja

Ilustrasi Robot AI buat musik. Foto: Iaremenko Sergii/Shutterstock
Statement belum dapat menggantikan, bukan berarti tidak dapat membantu sama sekali. Pada dasarnya AI adalah salah satu bentuk alat yang dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan.
Memang saat ini AI belum bisa menggantikan pekerjaan seutuhnya, namun penerapan perangkat AI yang tepat dapat membantu kita, termasuk pekerja administratif dan klerikal untuk bekerja lebih efisien.
Penerapan AI pada lingkungan kerja tidak selalu mudah dan membutuhkan strategi yang tepat untuk memastikan hasil sesuai dengan harapan. Strategi yang dapat digunakan untuk memastikan kesuksesan penerapan AI di lingkungan kerja adalah:
ADVERTISEMENT
Dengan mempertimbangkan strategi tersebut, kita dapat memastikan bahwa penerapan AI dalam lingkungan kerja menjadi sukses dan membawa manfaat yang diharapkan. Penerapan solusi AI tanpa strategi yang sesuai hanya akan menambah biaya operasional dan berpotensi menimbulkan disintegrasi antar proses bisnis.