Dampak Politik Pembatalan Piala Dunia U-20 Indonesia

Mhd Alfahjri Sukri
Merupakan Dosen Politik Islam UIN Mahmud Yunus Batusangkar - Founder Ranah Institute - Tim Centre for Global Studies (CGS) Rumah Produktif Indonesia (RPI)
Konten dari Pengguna
31 Maret 2023 22:29 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mhd Alfahjri Sukri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ketua komunitas CentennialZ Dinno Ardiansyah (tengah) bersama Pemain Timnas U-20 Arkhan Kaka (kiri) dan Aditya Arya Nugraha (kanan) memegang poster saat mengikuti "Aksi Duka 1 Juta Pita Hitam" di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat (31/3/2023). Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ketua komunitas CentennialZ Dinno Ardiansyah (tengah) bersama Pemain Timnas U-20 Arkhan Kaka (kiri) dan Aditya Arya Nugraha (kanan) memegang poster saat mengikuti "Aksi Duka 1 Juta Pita Hitam" di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat (31/3/2023). Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia batal menjadi tuan rumah piala dunia U-20. Begitulah isi semua pemberitaan sejak pagi kemarin. Banyak yang terkejut tentunya. Harapan melihat Indonesia di panggung dunia pun pupus. Padahal sudah melalui “jalur paling mudah” yaitu tuan rumah. Indonesia juga ditaksir mengalami kerugian Rp 3,7 triliun.
ADVERTISEMENT
Sinyal pembatalan sebagai tuan rumah sebenarnya sudah tampak ketika isu penolakan atas timnas Israel oleh kepala daerah, ormas dan partai politik. Akibatnya FIFA membatalkan drawing piala dunia yang semula akan dilakukan di Bali.
Erick Thohir selaku ketua umum PSSI, langsung bergerak cepat. Ia menemui Presiden FIFA, Gianni Infantino di Doha pada Rabu siang. Erick yang diharapkan membawa kabar bahagia, ternyata tak sesuai harapan pencinta sepakbola. Selepas negosiasi dengan pimpinan FIFA, pengumuman resmi pun keluar dengan batalnya Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia U-20.
Pastinya negara dengan suporter yang gila bola ini merasakan kekecewaan yang sangat besar. Salah satu luapan kekesalan tersebut ditumpahkan melalui media sosial. Saya mencoba untuk memantau akun-akun media sosial di Instagram yang dijadikan sasaran kemarahan suporter. Beberapa akun media sosial yang menjadi sasaran amuk seperti @ganjar_pranowo, @kostergubernurbali dan @pk_sejahtera.
ADVERTISEMENT
Ini tak lepas dari penolakan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah dan I Wayan Koster selaku Gubernur Bali terhadap kehadiran Israel. Kedua daerah tersebut termasuk dalam venue piala dunia. Kedua kepala daerah berasal dari partai yang sama yaitu PDI-P, partai yang menolak kedatangan Israel. Sedangkan PKS salah satu partai yang konsisten dalam mengutuk Israel. Alasan penolakannya sama, disebabkan Israel sebagai penjajah Palestina.
Lalu, akankah gagalnya pildun U-20 di Indonesia dan kekecewaan yang besar dari suporter sepak bola berdampak pada politik, khususnya pemilu 2024 nantinya?
Masyarakat Indonesia memang terkenal “gila” bola. Penggemarnya mulai dari muda hingga tua. Berita mengenai timnas selalu menjadi topik hangat di media mainstream maupun media sosial. Maka wajar, masyarakat sangat antusias menonton, baik langsung ke stadion maupun melalui televisi, ketika timnas dan klub Indonesia bermain.
ADVERTISEMENT
Walaupun belum ada angka yang akurat mengenai berapa jumlah penggemar atau suporter sepak bola di Indonesia, namun survei dari Nielsen menyebutkan, pada 2022 terdapat 69 persen responden dari Indonesia menggemari sepak bola.
Kita juga dapat melihat dari suporter fanatik dengan basis yang cukup besar dari klub-klub Indonesia seperti Bobotoh (Persib Bandung), The Jakmania (Persija Jakarta), Bonek (Persebaya Surabaya), Aremania (Arema Malang), dan lainnya. Dengan batalnya pildun U-21 di Indonesia ini, menurutnya saya, sedikit banyaknya akan berdampak pada pemilu 2024 nanti.
Sejak pengumuman pembatalan, netizen suporter bola sudah menyerbu akun IG @ganjar_pranowo. Postingan-postingan Ganjar diserbu dengan ribuan komentar kekecewaan. Begitupun dengan I Wayan Koster dalam akunnya @kostergubernurbali, serta akun IG PKS @pk_sejahtera. Tagar #Ganjar juga trending di Twitter yang berisi cacian dan kekecewaan pada Ganjar.
ADVERTISEMENT
Bukan tak mungkin batalnya Pildun U-20 akan berdampak pada elektabilitas para tokoh dan partai politik tersebut. Mengingat suporter bola yang cukup banyak di Indonesia. Ditambah dengan gorengan yang dilakukan buzzer politik.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menghadiri HUT ke-50 PDIP di JI Expo Kemayoran, Jakarta pada Selasa (10/1). Foto: Dok. Istimewa

Ganjar, PDI-P dan PKS terkena Dampak?

Tokoh politik dan partai politik yang kemungkinan akan terkena dampak besar adalah paket Ganjar Pranowo dan PDI-P. Ganjar Pranowo selaku salah satu kandidat untuk pilpres 2024 saat ini, memiliki elektabilitas yang cukup tinggi. Survei dari Indikator Politik pada 2023 menempatkan Ganjar pada posisi pertama dengan elektabilitas 30,8 persen.
Pada 2022, survei CSIS menyebutkan, elektabilitas Ganjar juga tinggi di kalangan anak muda. Sebagaimana kita tahu, kebanyakan suporter bola juga datang dari kalangan anak muda. Dan kekecewaan itu tampak dari IG nya Ganjar Pranowo.
ADVERTISEMENT
Soal polemik penolakan timnas Israel, Burhanuddin Muhtadi mengatakan pendukung Ganjar dan PDI-P cenderung membolehkan kedatangan Israel. Ini bertentangan dengan sikap Ganjar dan PDI-P yang tegas melakukan penolakan. Kekecewaan dan dorongan untuk tidak memilih Ganjar dan PDI-P tampak pada akun IG Ganjar.
Mungkin terlalu dini untuk mengatakan besar atau tidaknya dampak yang akan diterima Ganjar maupun PDI-P. Namun, dalam perpolitikan di Indonesia, naik turunnya pemilih bisa saja terjadi, seperti kasus yang menimpa Partai Demokrat.
Pada pemilu 2009, Partai Demokrat menjadi pemenang pemilu dengan memperoleh 20,85 persen suara. Dengan begitu Partai Demokrat dapat mengusung calon presiden sendiri. Akan tetapi malapetaka terjadi pada pemilu 2014. Suara Demokrat terjun bebas menjadi 10,19 persen, bahkan pada pilpres di tahun yang sama, Demokrat tak mampu mengusung calon sendiri. Kasus korupsi yang menjerat kader-kader Demokrat menjadi salah satu faktor turunnya suara partai.
ADVERTISEMENT
Kasus Demokrat tentu berbeda dengan masalah yang dihadapi oleh Ganjar dan PDI-P saat ini. Kemungkinan, dampaknya tidak sebesar yang diterima oleh Partai Demokrat. Akan tetapi, kita tidak dapat meremehkan kekuatan media sosial saat ini. Masalah ini dapat saja kembali digoreng oleh akun-akun sepak bola yang sudah telanjur sangat kecewa dengan sikap Ganjar dan PDI-P. Hal ini juga akan diperparah dengan mainnya buzzer dari lawan politik.
Dalam sejarah, sejak pemilu 2004 hingga saat ini, PDI-P pernah mendapatkan suara 14,03 persen. Turun dari perolehan pada Pemilu 2004 dengan 18,53 persen suara. Perlu diingat, saat ini belum ada calon dari PDI-P yang dapat mengalahkan elektabilitas dan popularitas Presiden Joko Widodo. Blunder Ganjar dan PDI-P akan berdampak pada elektabilitas mereka.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan PKS? Partai yang mengusung nilai-nilai keislaman ini kemungkinan juga akan terkena dampak dari sikap penolakan atas timnas Israel. Namun, kemungkinan PKS hanya terkena dampak kecil dari para pemilih kalangan sepak bola. Hal ini disebabkan pemilih loyal PKS terkenal dengan anti Israel dan pendukung setia kemerdekaan Palestina.
Burhanuddin Muhtadi menyebutkan, pendukung PKS dan Anies cenderung menolak kehadiran timnas Israel di Indonesia. Yang menjadi tantangan bagi PKS ke depannya, bagaimana meraup suara dari para pendukung sepak bola yang sudah kecewa dengan sikap PKS. Karena mengandalkan suara pemilih loyal saja tidaklah cukup dalam menghadapi pemilu 2024 nanti. Sejak pemilu 2004 hingga 2019, suara PKS belum menembus angka 10 persen. Paling tinggi pada pemilu 2019 yaitu 8,21 persen. Naik dari pemilu 2014 yaitu 6,79 persen.
ADVERTISEMENT
Maka menarik untuk melihat hasil survei pasca pembatalan piala dunia U-20 ini. Agar dengan data tersebut, kita dapat melihat seberapa besar dampak politik yang akan diterima oleh Ganjar, PDI-P dan PKS. Dan bukan tak mungkin isu ini akan kembali digaungkan oleh akun-akun media sosial sepak bola serta buzzer politik menjelang pemilu 2024 [].