Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
2025: Mengokohkan Ketahanan Keluarga di Tengah Arus Digitalisasi
31 Desember 2024 9:15 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Fajrul Khairati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Digitalisasi telah membawa perubahan signifikan dalam cara keluarga menjalani kehidupan sehari-hari. Menurut laporan Digital 2024 yang dirilis oleh We Are Social dan Hootsuite, penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 82,5 persen dari total populasi, dengan lebih dari 212 juta pengguna aktif internet. Angka ini menunjukkan bahwa hampir setiap keluarga di Indonesia telah terhubung dengan internet. Meski akses digital membuka peluang untuk pendidikan, kerja, dan interaksi sosial, ia juga menghadirkan risiko yang tidak bisa diabaikan, seperti kecanduan gawai, paparan konten negatif, dan berkurangnya waktu berkualitas antaranggota keluarga.
Ketahanan Keluarga dalam Era Digital
Ketahanan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk bertahan, beradaptasi, dan berkembang meskipun menghadapi tekanan atau tantangan. Dalam era digital, ketahanan keluarga mencakup kemampuan untuk mengelola interaksi dengan teknologi, mengontrol pengaruh negatif dari lingkungan digital, serta memastikan hubungan emosional tetap erat di tengah kesibukan dunia maya.
ADVERTISEMENT
Sebuah studi dari Pew Research Center pada tahun 2023 menemukan bahwa 71 persen orang tua merasa khawatir bahwa anak-anak mereka terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar. Di Indonesia, data dari Kominfo menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan internet harian telah mencapai 8 jam 36 menit per hari pada tahun 2024. Ketergantungan terhadap perangkat digital ini sering kali menciptakan jarak emosional dalam keluarga, di mana anggota keluarga lebih sibuk dengan gawai mereka dibandingkan dengan berinteraksi satu sama lain.
Namun, digitalisasi juga memberikan peluang untuk memperkuat ketahanan keluarga. Dengan akses ke informasi yang lebih luas, keluarga dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pendidikan, kesehatan, dan keterampilan anggota keluarga. Misalnya, platform pembelajaran daring seperti Ruangguru dan Zenius telah membantu banyak keluarga Indonesia untuk tetap mendapatkan pendidikan berkualitas, bahkan di daerah terpencil.
ADVERTISEMENT
Tantangan yang Harus Diatasi
Meskipun manfaat digitalisasi tidak dapat disangkal, ada sejumlah tantangan yang harus diatasi agar keluarga tetap kokoh:
Kecanduan Teknologi
Kecanduan teknologi, terutama di kalangan anak-anak dan remaja, menjadi isu serius. Sebuah laporan dari Indonesian Internet Governance Forum menyebutkan bahwa 47 persen anak usia 8-12 tahun di Indonesia sudah memiliki ponsel pintar sendiri, dan banyak dari mereka menghabiskan waktu lebih dari 5 jam sehari untuk bermain game atau mengakses media sosial.
Disinformasi dan Konten Negatif
Era digital membawa tantangan baru berupa penyebaran hoaks dan konten yang tidak pantas. Berdasarkan data Kominfo, selama tahun 2024 terdapat lebih dari 500 ribu konten negatif yang diidentifikasi di platform digital. Paparan konten ini dapat memengaruhi pola pikir dan perilaku anggota keluarga, terutama anak-anak dan remaja.
ADVERTISEMENT
Kurangnya Literasi Digital
Meskipun penetrasi internet tinggi, literasi digital masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Indeks Literasi Digital Indonesia 2024 yang dirilis oleh Katadata Insight Center menunjukkan skor rata-rata 3,54 dari skala 5. Ini menunjukkan bahwa banyak keluarga yang belum memiliki kemampuan untuk menyaring informasi, memahami risiko online, dan memanfaatkan teknologi secara optimal.
Strategi untuk Mengokohkan Ketahanan Keluarga
Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan langkah-langkah strategis yang melibatkan semua pihak, mulai dari individu, keluarga, hingga pemerintah dan sektor swasta:
Membangun Literasi Digital Keluarga
Literasi digital harus menjadi prioritas utama. Orang tua perlu dibekali dengan pengetahuan tentang cara mendampingi anak dalam menggunakan teknologi. Program-program seperti Internet Sehat yang digagas oleh Kominfo harus diperluas cakupannya dan lebih fokus pada pendidikan keluarga.
ADVERTISEMENT
Menciptakan Waktu Berkualitas Tanpa Gawai
Keluarga perlu menciptakan waktu berkualitas bersama tanpa gangguan teknologi. Misalnya, dengan menetapkan family time di mana semua anggota keluarga berkomitmen untuk tidak menggunakan gawai. Penelitian dari University of Oxford pada tahun 2023 menunjukkan bahwa keluarga yang secara rutin menghabiskan waktu bersama tanpa teknologi memiliki hubungan emosional yang lebih erat.
Memanfaatkan Teknologi untuk Kebaikan
Teknologi harus dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan keluarga. Platform digital dapat digunakan untuk kegiatan bersama, seperti menonton film keluarga, mengikuti kursus daring, atau bahkan bermain gim edukatif yang melibatkan seluruh anggota keluarga.
Regulasi dan Pengawasan Konten Digital
Pemerintah dan platform teknologi perlu memperketat pengawasan terhadap konten yang beredar di dunia maya. Kolaborasi antara Kominfo, Kementerian Pendidikan, dan platform media sosial seperti Facebook dan TikTok penting untuk menciptakan ekosistem digital yang aman bagi keluarga.
ADVERTISEMENT
Memperkuat Peran Komunitas dan Lembaga Keagamaan
Komunitas lokal dan lembaga keagamaan dapat menjadi pendukung ketahanan keluarga. Dengan mengadakan program-program edukasi dan pendampingan keluarga, komunitas dapat membantu keluarga menghadapi tantangan digitalisasi.
Penutup
Tahun 2025 memberikan kesempatan bagi kita semua untuk merenungkan kembali nilai-nilai yang menjadi dasar dari ketahanan keluarga. Digitalisasi adalah realitas yang tidak bisa dihindari, tetapi bagaimana keluarga beradaptasi dan memanfaatkan teknologi akan menentukan masa depan mereka. Keluarga yang tangguh adalah keluarga yang mampu menghadapi tantangan dengan kebijaksanaan, memanfaatkan peluang dengan inovasi, dan menjaga hubungan emosional dengan kasih sayang.
Sebagai bangsa, kita perlu melihat ketahanan keluarga sebagai investasi jangka panjang untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan berdaya saing di era digital. Mari kita jadikan tahun 2025 sebagai momentum untuk mengokohkan ketahanan keluarga di tengah arus digitalisasi, demi masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
ADVERTISEMENT