news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ayam Lagi atau Pilihan Berada di Tanganmu

Fakhrotun Nisa'
I am a journalism student at State Polytechnic of Jakarta.
Konten dari Pengguna
28 Mei 2022 14:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fakhrotun Nisa' tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto ilustrasi satu porsi ayam bakar. | Fotografer: Brian Fathurohman | unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto ilustrasi satu porsi ayam bakar. | Fotografer: Brian Fathurohman | unsplash.com
ADVERTISEMENT
Sudah tiga kali saya tinggal di kota asing milik orang lain. Artinya segalanya diurus sendiri. Salah satunya problematik keseharian anak kos yaitu makan. Jika dipikir-pikir, ketika saya berada di rumah saya tidak pernah merasakan kelaparan dan kebingungan karena ibu saya selalu menyediakan makanan setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Merasa kesal karena setelah bangun tidur tiap harinya, saya langsung berpikir keras untuk menu sarapan, menu makan siang, atau branch, sebutan sistem kegiatan sarapan dan makan siang dilakukan dalam satu waktu. Kemudian, saya memikirkan menu makan malam di sore hari. Bahkan Si Serebrum, bagian sel otak saya yang berfungsi untuk berpikir, mengatur gerakan tubuh, kemampuan berbahasa, dan menyimpan memori, sudah cukup lelah memikirkan menu makanan setiap harinya.
Menu standar anak kos yaitu menu yang terjangkau. Olahan ayam adalah menu yang pasti dijumpai di mana pun dan kapan pun. Menu tersebut digemari banyak orang karena mudah diolah menjadi masakan apa pun dengan bermacam-macam bumbu dan harga olahan ayam relatif murah untuk kantong anak kos.
ADVERTISEMENT
Hal itu membuat olahan ayam menjadi salah satu makanan harian anak kos yang membuat sebagian besar usaha warung makan dan restoran berlomba-lomba mempersembahkan menu terbaiknya. Mulai dari perpaduan ayam dengan sambal seperti sambal bawang, tomat, atau terasi hingga paduan ayam dengan saus oriental seperti saus mentega, asam manis, lada hitam, dan lain-lain. Bahkan sekarang terdapat jenis menu olahan ayam yang bervariasi di antaranya ayam goreng, ayam bakar, ayam goreng tepung (ayam krispi), ayam pop, ayam geprek, ayam cobek, sate ayam, nasi goreng ayam dan lain sebagainya.
Kriteria makanan anak kos yang pasti yaitu terjangkau, tempatnya tidak jauh, enak, dan mengenyangkan. Namun, dari kriteria-kriteria tersebut yang sering dijumpai yaitu olahan ayam atau mi instan. Tapi, mi instan tidak boleh dikonsumsi sepanjang waktu.
ADVERTISEMENT
Setiap hari saya terselimut kedilemaan menentukan makanan. Hampir semua warung makan menyajikan olahan ayam. Bahkan satu baris warung yang ada di food court yang berdekatan dengan rumah kos dan kampus saya, memiliki menu varian olahan ayam. Olahan-olahan tersebut hanya dibedakan cara memasak ayam dan penyajian ayam menggunakan sambal atau saos. Dari situlah timbul pikiran menentukan beberapa opsi agar makan tanpa olahan ayam sekali pun.
Olahan ayam bukanlah satu-satunya pilihan anak kos. Jika diulik, ada banyak sekali menu makanan yang tidak memakai ayam, seperti tempe, tahu, ikan lele, ikan tongkol, sayur-sayuran, udang, cumi, dan lain sebagainya. Semua itu dapat ditemukan dalam satu tempat yaitu Warung Tegal, terkenal dengan sebutan Warteg dan juga Warung Masakan Padang. Meskipun tidak bisa menyangkal bahwa keduanya juga memiliki menu olahan ayam.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi antara Warteg dan Warung Masakan Padang dapat menghasilkan menu yang berbeda-beda untuk setiap harinya. Bahkan saya bisa menentukan jadwal makan per minggu. Setiap harinya, manusia memiliki kebutuhan yang sama untuk tubuhnya, termasuk anak kos. Asupan makan tidak hanya yang bertipe kenyang saja melainkan yang dapat memenuhi kebutuhan energi harian, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, hingga vitamin. Mirisnya, tidak semua anak kos memperhatikan kebutuhan harian tubuhnya.
Saat awal mengekos, saya hanya memikirkan makanan yang mudah, cepat, murah, dan dekat dengan rumah kos. Sebagian besar saya memesan ayam geprek, dan olahan ayam lainnya. Selain itu, saya bisa memasak mi instan sendiri ketika tidak menemukan makanan apa pun saat tengah malam. Hal itu membuat saya sangat bosan dengan ayam dan sadar jika pola makan tersebut sangat tidak sehat.
ADVERTISEMENT
Di hari esoknya, saya memutuskan untuk mengatur menu makanan saya. Saya mencoba memasak sendiri yang kebetulan ada aktivitas di pagi harinya, di mana warung langganan saya belum buka sepagi itu. Malamnya saya sudah membeli bahan-bahan masakan, seperti tempe dan telur. Saya ingin membuat tempe dan telur goreng saja. Awal-awal memang harus membiasakan diri dengan masakan yang mudah terlebih dahulu. Setelah terbiasa menu masakan akan meningkat dengan sendirinya.
Bisa dikatakan saya merupakan mahasiswa yang cukup aktif. Mengikuti beberapa organisasi dan kepanitiaan, membuat saya cukup sibuk hingga akhirnya saya tidak sempat memasak lagi. Demi mendapatkan asupan cukup untuk tubuh hampir setiap hari saya mendatangi Warteg dan warung Warung Masakan Padang. Makanan pada Warteg dan Warung Masakan Padang biasanya menjual beraneka makanan yang terdapat sayur di dalamnya. Jadi, saya tidak terpaku pada makan-makanan gorengan seperti ayam atau penyetan dsb. Dari keduanya, anak kos seperti saya akan mendapatkan asupan makanan yang cukup sehat untuk tubuh.
ADVERTISEMENT
Beberapa asupan yang harus dikonsumsi untuk tubuh. Asupan karbohidrat dari nasi atau produk olahan gandum. Produk olahan gandum favorit saya adalah mi, namun mi tidak boleh dikonsumsi secara terus menerus sehingga terkadang saya juga menyediakan roti tawar. Kemudian asupan protein hewani bisa didapatkan dari telur, susu, atau daging-dagingan dan protein hewani meliputi tahu dan tempe. Terakhir adalah sayur dan buah-buahan. Bisa diakali dengan membeli jus buah.
Menyeimbangkan asupan makanan sehat harus dimulai dari hal sederhana. Memasak sendiri atau memilih dan memilah menu makanan. Terlebih anak kos harus menengok anggaran bulanan terlebih dahulu. Perlu diingat makanan yang kenyang belum tentu makanan sehat. Namun, makanan sehat sudah cukup untuk membuat tubuh menjadi bugar sehingga hidup jauh lebih baik.
ADVERTISEMENT
Penulis: Fakhrotun Nisa'