Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pemilihan Paus Baru sebagai Instrumen Diplomasi Global Vatikan
9 Mei 2025 18:31 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Fani Azki Rizqiyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Konklaf, ritual tertutup yang dijalankan oleh para kardinal untuk memilih Paus baru, kerap dilihat sebagai peristiwa keagamaan yang sakral dan eksklusif. Namun, jika ditelaah dari sudut pandang hubungan internasional, konklaf adalah panggung strategis global yang menentukan arah politik luar negeri Vatikan. Pemimpin yang terpilih dari proses konklaf bukan hanya menjadi kepala Gereja Katolik, tetapi juga Kepala Negara Vatikan yang memiliki hubungan diplomatik dengan lebih dari 180 negara. Oleh karena itu, konklaf memiliki implikasi besar terhadap dinamika geopolitik, utamanya dalam konteks diplomasi moral yang menjadi ciri khas Vatikan.
ADVERTISEMENT
Paus sebagai hasil dari konklaf memegang peran ganda baik sebagai figur religius maupun pemimpin simbolik dengan kapasitas diplomatik tinggi. Dengan legitimasi moral yang kuat dan posisi netral dalam banyak konflik dunia, Paus memiliki ruang manuver yang unik dalam arena internasional. Maka dari itu, konklaf menjadi momen strategis yang menentukan bagaimana suara Vatikan akan terdengar dalam isu-isu seperti perubahan iklim, konflik bersenjata, krisis pengungsi, hak asasi manusia, hingga ketimpangan ekonomi global.
Tahta Suci Sebagai Aktor Global Non-Konvensional
Dalam teori hubungan internasional, negara adalah aktor utama. Namun, dalam praktiknya, entitas seperti Tahta Suci Vatikan telah lama memainkan peran aktif dalam memengaruhi tata dunia melalui jalur non-konvensional. Vatikan adalah satu-satunya entitas keagamaan yang diakui secara internasional sebagai negara dan memiliki status pengamat tetap di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Berbeda dengan negara pada umumnya, Vatikan tidak memiliki kekuatan militer atau ekonomi besar. Namun, kekuatan lunaknya (soft power) yang berasal dari otoritas moral, jaringan global Gereja, dan simbolisme spiritual menjadikannya aktor yang dihormati dan diandalkan dalam diplomasi global.
ADVERTISEMENT
Tahta Suci secara aktif terlibat dalam negosiasi perdamaian, kampanye keadilan sosial, serta advokasi terhadap isu-isu lintas batas seperti pengungsi, perdagangan manusia, dan penghapusan senjata nuklir. Dalam semua ini, peran Paus sangat sentral. Seorang Paus yang memiliki visi global dan keberpihakan pada nilai-nilai universal seperti perdamaian, solidaritas, dan keberlanjutan, akan memperkuat posisi Vatikan sebagai pelaku diplomasi moral dunia. Konklaf, dalam hal ini, adalah mekanisme penentu arah strategis kebijakan luar negeri Vatikan.
Diplomasi Moral dalam Dunia yang Terpecah
Di tengah dunia yang terpolarisasi secara ideologis dan terpecah oleh konflik geopolitik, suara moral menjadi kebutuhan mendesak. Paus, sebagai pemimpin umat Katolik dan representasi moral global, memiliki otoritas untuk berbicara atas nama umat manusia, bukan hanya umat beragama tertentu. Misalnya, Paus Fransiskus dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi suara vokal dalam isu-isu global seperti perubahan iklim, ketimpangan ekonomi global, migrasi internasional, serta konflik di Ukraina, Suriah, dan Palestina.
ADVERTISEMENT
Diplomasi moral yang dibawa oleh Vatikan berbeda dengan diplomasi kekuatan (power diplomacy) ala negara-negara besar. Vatikan tidak memiliki kepentingan nasional dalam arti sempit. Justru dalam kapasitas netral inilah ia mampu menjadi mediator yang efektif. Konklaf, sebagai forum penentuan siapa yang akan melanjutkan atau mengubah arah ini, adalah proses politik dalam kemasan spiritual. Oleh karena itu, pilihan terhadap Paus baru bukan hanya mencerminkan kebutuhan spiritual Gereja, tetapi juga mencerminkan kebutuhan dunia akan kepemimpinan moral dalam krisis global.
Representasi Global dalam Konklaf dan Arah Baru Diplomasi Vatikan
Isu representasi menjadi penting dalam konklaf, khususnya ketika memperhatikan bahwa mayoritas umat Katolik kini berada di Global South yaitu Amerika Latin, Asia, dan Afrika. Namun, dominasi Eropa dalam komposisi kardinal pemilih sering kali membuat konklaf melahirkan Paus dengan latar belakang dan perspektif barat. Padahal, jika Vatikan ingin tetap relevan sebagai aktor global, kepemimpinan yang memahami realitas dunia berkembang menjadi penting. Paus Fransiskus, yang berasal dari Argentina, adalah contoh Paus yang memahami secara langsung tantangan dunia selatan yaitu ketimpangan, kemiskinan struktural, dan eksklusi sosial.
ADVERTISEMENT
Konklaf berikutnya memiliki potensi besar untuk memperkuat agenda global Gereja Katolik jika figur yang terpilih mencerminkan komitmen terhadap inklusivitas, dialog lintas agama, dan keadilan global. Representasi dari Afrika atau Asia, misalnya, akan membawa perspektif baru dalam melihat isu-isu seperti neokolonialisme ekonomi, krisis pangan, dan perubahan iklim yang tidak adil. Hal ini juga akan memperkuat posisi Vatikan sebagai aktor diplomatik global yang mewakili suara-suara yang selama ini terpinggirkan.
Penutup: Konklaf Sebagai Panggung Strategis Diplomasi Dunia
Konklaf bukan hanya tentang memilih pemimpin spiritual Gereja Katolik, tetapi juga tentang menentukan arah baru diplomasi global Vatikan. Dalam konteks hubungan internasional, konklaf adalah proses seleksi geopolitik yang akan membentuk bagaimana Vatikan memosisikan dirinya dalam dinamika global. Apakah akan terus menjadi kekuatan moral progresif, atau kembali pada pendekatan konservatif yang kurang responsif terhadap isu-isu kontemporer? Dunia menanti jawabannya.
ADVERTISEMENT
Dalam era krisis multipolar yang dipenuhi konflik, fragmentasi, dan ketidakpastian, kehadiran aktor seperti Vatikan menjadi semakin penting. Paus sebagai hasil dari konklaf memiliki peluang untuk menjadi simbol rekonsiliasi, perdamaian, dan keadilan global. Oleh sebab itu, konklaf bukan sekadar urusan Gereja Katolik, melainkan urusan umat manusia secara keseluruhan.