Fakta Menarik ! : Dibalik Peleburan Gender Lengger Banyumas

Farah Anis Rahmawati
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto
Konten dari Pengguna
22 Mei 2022 21:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Farah Anis Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Unik dan berbeda, adalah satu kata yang bisa digambarkan ketika melihat salah satu kesenian tradisional asal Banyumas yang satu ini, ya tradisi kesenian tradisional tari Lengger. Tari Lengger merupakan suatu kesenian tari yang pada mulanya digunakan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat terhadap hasil alam, seperti misalnya ketika masa panen tiba. Maka dari itu tak ayal jika melihat sebelum pementasan Lengger dimulai terdapat semacam ritual khusus yang harus dilakukan. Biasanya Lengger dimainkan oleh dua hingga empat orang dan diiringi alat musik calung kebanggan masyarakat Banyumas.
ADVERTISEMENT
Selain unik karena sebelum melakukan pementasan dilakukan beberapa ritual khusus, hal yang cukup menarik dari Lengger ialah pada saat melihat seseorang penari sedang menari lengger, tentunya setiap pasang mata akan mengira bahwa yang menari itu ialah seorang perempuan, namun pada kenyataanya sang penari itu bukanlah perempuan yang sebenarnya, melainkan seorang laki-laki yang berdandan serupa perempuan. Begitulah tari Lengger dengan keunikannya, namun hal ini juga bukan tanpa alasan, alasan mengenai Lengger ternyata berawal dari seorang laki-laki yang berdandan serupa perempuan ternyata juga memiliki cerita sejarah tersendiri.
Beberapa diantaranya terbagi menjadi beberapa versi, ada yang mengatakan bahwa Lengger itu merupakan gabungan dari dua kata yakni “Leng” dan “Ngger”. Leng disini bermakna lubang dan Ngger yang berarti jengger, maksudnya ialah dikira laki-laki ternyata perempuan. Adapun versi yang lainnya juga mengatakan bahwa Lengger dimainkan oleh seorang laki-laki karena laki-laki memiliki sumber kehidupan antara bumi dan langit dimana laki-laki lebih memiliki banyak peran ketimbang dengan seorang perempuan. Khususnya pada zaman dahulu saat masa penjajahan kolonial Belanda. Pada zaman itu banyak perempuan yang menderita dan mengalami pelecehan, maka dari itu sebagai bentuk pembelaan terhadap kaum perempuan, kaum laki-laki pun bertindak melucuti senjata Belanda pada saat jamuan makan dengan menari Lengger dan berdandan selayaknya seorang perempuan.
ADVERTISEMENT
Berkaitan dengan Lengger yang pada mulanya seorang laki-laki, sebenarnya masih banyak sekali cerita-cerita sejarah yang mendasarinya. Namun meskipun cerita sejarah yang begitu kuat tentang Lengger adalah laki-laki dan beberapa fakta yang cukup logis, kenyataanya saat ini Lengger justru masih dianggap hal yang tabu di masyarakat, sebab disini seorang laki-laki berdandan seperti perempuan sehingga banyak yang mengira jika Lengger merupakan transgender. Seorang koreografer tari yang telah mendunia asal Banyumas−Rianto, mengatakan bahwa Lengger merupakan hal yang tabu dan berbau erotis sebenarnya adalah hal yang kurang tepat. Meskipun pada mulanya Lengger ialah seorang laki-laki, ia mengatakan bahwa sebenarnya Lengger bukanlah laki-laki dan bukan juga perempuan.
“Dalam Lengger, tidak ada istilah gender. Seseorang yang telah menari Lengger baik itu perempuan ataupun laki-laki berarti ia sedang mendalami jiwa dan perannya sebagai penari” ujar Rianto.
ADVERTISEMENT
Bagi orang awam mungkin melihat Lengger yang dimainkan oleh laki-laki atau istilahnya Lengger Lanang dan berdandan layaknya perempuan merupakan hal yang kurang wajar, namun disinilah makna yang sebenarnya dari sebuah seni. Di dalam seni, khususnya tari Lengger tidak memandang hal tersebut, tidak ada istilah gender di dalamnya. Ketika seseorang sudah memutuskan untuk mempelajari dan mendalami suatu hal, maka berarti seseorang tersebut harus sungguh-sungguh dalam melakukannya bukan?. Begitulah Lengger dimaknai sebagai peleburan antara maskulinitas dan feminitas.
Bahkan seorang maestro Lengger, Mbok Dariah juga merupakan seorang laki-laki. Beliau memiliki nama asli Sadam, namun ia lebih dikenal dengan panggilan “Mbok” sebab ia benar-benar melakukan perannya dalam seni menari Lengger, maka dari itu ia pun bisa diterima dan bahkan mendapatkan penghargaan langsung dari presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.
ADVERTISEMENT
Lantas meskipun Lengger dan cerita sejarahnya bermula dari laki-laki tentunya hal ini tidak membatasi bagi seorang perempuan apabila ia ingin belajar dan menjadi penari Lengger. Bahkan saat ini seperti yang dikatakan oleh Rianto pada saat kunjungan apresiasi budaya Universitas Amikom Purwokerto, ia mengatakan bahwa saat ini jumlah Lengger perempuan justru malah lebih banyak, namun meski demikian ia bersama tim Rumah Lengger Banyumas terus berusaha meningkatkan jumlah Lengger Lanang agar eksistensinya tetap terus terjaga.