Mengenal Co-Branding, Strategi Pemasaran yang Unik dan Anti Mainstream

Farah Anis Rahmawati
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto
Konten dari Pengguna
30 Juni 2022 19:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Farah Anis Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di era ini dunia bisnis terus mengalami persaingan yang semakin ketat. Perubahan teknologi yang semakin pesat dengan beberapa kecanggihan-kecanggihannya, membuat pelaku bisnis perlu terus melakukan berbagai inovasi agar suatu produk yang ia miliki bisa terus bertahan dan bisa bersaing dengan produk-produk lainnya. Branding menjadi salah satu strategi agar suatu produk ataupun jasa bisa terus bersaing dengan pasar, sebab dengan membranding suatu produk dengan baik, besar kemungkinan suatu produk ataupun jasa tersebut bisa lebih mudah diingat oleh para konsumen. Branding bisa disebut juga dengan label, ciri khas, pembeda, serta hal-hal lain yang dapat diingat di benak konsumen dan melekat tentang suatu produk ataupun jasa. Sederhananya, jika seseorang bertanya tentang suatu merek pada produk tertentu mereka akan langsung mengingatnya, serta bisa juga menunjukan apa yang menjadi ciri khas ataupun identitas ketika mendengar suatu merek tersebut.
ADVERTISEMENT
Dewasa ini banyak bermunculan strategi-strategi branding yang mulai diterapkan oleh para pelaku bisnis untuk membuat orang-orang lebih mengingat akan kehadiran suatu produk yang mereka miliki sehingga bisa bersaing dengan banyaknya produk-produk yang bermunculan, baik itu yang serupa atau bahkan berbeda. Melihat banyaknya strategi branding yang sudah digunakan oleh para pelaku bisnis, tentunya saat ini membuat branding yang lain dari pada yang lain atau mainstream sangat perlu untuk dilakukan. Seperti misalnya dengan strategi komunikasi pemasaran unintentional communication dalam membranding suatu produk. Unintentional Communication merupakan strategi komunikasi yang sifatnya insidental atau hanya terjadi pada saat-saat tertentu saja dan biasanya juga tersedia dalam edisi yang terbatas.
Strategi komunikasi pemasaran unintentional communication dalam membranding produk ini juga seringkali dikenal dengan Co Branding. Co Branding adalah sebuah strategi yang memanfaatkan berbagai brand produk atau jasa sebagai bagian dari aliansi strategis. Co Branding umumnya dilakukan oleh dua produk berbeda yang menciptakan suatu produk baru sebagai hasil kolaborasi antar keduanya. Mengapa harus dengan dua produk yang berbeda, sebab dengan bentuk kolaborasi seperti ini salah satu brand yang kuat bisa membantu menaikkan brand yang lain, selain itu juga bisa membantu memberikan ciri khas terhadap suatu brand itu sendiri berupa differentiation atau pembeda, sebab brand tersebut mencoba keluar dari jalurnya, atau bisa kita sebut dengan istilah keluar dari zona nyaman. Tentunya hal ini sama-sama bisa menguntungkan bagi keduanya, sebagai salah satu contoh produk-produk yang menggunakan strategi ini adalah kolaborasi antara MCD dan BTS menjadi BTS Meal, kolaborasi antara Teh Tong Ji dan Aero Street, kolaborasi brand make up Upmost dan Tolak Angin, serta kolaborasi antara Oreo dan Lady Gaga. Kolaborasi-kolaborasi tersebut bisa dikatakan cukup unik dan bisa menarik perhatian orang-orang, sehingga tak ayal jika co branding menjadi sebuah strategi yang patut dicoba.
BTS MEAL POSTER dari akun resmi milik MCD Indonesia @mcddonaldsid (On IG)
Poster kolaborasi brand sepatu lokal Aerostreet X Teh Tong Ji pada akun Instagram resmi @aerostreet
Brand Make Up Lokal Up Most Beaute yang berkolaborasi dengan Tolak Angin. Poster diambil dari akun instagram resmi milik @upmostbeaute
Poster kolaborasi antara Oreo dengan penyanyi Lady Gaga yang diambil dari akun Instagram @oreoxladygaga
Namun jika diamati kembali, co branding seringkali dilakukan oleh brand-brand yang sudah memiliki kekuatan dengan brand miliknya sendiri, sehingga co branding disini bermanfaat untuk menguatkan atau mengokohkan kembali suatu produk. Namun bagi para pelaku usaha yang ingin mencoba strategi ini, tentu tidak ada salahnya untuk mencoba. Selain itu perlu diingat pula bahwa co branding rupanya juga diperlukan riset yang lebih mendalam karena bisa menghadirkan dua dampak yakni positif dan negatif, sehingga dalam hal ini co branding cenderung lebih memiliki resiko yang besar meskipun keuntungannya juga bisa dikatakan bagus apabila memiliki respon berupa antusiasme dari para konsumen. Maka dari itu peran pelaku bisnis dalam meriset pasar sangat diperlukan kehati-hatian sebelum melakukan eksekusinya.
ADVERTISEMENT