Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Program Ecobrick Tim KKN UNDIP: Solusi Berkelanjutan Pengolahan Sampah Plastik
10 Agustus 2024 16:51 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Farerio Reyvinda Farel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 3 Agustus 2024, Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Diponegoro (UNDIP) mengadakan sebuah program inovatif bertajuk Program Ecobrick sebagai Solusi Berkelanjutan untuk Pengolahan Sampah di SD Negeri Kranding, Desa Jeruksari, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Program ini ditujukan kepada siswa kelas 5 dan 6 SD, dengan tujuan untuk mengedukasi mereka tentang cara memaksimalkan sampah plastik menjadi barang yang lebih berguna.
Ecobrick adalah metode pengolahan sampah plastik dengan cara mengisinya ke dalam botol plastik hingga padat, yang kemudian dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat berbagai barang seperti kursi, meja, atau bahkan bangunan sederhana. Program ini menjadi solusi yang efektif dan kreatif dalam mengurangi limbah plastik, yang kerap menjadi masalah besar di banyak daerah, termasuk di Desa Jeruksari.
ADVERTISEMENT
Selama program berlangsung, para siswa diajari langkah-langkah dalam membuat ecobrick, mulai dari memilih sampah plastik yang akan digunakan, memotongnya menjadi ukuran kecil, hingga mengisinya ke dalam botol dengan cara yang benar. Setelah semua botol terisi dan padat, botol-botol tersebut kemudian memasuki tahap perangkaian/assembly.
Pada kegiatan tersebut direncanakan ecobrick yang dihasilkan akan dirangkai menjadi kursi sederhana. Para siswa diperlihatkan bagaimana rancangan atau desain kursi sederhana dan contoh ecobrick yang sudah menjadi kursi. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi penyusunan ecobrick menjadi kursi sederhana. Dalam membentuk satu kursi kecil paling tidak memerlukan tujuh buah ecobrick dengan ukuran botol 600 ml, sedangkan untuk kursi yang berukuran sedang memerlukan minimal 12 buah ecobrick.
Para siswa tampak antusias mengikuti setiap tahapan dan mereka juga diajak untuk berpikir kreatif tentang bagaimana sampah plastik yang selama ini hanya dianggap sebagai limbah, ternyata bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan memiliki nilai lebih. Sehingga diharapkan tidak hanya terpaku pada contoh produk yang telah diberikan, tetapi para siswa dapat berinovasi dengan menciptakan produk yang variatif dan bernilai lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, mereka tidak hanya belajar tentang pentingnya menjaga lingkungan, tetapi juga mendapatkan keterampilan praktis yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan diharapkan siswa-siswi SD Negeri Kranding dapat menjadi agen perubahan di lingkungan mereka, mendorong penggunaan ecobrick dalam kehidupan sehari-hari, dan menginspirasi orang lain untuk turut serta dalam upaya pengelolaan sampah yang berkelanjutan.